Prolog:
Tidak lama lagi kita akan mengalami pergantian tahun yang disebut Tahun
Baru Miladiyah (2023 ke 2024) dan momen ini terjadi setiap tahun yang
memberikan animo masyarakat sangat antusias dengan berbagai perilaku
kegembiraan, mulai dari yang paling kecil, dewasa tua dan bahkan yang lansia
juga ikut bergembira. Padahal momen ini tidak leih dari hanya sekedar sebuat
peringatan, bahwa ajal kita semakin pendek dan berkurang. Namun kebanyakan dari
manusia mengira bahwa umurnya bertambah. Padahal esensi ajal dan umur adalah
dua hal yang berbeda, yaitu, ajal merupakan batas waktu tertentu yang telah
ditetapkan Allah SWT, sedangkan umur bagian dari ajal yaitu proses pengisian
ajal (kualitas umur), maka dari masing-masing manusia memiliki kualitas umur
yang berbeda-beda, tergantung kepada manusia itu sendiri dalam mengisi
waktu-waktunya menuju ajal.
Lalu bagaimana kita harus menyikapi dan mengisi pergantian tahun? Ada
baiknya jika kita mau merenungi pesan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW
sebagai berikut:
عن سهل بن سعد قال جاء جبريل إلى النبي صلى الله عليه وسلم
فقال: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ
مَفَارِقُهُ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ ثُمَّ قَالَ: يَا
مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ
عَنِ النَّاسِ
Dari Sahl bin Sa’ad ra, berkata: Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu
berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan
mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah
dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi
balasan karenanya.” Kemudian dia berkata:” Wahai Muhammad! Kemulian seorang
mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan harga
dirinya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.” (HR. ath-Thabarani
dalam al-Mu’jam al-Ausath no 4278, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa, al-Hakim
dalam al-Mustadrak 7921)
Hadits di atas mengandung lima nasihat agung, yaitu:
Pertama:
عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ
(hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya
engkau akan mati)
sebagian ulama’ menjelaskan bahwa kalimat ini merupakan ancaman, menakut-nakuti,
dan peringatan bahwa kita semua akan mati, hal ini sudah ditegaskan oleh Allah
SWT di dalam firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَتُ المَوْت….
“Setiap yang bernyawa pasti akan
mati” (QS. Ali-‘Imran;3:185 dan Ankabut;29:57)
Sebenarnya bukan ancaman yang dijelaskan Allah SWT, tapi penekannya kpada peringatan,
Demikian juga dengan peringatan Rasulullah SAW bersabda:
لاتزول قدما عبد يوم القيامة حتى يسأل عن عمره فيما أفناه ،
وعن علمه فيما فعل ، وعن ماله من أين اكتسبه وفيما أنفقه ، وعن جسمه فيما أبلاه
“Tidak akan bergeser kaki seorang
hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan,
tentang ilmunya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan
dan untuk apa ia belanjakan serta tentang badannya untuk apa ia gunakan.” (HR.
Tirmidzi dari Abu Barzah al-Aslam dalam Sunan at-Tirmidzi no. 2418, kitab
Shifat al-Qiyamah. Beliau berkata, ‘Hadits hasan shahih’)
Dari penjelasan hadits di atas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa di
akhirat kelak manusia akan ditanyai tentang empat perkara:
1. Tentang umurnya, untuk apa dia habiskan?
2. Tentang hartanya, dari mana dia dapatkan serta di mana dia belanjakan?
3. Tentang ilmunya, untuk apa dia amalkan?
4. Tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan?
Kedua,:
وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ
(Dan cintailah orang yang engkau
cintai. Karena engkau akan berpisah dengannya)
Maka dari itu salah satu ciri orang yang beriman adalah dia sangat
mencintai Allah SWT melebihi kecintaan dia kepada istrinya, anak-anaknya,
saudara-saudaranya, dan yang lainnya. Allah SWT berfirman dalam surat
at-Taubah;9:24 dan firmanNya:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ
أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا
لِلَّهِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah SWT.
Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah SWT. ” (QS.
Al-Baqarah;2:165)
Karena dengan mencintai Allah SWT melebihi selain-Nya kita akan merasakan
nikmatnya Iman sebagaimana sabda Rasulullah SAW
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ :
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ
يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ في الْكُفْرِ كَمَا
يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ في النَّار
Dari Anas bin Malik ra, rasulullah SAW bersabda; “Tiga hal yang apabila
seseorang itu memilikinya maka dia akan merasakan nikmtnya iman: hendaknya dia
mencintai Allah SWT dan rasul-Nya melebihi kecintaan dia kepada selain
keduanya, hendaknya dia tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah,
hendaknya dia tidak kembali kepada kekufuran (setelah dia beriman) seperti dia
benci dilemparkan ke neraka”.(HR. Bukhari-Muslim)
Ketiga,:
وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُجْزِيٌّ بِهِ
(Dan bekerjalah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya). Hal ini
diperkuat dengan firman Allah SWT
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ .وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula.” (Qs. Al Zalzalah;99: 7-8).
Demikian juga dalam firman Allah SWT yang lain;
وَ وُضِعَ الۡکِتٰبُ فَتَرَی الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُشۡفِقِیۡنَ
مِمَّا فِیْه وَ یَقُوۡلُوۡنَ یٰوَیۡلَتَنَا مَالِ هذا الۡکِتٰبِ لَا
یُغَادِرُ صَغِیۡرَۃ وَّ لَا کَبِیۡرَۃ
اِلَّاۤ اَحۡصٰاها وَ وَجَدُوۡا مَا عَمِلُوۡا حَاضِرًا وَ لَا یَظۡلِمُ رَبُّك اَحَدًا
"Dan
diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan
terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka
Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang
besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka
kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun”. (QS. Al
Kahfi 18: 49).
Keempat,
يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ
“Wahai Muhammad! Kemulian seorang
mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam)”
Sebagaimana Firman Allah SWT,
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ
رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari
bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Israa’ 17:
79).
Diperjelas dengan Sabda Rasulullah SAW,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”الصَّلاةُ خَيْرُ مَوْضُوعٍ، فَمَنِ
اسْتَطَاعَ أَنْ يَسْتَكْثِرَ فَلْيَسْتَكْثِرَ”
Dari Abu Hurairah ra, berkata: Bersabda Rasulullah SAW: “Shalat adalah
sebaik-baik amalan yang Allah tetapkan bagi para hamba untuk mendekatkan diri
kepada-Nya, maka barangsiapa yang sanggup melakukan banyak, maka hendaklah
memperbanyak.” (HR. ath-Thabarani dan Ibnu Hibban)
Nasehat Kelima,
وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
Harga diri seorang mu’min adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.
Berkaitan dengan hal ini maka sangat berat bagi manusia untuk tidak
takabbur kpada manusia lainnya, kecuali dengan hati yang bersih dan nafsu yang
dirahmati Allah SWT, misalnya; sering tidak disadari oleh hamba Allah SWT yang
melakukan ketaatan, walaupun tidak diceritakan kepada orang lain dan tidak
menunjukan apa yang dilakukan, Cuma kadang dia bangga dengan amalannya inilah
yang disebut ‘ujub! Kebalikannya adalah zuhud dalam
padangan ilmu Tashawwuf, atau istilah lainya adalah Qana’ah
Apa itu zuhud?
الزُّهْدُ هُوَ تَرْكُ مَا لاَ يَنْفَعُ فِيْ اْلأَخِرَةِ
Zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ أَتَى
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي
النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ازْهَدْ فِي
الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّوكَ
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idiy ra, berkata: Sesorang laki-laki
mendatangi Rasulullah saw lalu berkata, Ya Rasulallah, Tunjukkan padaku amal
yang apabila aku melakukannya Allah mencintai aku dan orang lain juga mencintai
aku. Maka Rasulullah saw bersabda: “Zuhudlah engkau pada kehidupan dunia, Allah
akan mencintaimu; dan zuhudlah engkau terhadap apa yang ada di tangan manusia,
mereka akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah, Hadits hasan)
Sebagai kata penutup pada tulisan ini, banyak hal yang bisa ita ambil
hikmahnya, diantara hikah tersbut;
1. Bergaulah dengan orang shaleh yang selalu menasehatimu, bukan membenarkan setiap perbuatanmu.
2. Rasulullah SAW
yang sudah ma’shum saja masih menerima nasehat apalagi kita yang tidak
terlepas dari dosa dan kesalahan.
3. 5 nasehat malaikat Jibril tersebut sangat bermanfaat.
4. Nasehat
Malaikat Jibril terhadap Rasulullah SAW juga berarti nasehat kepada umatnya.
5. Alqur’an menyebutkan,
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu
bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Adz-Dzâriyât;51:55)
Termasuk tulisan ini merupakan bagian dari ayat ini, mari kita bersama-sama
untuk selalu memperbaiki diri dan itrospeksi diri masing-masing, tanpa harus
menunggu orang lain yang ada di sekitar kita.
Disarikan dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar: