Waktu terus berjalan, melintasi ruang-ruang kehidupan manusia. Mulai dari
waktu pagi ke siang, siang menjadi malam, hari berganti hari dalam satu pekan,
pekan berubah menjadi bulan, bulanpun berubah menjadi tahun. Kini Tahun
berganti tahun 2024 menjadi 2025, dan terus akan berjalan sesuai kehendak Allah
SWT. Kita sebagai manusia hanya bisa mengikuti dan mengisi waktu-waktu yang
tersisa setiap saat, sampai berakhirnya usia kita manusia di dunia ini. Lalu!
Apa yang sudah kita persiapkan menghadapi perubahan dan pergantian waktu yang
terus berjalan tanpa batas tersebut? Karenanya Allah SWT berfirman;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ
وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ
بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap jiwa (orang) memperhatikan apa yang diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Hasy;59:18)
Ayat ini mengingatkan kita semua dalam mengisi waktu-waktu kehidupan ini,
supaya pergeseran waktu diikuti dengan kualitas amal dan terus meningkat amal
kebaikan sebagai bekal menghadapkepada Sang pencipta yakni Allah SWT. Karena
setiap yang bernyawa di dunia ini pasti akan berakhir dan kmbali kepadaNya. (QS.al-Ankabut;29:57)
Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa seorang akan merugi kalau hari
esoknya sama saja dengan hari ini, bahkan dia menjadi terkutuk jika hari ini
lebih buruk dari kemarin. Seseorang baru dikatan
bahagia, jika hari esok itu lebih baik dari hari ini.
Membangun hari
esok yang baik, sesuai dengan ayat (wahyu Allah SWT) di atas dimulai dengan
perintah bertaqwa kepada Allah SWT dan di akhiri dengan perintah yang sama. Ini
mengisyaratkan bahwa landasan berfikir, serta tempat bertolak untuk
mempersiapkan hari esok haruslah dengan taqwa.
Semestinya
mukmin sudah dapat memprediksi dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik,
dinamis, lebih mapan, lebih produktif dari pada hari ini. Disamping ada peningkatan prestasi dari hari ke
hari. Hari esok dapat berarti masa depan dalam kehidupan pendek di dunia ini.
Dan hari esok yang hakiki, yang kekal abadi di akhirat kelak.
Menurut KH. Mas’oud Abidin dalam penjelasannya hari esok mesti dirancang
harus lebih baik dari hari ini, dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT, dengan melaksanakan 5 “M” ; yaitu Mu’ahadah,
Mujahadah, Muraqabah, Muhasabah, dan Mu’aqabah.( mengutip tulisan Syeikh
Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam bukunya ‘Ruhniyatut Da’iyah’) artinya 5 M yang
harus selalu ditingkatkan antara lain:
1. Mu’ahadah
Mu’ahadah adalah mengingat perjanjian dengan Allah SWT. Sebelum manusia
lahir ke dunia, masih berada pada alam ghaib, yaitu di alam arwah, Allah SWT telah
membuat “kontrak” tauhid dengan ruh. Hal ini terjadi ketika manusia masih dalam
keadaan ruh belum berupa materi (badan jasmani). Karena
itu, logis sekali jika manusia tidak pernah merasa membuat kontrak tauhid
tersebut.
2. Mujahadah
Mujahadah berarti bersungguh hati melaksanakan ibadah dan teguh berkarya
amal shaleh, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT dan menjadi
amanah serta tujuan diciptakannya manusia.(QS.51:55)
Dengan beribadah, manusia menjadikan dirinya ‘abdun (hamba) yang
dituntut berbakti dan mengabdi kepada Ma’bud (Allah Maha Menjadikan) sebagai
konsekuensi manusia sebagai hamba wajib berbakti (beribadah). Dan juga Mujahadah
adalah sarana menunjukkan ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT, sebagai
wujud keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya. Hal ini dijelaskan di dalam Al Qur’an
Surat At Taubah ayat: 105,
وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ
وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم
بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitahukan-Nya kepada kamu apa-apa yang telah kamu kerjakan.”
Orang-orang yang selalu bermujahadah merealisasikan keimanannya dengan
beribadah dan beramal shaleh dijanjikan akan mendapatkan petunjuk jalan
kebenaran untuk menuju (ridha) Allah SWT hidayah dan rusyda yang
dijanjikan Allah SWT diberikan kepada yang terus bermujahadah dengan istiqamah.
Mujahadah adalah suatu keniscayaan yang mesti diperbuat oleh siapa saja yang
ingin kebersihan jiwa serta kematangan iman dan taqwa.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ
بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ ٱلْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى
ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ
عَتِيدٌ
“Dan sesunggunya Kami telah menciptakan manusia
dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya
dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal
perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan adal
di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS.
Qaaf;50:16-18).
3. Muraqabah
Muraqabah
artinya merasa selalu diawasi oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran hal ini mendorong manusia untuk selalu rajin
dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Sesungguhnya
manusia pada hakikinya selalu berhasrat dan cenderung kepada kebaikan
dan menjunjung nilai kejujuran serta keadilan, meskipun tidak ada orang yang melihatnya. Kehati-hatian
(mawas diri) adalah kesadaran. Kesadaran ini makin terpelihara dalam diri
seseorang hamba jika meyakini bahwa Allah SWT senantiasa melihat dirinya. Dan tidak ada seorangpun yang lahir ke
dunia ini untuk berbuat kejahatan, atau manusia dilahrikan ke dunia tidak untuk
berbuat kejahatan! Karena itu kecenderungan manusia pada ketaatan dan kebaikan
akan meraih prestasi dan kesuksesan hidup.
Syeikh Ahmad bin
Muhammad Ibnu Al Husain Al Jurairy mengatakan, “Jalan kesuksesan itu
dibangun di atas dua bagian. Pertama, hendaknya engkau memaksa jiwamu muraqabah
(merasa diawasi) oleh Allah SWT. Kedua, hendaknya ilmu yang engkau miliki
tampak di dalam perilaku lahiriyahmu sehari-hari.”
Muraqabah dapat
membentuk mental dan kepribadian seseorang sehingga ia menjadi manusia yang
jujur. « Berlaku jujurlah engkau dalam perkara sekecil apapun dan di
manapun engkau berada.
Kejujuran dan
keikhlasan adalah dua hal yang harus engkau realisasikan dalam hidupmu. Ia akan
bermanfaat bagi dirimu sendiri.
4. Muhasabah
Muhasabah
berarti introspeksi diri, menghitung diri dengan amal yang telah dilakukan.
Manusia yang beruntung adalah manusia yang tahu diri, dan selalu mempersiapkan
diri untuk kehidupan kelak yang abadi di yaumul akhir.
Dengan
melakasanakan Muhasabah, seorang hamba akan selalu menggunakan waktu dan jatah
hidupnya dengan sebaik-baiknya, dengan penuh perhitungan baik amal ibadah
mahdhah maupun amal sholeh berkaitan kehidupan bermasyarakat. Allah SWT
memerintahkan hamba untuk selalu mengintrospeksi dirinya dengan meningkatkan
ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Dalam sebuah riwayat bahwa pada suatu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.
melaksanakan shalat shubuh. Selesai salam, ia menoleh ke sebelah kanannya
dengan sedih hati. Dia merenung di tempat duduknya hingga terbit matahari, dan
berkata ;
“Demi Allah, aku telah melihat para sahabat
(Nabi) Muhammad SAW. Dan sekarang aku tidak melihat sesuatu yang menyerupai mereka sama
sekali. Mereka dahulu berdebu dan pucat pasi, mereka melewatkan malam hari dengan
sujud dan berdiri karena Allah, mereka membaca kitab Allah dengan bergantian
(mengganti-ganti tempat) pijakan kaki dan jidat mereka apabila menyebut Allah,
mereka bergetar seperti pohon bergetar diterpa angin, mata mereka mengucurkan
air mata membasahi pakaian mereka dan orang-orang sekarang seakan-akan lalai
(bila dibandingkan dengan mereka).”
Muhasabah dapat
dilaksanakan dengan cara meningkatkan ubudiyah serta mempergunakan waktu dengan
sebaik-baiknya. Berbicara tentang waktu, seorang ulama yang bernama Malik bin
Nabi berkata ; “Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali ia berseru, “Wahai
anak cucu Adam, aku ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena
aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat.” [Malik bin Nabi dalam
bukunya Syuruth An Nahdhah]
Waktu terus
berlalu, ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari
kehadiran waktu dan melupakan nilainya. Allah SWT bersumpah dengan berbagai
kata yang menunjuk pada waktu seperti Wa Al Lail (demi malam), Wa An Nahr (demi
siang), dan lain-lain.
Waktu adalah
modal utama manusia. Apabila tidak dipergunakan dengan baik, waktu akan terus
berlalu. Banyak sekali hadits Nabi SAW yang memperingatkan manusia agar mempergunakan
waktu dan mengaturnya sebaik mungkin.
Rasulullah SAW berpesan dalam sabdanya; “Dua
nikmat yang sering disia-siakan banyak orang: Kesehatan dan kesempatan (waktu
luang).” (H.R. Bukhari dari Ibnu Abbas ra).
5. Mu’aqabah
Muaqabah artinya
pemberian sanksi terhadap diri sendiri. Apabila melakukan kesalahan atau
sesuatu yang bersifat dosa maka ia segera menghapus dengan amal yang lebih
utama meskipun terasa berat, seperti berinfaq dan sebagainya.
Kesalahan maupun
dosa adalah kesesatan.
Oleh karena itu
agar manusia tidak tersesat hendaklah manusia bertaubat kepada Allah SWT,
mengerjakan kebajikan sesuai dengan norma yang ditentukan untuk menuju ridha
dan ampunan Allah SWT.
Berkubang dan
hanyut dalam kesalahan adalah perbuatan yang melampaui batas dan wajib
ditinggalkan.
Di dalam ajaran
Islam, orang baik adalah ora
ng yang manakala berbuat salah, bersegera mengakui
dirinya salah, kemudian bertaubat, dalam arti kembali ke jalan Allah SWT dan
berniat dan berupaya kuat untuk tidak akan pernah mengulanginya untuk kedua
kalinya.
Selamat mengisi tahun 2025 dengan yang lebih baik dan lebih bermanfaat
“Fastabiqul Khairat”

Tidak ada komentar: