METODIK DARI MUSUH ISLAM

 METODIK DARI MUSUH ISLAM
Oleh. Ust. Ahmad Daniyal Fanani
(Guru MI Muhammadiyah Manarul Islam, Anggota CMM dan Mahasiswa S3 PAI UMM)


 

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia dilengkapi dengan berbagai keinginan, misalnya: keinginan untuk makan, kerinduan untuk bersosialisasi, keinginan untuk beristirahat, dan lain sebagainya. 

Dunia ini panggung besar dunia, di mana aktor-aktornya bermain dalam skenario yang kadang tidak masuk akal. Seperti PKI (Partai Komunis Indonesia), yang sudah dua kali gagal, sekali di Madiun pada tahun 1948 dan satu lagi di Jakarta dan Yogyakarta pada tahun 1965. Tapi seperti hantu yang tidak mau mati, mereka tetap muncul lagi, bahkan di balik layar politik Indonesia saat ini. Lalu, Zionis Yahudi Israel Entitas kecil ini, yang jumlahnya hanya seujung kuku dibandingkan umat manusia, malah bisa menguasai dunia. Padahal mereka pernah tercerai-berai, dikejar-kejar, bahkan dihancurkan berkeping-keping. Dan mereka paham betul bahwa dunia adalah permainan waktu.

Akan tetapi, kita umat Islam kadang seringkali lupa, dan mengabaikan peristiwa kecil dan terburu-buru ingin menang. Padahal, janji Allah SWT sudah jelas. “Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS. Yusuf;12:21). Kemenangan itu sudah pasti, namun kita perlu sabar. Dan bukan sabar dalam makna duduk berdiam sambil berpangku tangan serta menunggu taqdir, akan tetapi sabar yang metodik. Sebuah kesabaran yang terencana, terarah, penuh strategi dan kepastian, karena bergerak itu sebuah keharusan QS;13:11.

Belajar dari sebuah kegagalan dalam perjuangan, merupakan suatu keharusan untuk meraih kemenangan yang lebih besar, hal Ini harus kita pelajari dari musuh-musuh kita, bagaimana mengatur strategi dalam sebuah perjuangan supaya tidak tertindas terus menerus secara masif.

 

Bangkitnya PKI: Pelajaran tentang Kesabaran

Isu terkini di negeri ini adalah masalah PKI, ada apa dengan PKI? PKI itu ibarat ular yang kehilangan kepala, tapi badannya masih menggeliat. Mereka gagal dua kali, dibantai dan dihancurkan, tapi tidak pernah benar-benar hilang. Bukan karena ideologinya kuat, tapi karena mereka sabar, menunggu momentum. Mereka bermain di balik layar, tidak buru-buru tampil di depan. Mungkin mereka sadar bahwa perjuangan itu butuh proses tidak instan.

Misalnya!, mereka menggunakan seni sebagai alat propaganda, masuk melalui ideologi, mempengaruhi pikiran orang-orang di bawah sadar. Seolah-olah, mereka telah mempelajari betul sabda Rasulullah SAW: “Kemenangan itu bersama kesabaran.” (HR. Ahmad). Kesabaran mereka itu bukan sekadar menahan diri, tapi merancang taktik, strategis, dan bergerak perlahan, setapak demi setapak, hingga saatnya tiba.

Kita sebagai umat Islam, yang meyakini janji kemenangan dari Allah SWT, mestinya lebih dulu tahu dan bisa lebih sabar. Tapi sering kali kita kalah karena terlalu emosional, terburu-buru ingin menang, tanpa strategi yang matang. Kita marah, tapi tanpa arah. Umat Islam perlu belajar bahwa sabar itu bukan hanya menunggu, tapi merancang langkah-langkah dengan metodik. Kita butuh blueprint.


Zionis Yahudi Israel: Pelajaran dari Strategi Ratusan Tahun

Zionis Yahudi Israel juga menjadi contoh menarik tentang sabar dan metodik. Bagaimana mereka, setelah tercerai-berai selama ratusan tahun, bisa kembali bersatu dan mendirikan negara Israel di bumi Palestina. Itu bukan terjadi dalam semalam, bukan pula karena mereka kuat, tapi karena mereka tahu cara bermain. Mereka sabar, dan mereka punya rencana yang terperinci.

Mereka menyusup ke dalam sistem politik dunia, menguasai media, ekonomi, dan pendidikan. Semua ini dilakukan secara metodik, sabar, sedikit demi sedikit, seperti air yang mengikis batu. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa yang menempuh jalan menuntut ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Ilmu itu alat utama dalam merancang kemenangan. Zionis menggunakan ilmu pengetahuan dari hasil belajar secara konsisten untuk membangun jaringan dan kekuatan mereka.

Bagaimana dengan kita umat Islam, harus belajar dari cara mereka berstrategi. Jangan salah, mereka bukanlah panutan, tapi cara mereka memetakan langkah bisa kita jadikan acuan. Zionis Yahudi Israel menang bukan karena jumlah, tapi karena mereka tahu kapan dan di mana harus menekan. Kita, dengan jumlah yang jauh lebih besar, mestinya bisa mengalahkan mereka jika kita juga sabar dan metodik. Kita yang punya ilmunya dan mereka yang mengamalkannya?

Agenda Pertama: Revolusi Iman

Kita tidak akan bisa menang hanya dengan kekuatan fisik. Umat Islam harus terlebih dahulu memperbaiki akarnya, yaitu iman. Kalau iman kita goyah, seperti pepohonan yang akarnya keropos, kita akan tumbang hanya dengan angin kecil. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka.” (QS. Fushshilat;41:30).

Iman adalah pondasi utama. Tanpa iman, kita tidak punya arah. Umat Islam perlu melakukan revolusi iman, kembali kepada ajaran Al-Quran dan As-Sunnah, menyatukan hati sebelum menyatukan fisik. Dalam sejarah, kemenangan Islam selalu didahului oleh kebangkitan iman. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika pertama kali membangun masyarakat Islam di Madinah sebelum menaklukkan Makkah. Itu bukan revolusi politik, tapi revolusi iman.

Kita tidak bisa terburu-buru ingin mendominasi dunia jika iman kita sendiri masih goyah. Perjuangan kita harus dimulai dari dalam, memperkuat diri kita, memperkuat komunitas kita, dan memastikan bahwa kita siap secara mental dan spiritual.

Agenda Kedua: Penyatuan Umat Islam

Secara kemanusiaan dan keumatan untuk kemaslahatan penyatuan umat di negeri ini sangat dimungkinkan dalam satu pijakan persatuan dan kemaslahatan, tapi penyatuan umat Islam secara khusus dan apalagi dari sisi ritualnya mustahil untuk dicapai. Karena  itu maka umat Islam harus sadar bahwa perpecahan adalah kelemahan terbesar suatu bangsa. Musuh-musuh kita memahami akan hal ini, itulah sebabnya mereka terus memecah-belah dengan berbagai cara. Mereka tahu bahwa umat Islam yang bersatu akan menjadi kekuatan yang tidak terkalahkan. Dan umat Islam, seringkali terjebak dalam perdebatan yang tidak perting dan tidak prinsip.

Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat adzab yang berat.” (QS. Ali Imran: 105). Kita perlu menyatukan visi, menyatukan tujuan. Karena kemenangan Islam tidak bisa diraih oleh kelompok kecil yang terpecah-pecah, tapi oleh umat yang bersatu dalam satu barisan. QS.Shaff;61:4.

Lihatlah bagaimana Zionis Yahudi Israel, meskipun tercerai-berai selama berabad-abad, mampu menyatukan diri mereka di bawah satu tujuan. Mereka bersatu bukan karena mereka satu bangsa, tetapi karena mereka memiliki visi yang sama: mendirikan negara Israel. Sementara kita, yang memiliki satu Tuhan, satu Nabi, dan satu Kitab Suci yang sama, masih terus bersilang pendapat, yang berakhir pada perpecahan. Jika kita bisa menyatukan diri, maka kekuatan akan jauh melebihi kekuatan mereka.

Akhir Cerita: Mereka Pasti Kalah, Kita Pasti Menang

Janji Allah SWT sudah jelas. Musuh-musuh Islam, sebesar apapun kekuatan mereka saat ini, pada akhirnya akan kalah. Zionis Yahudi Israel, dengan segala kekuatan mereka, tidak akan selamanya berkuasa. Partai Komunis Indonesia (PKI), meski terus mencoba bangkit, pada akhirnya akan gagal. Dan kita, umat Islam, akan menang, karena Allah SWT sudah menjanjikan kemenangan bagi orang-orang yang beriman selama ada keinginan untuk terus bergerak mengikuti pergerakan zaan dan teknologi serta ilmu pengetahuan..

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi.” (QS. An-Nur;24:55). Namun, kemenangan ini tidak datang dengan mudah. Kita harus sabar dan metodik dalam merancang strategi. Yang didasari oleh kekuatan iman, menyatukan umat, dan bersiap untuk menghadapi segala tantangan dengan penuh ketenangan.

Karena itu, mari belajar dari musuh kita dalam berbagai strategi hebat. Bukan untuk mengikuti mereka, tapi untuk memahami bahwa kemenangan itu butuh waktu. Kita harus sabar, strategis, dan penuh perencanaan. Karena pada akhirnya, insya Allah, Islam akan kembali mendominasi dunia, bukan dengan kekerasan, tapi dengan iman yang kuat dan persatuan umat yang kokoh. Dan kita sebagai musim sejati untuk selalu berkomitmen untuk melakukan berbagai perubahan dalamhidup ini, baik hidup secara pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai implementasi dari ayat 11 surat ar-Ra’du. Bahwa Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai kaum itu melakukan perubahan pola hidup yang lebih baik.

Semoga Allah SWT senantiasa memerikan perlindungan pada kita semua, memeberikan pertolongan atas semua usaha dan ikhtiar serta aktifitas  kita dalam menjalani kehidupan di dunia saat ini.  




METODIK DARI MUSUH ISLAM METODIK DARI MUSUH ISLAM Reviewed by sangpencerah on Desember 13, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar: