PENGHANCUR KEBAIKAN DAN KEHARMONISAN
Mengutip perkataan bijak;
“Bagi setiap kenikmatan, tentu ada yang iri”
Salah satu sifat
yang jarang disadari dan sulit dihilangan oleh kebanyakan manusia adalah
dengki dan sejenisnya. Dengki atau Hasad adalah perasaan tidak senang atau iri
hati terhadap kenikmatan atau keberuntungan yang dimiliki orang lain, yang
dimotivasi oleh keinginan agar kenikmatan tersebut hilang dari orang lain dan
tau pindah pada dirinya. Hasad adalah salah satu penyakit hati
yang sangat berbahaya bagi kehidupa
manusia, karena itu maka Islam melarang bagi pemeluknya untuk memilikisifat ini.
Tentu kita tahu bahwa dengki atau
hasad merupakan perasaan negatif yang mendalam, yang tidak hanya
menginginkan kenikmatan orang lain hilang, tetapi
juga berharap kenikmatan tersebut berpindah pada dirinya. Dalam kontek ini
Islam menganjurkan untuk menghindari penyakit Hasad karena dapat merusak hubungan antar manusia dan menghancurkan
amal kebaikan seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW menyebut dengan
jelas agar siapapun menghindari penyakit hati ini:”Jauhkanlah dirimu dari hasad (dengki)
karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan
kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud)
Agama Islam mengajarkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan
Allah SWT dan supaya untuk
mendoakan kebaikan bagi orang lain, bukan sebaliknya. Supaya manusia sadar dan
memahami lebih dalam, kita perlu melihat akar kata dari bahasa Arab yang
membentuk kata hasad ini. Apa sebenarnya Diksi Hasad
dalam bahasa Arab. Kata Hasad terdiri dari tiga huruf akar: (ha), (sin),
dan (dal). Dan akar kata ini memberikan makna dasar yang penting untuk dipahami
secara istilah yaitu;
Huruf
(Ha) ini sering kali
menunjukkan sesuatu yang bersifat emosional dan mendalam. Dalam konteks hasad,
ini merepresentasikan perasaan yang kuat dan membara di dalam hati. Huruf (Sin) ini mengisyaratkan
pergerakan atau perubahan. Hal Ini
menunjukkan bahwa perasaan hasad tidak statis; perasaan ini terus berkembang
dan mempengaruhi pikiran serta tindakan seseorang. Huruf (Dal) ini menandakan
kedalaman atau intensitas. Dalam hasad, perasaan dengki ini tidak dangkal
tetapi sangat mendalam dan intens.
Secara Istilah dapat didefinisikan sebagai berikut;
Dalam
konteks syari’at,
hasad dapat diartikan sebagai berikut:
"Keinginan
agar nikmat yang dimiliki oleh orang yang didengki hilang dan berpindah kepada
orang yang hasad." Jadi Hasad
adalah perasaan di mana seseorang menginginkan agar kenikmatan atau kelebihan
yang dimiliki oleh orang lain hilang atau berpindah kepada dirinya. Allah SWT.
berfirman: "Ataukah
mereka dengki kepada manusia (Muhammad dan pengikutnya) karena karunia yang
telah diberikan Allah kepada mereka?" (QS.
An-Nisa';4:54)
Ayat
ini menunjukkan bahwa hasad adalah perilaku yang tidak disukai oleh Allah SWT dan
bertentangan dengan ajaran Islam.
Bahkan Rasulullah SAW. Pada Hadits di atas menggambarkan bahaya dari sifat hasad
yang bisa merusak amal kebaikan seseorang.
Dengan demikian apa sebenarnya yang menjadi Penyebab
Hasad terus terjadi dalam kehidupan manusia
baik yang beriman maupun yang tidak beriman, sehingga membangun kehidupan masyarakat
menjadi kurang harmonis? Diantara penyebab sifat ini yaitu;
1. Kebencian
dan Permusuhan:
Hasad sering kali
muncul dari sikap kebencian
atau permusuhan terhadap orang lain. Rasulullah SAW
berpesan: "Janganlah kalian saling
mendengki, saling membenci, saling berpaling, dan jadilah kalian hamba-hamba
Allah yang bersaudara." (HR. Muslim)
2.
Ambisi dan Keserakahan:
Keinginan untuk
memiliki apa yang dimiliki orang lain bisa memicu hasad. Dalam hal ini Allah SWT berfirman;
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang dilebihkan
Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari
apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nisa';4:32)
3.
Kurangnya Keimanan:
Ketidakmampuan untuk
bersyukur dan menerima ketentuan Allah SWT dapat menimbulkan hasad. Padahal ayat dan hadits cukup banyak tentang balasan
bagi yang pandai bersyukur, salah satu firman
Allah SWT; Berkat
rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada
malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar
kamu bersyukur kepada-Nya.(QS.al-Qashash;41:73) QS.2:152, 14:7, 16:18, 17:3, 31:12, 34:13, 45:65,
93:11. Begitu juga dengan nasehat Rsulullah SAW. “Jika engkau tidak mampu membalasnya maka doakan dia
hingga engkau merasa bahwa engkau telah mensyukuri kebaikan tersebut, karena
sesungguhnya Allah SWT sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur,” (HR Abu Dawud). Karena
itu mari kita perbanyak bersyukur kepada Allah SWT atas semua keikmatan yang telah dirasakan dalm kehidupan
ini.
4.
Pengaruh Lingkungan:
Lingkungan sosial yang tidak sehat dapat
mempengaruhi seseorang untuk merasa iri dan dengki. "Dengki
itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar." (HR. Abu
Dawud)
Di samping penyebab hadirnya sifat hasan di atas, kita
juga harus memperhatikan ciri-ciri dari sifat hasad. Diantaranya adalah;
1. Merasa
Tidak Senang:
Tidak merasa senang
ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat. "Dan dari
kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki." (QS.
Al-Falaq;113:5)
2.
Gosip Berkepanjangan:
Sering kali
membicarakan keburukan atau kekurangan orang yang ia dengki.
Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian saling
mendengki, saling membenci, saling berpaling, dan jadilah kalian hamba-hamba
Allah yang bersaudara." (HR. Muslim)
3.
Bangga pada Kebaikannya:
Menghindari memberikan
pujian atau pengakuan terhadap kebaikan orang lain. Menghindari kebaikan yang telah atau sedang dilakukan,
suapya terhindar dari sifat berikutnya yaitu Ujub yaitu perasaan kagum terhadap diri sendiri, merupakan salah satu penyakit hati yang
sangat berbahaya dalam Islam. Ujub dapat merusak amal ibadah dan
membawa pada kesombongan. Dalam Islam, terdapat berbagai bentuk Ujub
yang dapat muncul dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu Rasulullah SAW
berpesan; Tiga hal yang membinasakan: kekikiran yang
diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang terhadap dirinya
sendiri (Ujub)” (HR. Thabrani)
4.
Tindakan Blokade:
Berusaha untuk
menghalangi atau merusak kenikmatan yang dimiliki orang lain. "Jauhilah
oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan
seperti api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud)
Sebagai seorang muslim, sifat ujub harus kita bersihkan dari hati kita. Seorang
muslim harus menyadari bahwa Allah-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Allah-lah yang memberi kita kelebihan dan Allah-lah yang menentukan segala
sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini. Dalam diri kita hendaknya selalu ada
sifat tawadhu’ atau
rendah hati dan tidak merasa lebih baik dari orang lain. Orang mukmin adalah
mereka yang selalu rendah hati dan menghargai manusia lainnya, seperti firman
Allah SWT berfirman:
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”(QS al-Furqan;25:63).
Marilah kita lihat
kembali diri ini, adakah tanda-tanda sifat ujub,
hasad dan dengki pada diri kita? Dan apakah kita akan terus memliharanya atau
akan memulai untuk memperbaikinya? Pertanyaan ini hanya diri kita dan Allah-lah
yang mengetahui jawabannya. Semoga kita termasuk pribadi muslim yang senantiasa
memperbaiki diri dan dijauhkan dari sifat-sifat tercela tersebut.
Demikian juga halnya dengan sifat Ujub, sangatlah merugikan pemiliknya, karena
dengan sifat Ujub ini kebaikan yang kita lakukan secara sembunyi maupun
terang-terangan akan hilang tanpa bekas pada dirinya, dan tentu merugi di
kehidupan akhirat kelak. Dengan katalain bahwa sifat Ujub sekalipun tidak
merugikan orang lain, tentu dirinya sendiri yang rugi. Misal; seseorang yang
rajin beribadah, bershadaqah dan beramal shaleh lainnya, tapi dia merasa bangga
pada dirinya sendiri karena berhasil melakukan perintah agama dengan
baik.karena dia merasa bisa melakukannya, secara tidak langsung mengatakan
bahwa orang lain belum tentu bisa! Wallahu a’lam bish shawwab.

Tidak ada komentar: