Setiap langkah dalam kehidupan kita ini merupakan
tahapan proses pengisian amal kita yang akan dipertanggungjawabkan kelak di
hadapan Allah SWT. Karena pada hari kiamat kelak, akan dihadapkan pada seluruh
manusia sebuah timbangan sebagai standarisasi dari seluruh amal-amal kita selama
hdup di dunia ini, sesuai firman Allah SWT; Menurut Arifin, ada empat tahap
menuju hidup bermakna. Barang siapa yang berat timbangan kebaikannya, maka
itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan
timbangan kebaikannya, maka itulah mereka yang merugikan diri sendiri, dan
mereka kekal di neraka Jahannam (QS. al-Mu’minun;23;102-103), selebihnya bisa
juga di lihat ada ayat-ayat lain; misalnya tentang mizan;
وَنَضَعُ
ٱلْمَوَٰزِينَ ٱلْقِسْطَ لِيَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَإِن
كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ
Kami akan memasang timbangan yang
tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun.
Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan
(pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan (QS. al-Anbiya’;21;47)
وَٱلْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ ٱلْحَقُّ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُولَٰئِكَ هُمُ
ٱلْمُفْلِحُونَ
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُولَٰئِكَ
ٱلَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُم بِمَا كَانُوا بِـَٔايَٰتِنَا يَظْلِمُونَ
Timbangan
pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan
kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang
ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya
sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami (QS. al-A’raf;7;8-9),
dan
juga dapat dilihat pada ayat ini.
فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥفَهُوَ
فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥفَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٌوَمَا
أَدْرَىٰكَ مَا هِيَهْ نَارٌ حَامِيَةٌ
Dan
adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan
(kebaikan) nya, Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu
apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. (QS. al-Qari’ah;101;6-11)
dari beberapa ayat di atas, dapat kita terapkan dalam
kehdupan ini sebagai sebuah perenungan perjalanan hidup yang telah dilewati dan
yang akan datang, dalam situasi apapun kita harus optimis dan dinamis, karena
pada akhirnya kita akan kembali kepada Sang Pencipta yakni Allah SWT. Untuk
mewujudkan hal di atas maka diperlukan terubosan dan kiat-kiat yang tepat dalam
meraih kebahagian dan ketenangan hidup, diantaranya;
1. Selalu
bersyukur. Karena dengan bersyukur, maka Allah SWT akan menambah nikmat-Nya. Dengan bertambahnya
nikmat, maka hidup akan selalu tentram,” Untuk menguatkan pernyataannya ini,
kita kembali kepada alqur’an sebagai kitab suci kaum muslimin yaitu;
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ
لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ .
Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumatkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim;14:7)
Artinya
bahwa sejatinya kebersyukuran tidak hanya menambah nikmat, namun sebagai bentuk
pelaksanaan kewajiban seorang hamba. Hal ini karena syukur merupakan perintah
Allah SWT, sebagaimana tertera pada ayat lain:
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْ بُطُوْنِ
اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔا وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ
وَالْاَفْـِٕدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu
bersyukur.
(QS.an-Nahl;16:78)
Sebagai sikap perenungan dari ayat di ayat, bahwa diri
kita keluar dan lahir ke dunia ini dalam kondisi tidak membawa dan tidak
mengetahui apa-apa. Faktanya diri kita setelah menjalani kehidupan dunia ini,
dapat memiliki dan memperoleh banyak kenikmatan yang tidak terhitung dengan
cara berikhtiyar, bahkan jika ingin menghitungpun maka tidak akan mampu
menghitungnya. Kenimmatan yang seringkali terlupakan adalah kenikmatan sehat
dan kesempatan, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yaitu, ada 2 kenikmatan yang
sering kali dilupakan/ tidak disadari oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan
dan kesempatan (HR. Muslim) misalnya;
jika kita sedang dalam kondisi sehat, maka manfaatkan untuk kebaikan, dan jika
kita diberi kesempatan maka jangan menunda-menunda untuk berbuat kebaikan.
2. kedua untuk menjadikan
hidup seseorang lebih bermakna ialah menyadari tujuan hidup. Ia pun
mengingatkan bahwa tujuan manusia diciptakan hanyalah untuk menyembah kepada
Allah. Hal ini sesuai dengan ayat al-qur’an
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ
اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ.
Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS.adz-Dzariyat;51;56)
“Hidup
dan mati itu ada yang atur. Hidup tidak terjadi dengan sendirinya. Demikian
juga kematian Hidup itu memiliki tujuan. Hidup bukan ada dengan sendirinya dan
mati dengan sedirinya,” dan hal ini sudah tersurat dalam al-qur’an, bahwa dalam
perjuangan hidup sangatlah terbatas sekaligus mengingatkan kita bahwa
perjalanan hidup manusia sangatlah singkat. Kata Imam al-Ghazali bahwa
perumpamaan hidup ini seperti orang yang sedang melakukan pengembaraan ke suatu
tempat dan akan kembali lagi ke tempat semula.
3. Setelah kita memahami dan
menyadari diri sebagai hamba Allah SWT, maka selanjutnya manusia bisa memberi
manfaat bagi orang lain,” Sebagaimana pesan Rasulullah SAW kepada kita semua
sebagai umatnya;
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik
manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya ,” (HR Ahmad).
Jika
kita ingin menjadi manusia terbaik di dunia ini, maka tebarkan kebaikan dan manfaat
pada orang lain sesuai semampu kita, dan apa saja kebaikan itu dari apa yang
kita miliki, bisa berupa pikiran, ilmu, tenaga dan materi, sebagai bentuk
syukur atas nikmat Allah SWT yang melekat pada diri kita.
4. Supaya hidup kita
berkualitas dan bermakna maka jangan lupa lakukan ikhtiar, sambil berdo’a dan
bersikap tawakkal,
Salah satu ikhtiyar kita dalam menentukan seorang
pemimpin bangsa tercinta ini yang sudah dilaksanakan 2 hari yang lalu, maka
setelah melakukan ikhtiyarnya, kita harus berdo’a agar apa yang telah kita
tentukan menjadi sebuah penentuan terbaik untuk umat dan bangsa ini. Setelah
semuanya kita lalui, maka yang terakhir kita harus bertawakkal kepada Yang
memiliki kuasa untu mengatur isi alam ini, sebagaimana firmanNya;......Apabila
engkau sudah membulatkan tekat, maka selebihnya gantungkan atau pasrahkan
kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertawakkal (QS. Ali-‘Imran;3;159). Karena dengan
bertawakkal penuh kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan memenuhi semua kebutuhan
kita semua di dunia ini.
PENUTUP
Sebagai sebuah perenungan bahwa Seluruh amal yang
telah tercatat lengkap dalam buku catatan amal perbuatan, setiap manusia
menerima dan memiliki buku yang di dalamnya ada catatan lengkap tanpa celah
sedikitpun. Semua perbuatan buruk akan mendapat hukuman, dan semua perbuatan
baik akan mendapatkan balasan yang baik pula pada hari itu.
ketika proses penghitungan amal telah selesai dan
hasilnya telah tercatat di dalam buku catatan amal, pada saat itulah dapat
dilihat bahwa catatan kebaikan seseorang sudah bertambah, atau catatan
keburukannya yang bertambah atau kedua-keduanya bertambah.
Saat proses penimbangan amal perbuatan selesai maka
barulah buku catatan amal disesuaikan dan dibagi-bagikan. Cara manusia menerima
buku catatan amal ini sesuai dengan apa yang telah diperbuat selama hidup di
dunia.
ilustrasinya Ada manusia yang menerima buku catatan
itu dengan tangan kanan. Ada yang menerima buku catatan itu dengan tangan kiri.
Ada pula yang menerimanya dari balik punggungnya. Semoga Allah SWT menjadikan
kita termasuk hamba-hamba-Nya yang menerima buku catatan amal perbuatan dengan
tangan kanan, sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT dalam firmanNya.

Tidak ada komentar: