Tafsir QS. Al-Anbiya, ayat 10-15 Ibnu Katsir
لَقَدْ أَنزلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلا
تَعْقِلُونَ (10) وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنْشَأْنَا
بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ (11) فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا
يَرْكُضُونَ (12) لَا تَرْكُضُوا وَارْجِعُوا إِلَى مَا أُتْرِفْتُمْ فِيهِ
وَمَسَاكِنِكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْأَلُونَ (13) قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا
كُنَّا ظَالِمِينَ (14) فَمَا زَالَتْ تِلْكَ دَعْوَاهُمْ حَتَّى جَعَلْنَاهُمْ حَصِيدًا
خَامِدِينَ (15)
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kalian
sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagi kalian. Maka
apakah kamu tiada memahaminya? Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri
yang zalim yang telah Kami binasakan, dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum
yang lain (sebagai penggantinya). Maka tatkala mereka merasakan azab
Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari negerinya. Janganlah kalian lari
tergesa-gesa; kembalilah kalian kepada nikmat yang telah kalian rasakan dan
kepada tempat-tempat kediaman kalian (yang baik), supaya kalian ditanya.
Mereka berkata, "Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang zalim.” Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan
mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi.
Allah SWT. mengingatkan kemuliaan Al-Qur'an
seraya menganjurkan kepada mereka untuk mengetahui kedudukannya. Untuk itu
Allah SWT. berfirman:
لَقَدْ أَنزلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu
sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagi kalian. (Al-Anbiya:
10)
Ibnu Abbas mengatakan, makna Zikrukum ialah
sebab-sebab kemuliaan bagi kalian.
Menurut Mujahid, maknanya ialah sebab-sebab yang
membuat kalian terkenal.
Sedangkan Al-Hasan mengatakan bahwa makna yang
dimaksud ialah agama kalian.
أَفَلا تَعْقِلُونَ
Maka apakah kalian tiada memahaminya? (Al-Anbiya:
10)
Maksudnya, memahami nikmat ini dan sebagai terima
kasih kalian ialah kalian menerimanya dengan penerimaan yang baik. Makna ayat
ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ
Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar
adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta
pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 44)
Adapun firman Allah SWT:
وَكَمْ قَصَمْنَا مِنْ قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً
Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri-negeri
yang zalim yang telah Kami binasakan. (Al-Anbiya: 11)
Lafaz "kam" mengandung makna
banyak. Seperti makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu:
وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ
Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah
Kami binasakan. (Al-Isra: 17)
فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ
خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ
Berapa banyak kota yang Kami telah
membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok)
kota itu roboh menutupi atap-atapnya. (Al-Hajj: 45), hingga akhir ayat.
Firman Allah SWT.:
وَأَنْشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا آخَرِينَ
dan Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang
lain. (Al-Anbiya: 11)
Artinya, Kami gantikan mereka dengan kaum yang
lain sesudah mereka binasa.
فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا
Maka tatkala mereka merasakan azab Kami. (Al-Anbiya:
12)
Yakni mereka merasa yakin bahwa azab bakal
menimpa mereka sebagai suatu kepastian sesuai dengan apa yang diancamkan oleh
nabi mereka.
إِذَا هُمْ مِنْهَا يَرْكُضُونَ
tiba-tiba mereka melarikan diri dari
negerinya. (Al-Anbiya: 12)
Maksudnya, mereka melarikan diri dari azab itu.
لَا تَرْكُضُوا وَارْجِعُوا إِلَى مَا أُتْرِفْتُمْ فِيهِ
وَمَسَاكِنِكُمْ
Janganlah kamu lari tergesa-gesa, kembalilah
kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediaman
kalian (yang baik). (Al-Anbiya: 13)
Ungkapan ini mengandung nada memperolok-olokkan
mereka. Yakni dikatakan kepada mereka dengan nada meremehkan, "Janganlah
kalian lari terbirit-birit karena turunnya azab, kembalilah kalian kepada
kenikmatan yang kalian bergelimang di dalamnya dan kepada kehidupan serta
tempat-tempat tinggal kalian yang baik-baik itu." Menurut Qatadah,
ungkapan ini mengandung nada ejekan terhadap mereka.
لَعَلَّكُمْ تُسْأَلُونَ
supaya kalian ditanya. (Al-Anbiya: 13)
Yaitu dimintai pertanggungjawaban tentang
perbuatan kalian, apakah kalian telah mensyukuri nikmat-nikmat yang kalian
peroleh?
قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ
Mereka berkata, "Aduhai, celaka kami,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”(Al-Anbiya: 14)
Mereka mengakui dosa-dosa mereka (saat azab akan
menimpa mereka), tetapi nasi sudah menjadi bubur, hal itu tiada bermanfaat bagi
mereka.
فَمَا زَالَتْ تِلْكَ دَعْوَاهُمْ حَتَّى جَعَلْنَاهُمْ حَصِيدًا
خَامِدِينَ
Maka tetaplah demikian keluhan mereka,
sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak
dapat hidup lagi. (Al-Anbiya: 15)
Yakni alasan itulah yang terus menerus mereka
ucapkan hingga Kami tuai mereka sehabis-habisnya, dan binasalah mereka tanpa
bisa bergerak dan bersuara lagi.

Tidak ada komentar: