Memahami
arti dan makna ayat pertama dalam surat al-Baqarah yaitu “Alif Lam Mim. Kitab
(Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 1–2)
Sebuah kalimat yang tegas dan penuh makna: tidak ada
keraguan di dalamnya. Ia datang dari Allah SWT, Tuhan semesta alam, sebagai
cahaya yang membimbing manusia kepada jalan yang lurus. Bukan sekadar bacaan,
bukan pula kumpulan kata tanpa makna. Al-Qur’an adalah petunjuk hakiki, yang
turun bukan untuk membingungkan, melainkan untuk menerangi jalan hidup manusia.
Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan
Kitab itulah, Allâh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah [5]:15-16)
Dan
ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi
saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran)
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. An-Nahl [16]: 89)
Tidaklah
mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu)
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta
alam. (QS. Yunus [10]: 37)
Di tengah
derasnya informasi yang saling tumpang tindih, ketika manusia mulai bingung
membedakan antara kebenaran dan kepalsuan, maka Al-Qur’an datang sebagai
jawaban. Kitab ini tak hanya memuat hukum dan perintah, tetapi juga limpahan
kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya. Ia menyapa hati yang gelisah,
menenangkan jiwa yang risau, dan menguatkan iman yang nyaris padam.
Orang yang
Bertaqwa
Allah SWT
menyebut bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.
Siapakah mereka? Orang bertakwa adalah mereka yang sadar bahwa hidup ini bukan
milik sendiri. Mereka hidup dengan kesadaran bahwa Allah SWT selalu hadir,
melihat, dan mengawasi. Mereka bukan manusia yang tanpa cela, tetapi mereka
yang terus berjuang menjaga diri dari keburukan, memelihara hati agar tidak
mengeras, dan senantiasa kembali kepada Allah SWT di setiap keadaan.
Dalam
Tafsir Al-Jalalayn, dijelaskan bahwa “laa raiba fiih” berarti tidak ada
keraguan bahwa Al-Qur’an itu dari sisi Allah SWT. Kata “huda lil-muttaqin”
menunjukkan bahwa manfaat dan hidayah dari Al-Qur’an hanya bisa dirasakan oleh
orang-orang yang bertakwa, yaitu orang yang menjauhi kemaksiatan dan menjaga
perintah Allah SWT.
Imam
Al-Qurthubi dalam Tafsir al-Jami‘ li Aḥkam al-Qur’an menegaskan bahwa Al-Qur’an
bersifat umum dalam penyampaian petunjuk, namun hanya orang yang bertakwa yang
mampu mengambil pelajaran darinya. Mereka yang memiliki hati bersih dan akal
jernih akan dapat membaca ayat demi ayat dengan pemahaman yang mendalam dan
penuh hikmah.
Sementara
itu, Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Aẓim menambahkan bahwa petunjuk
Al-Qur’an terbagi menjadi dua: petunjuk umum (hudan ‘am) bagi seluruh manusia,
dan petunjuk khusus (hudan khaṣṣ) yang diberikan kepada mereka yang membuka
hatinya kepada kebenaran. Maka, jika seseorang merasa tidak mendapatkan cahaya
dari Al-Qur’an, barangkali bukan karena Al-Qur’annya kurang jelas, melainkan
karena hatinya belum benar-benar terbuka untuk menerima hidayah.
Petunjuk
itu ada, tetapi tidak semua bisa menerimanya. Seperti cahaya matahari yang
bersinar bagi semua, hanya mereka yang membuka mata yang dapat melihat.
Demikian pula dengan Al-Qur’an. Ia hadir untuk semua, namun hanya hati yang
bersih yang mampu menangkap cahayanya. Hati yang tertutup oleh kesombongan,
hawa nafsu, dan keangkuhan akan kesulitan menerima hidayah. Maka menjadi
penting bagi manusia untuk membersihkan hatinya, agar mampu menerima dan
meresapi pesan-pesan Ilahi dalam Al-Qur’an.
Peta
Kehidupan
Al-Qur’an
adalah peta kehidupan. Ia bukan hanya memberi tahu arah, tapi juga menuntun
langkah. Dalam setiap ayatnya terdapat prinsip keadilan, nilai-nilai kebaikan,
hingga pesan cinta yang tulus dari Sang Pencipta kepada makhluk-Nya. Ia tidak
hanya bicara tentang surga dan neraka, halal dan haram, tetapi juga tentang
cinta, harapan, kesabaran, dan makna hidup.
Terkadang,
kita merasa jauh dari Al-Qur’an. Membacanya hanya sebagai rutinitas tanpa
makna. Kita pernah berada di titik itu, melafalkan ayat-ayat suci, namun tak
merasa disentuh oleh maknanya. Hati kita terlalu sibuk oleh dunia, terlalu
bising oleh suara lain yang membuat kita lupa akan ketenangan dalam ayat-ayat
Allah SWT.
Ini adalah
sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran
mendapat pelajaran. (QS. Shad [38]:29).
Oleh karena
itu mari kita mencoba untuk jujur kepada diri sendiri: sudahkah kita
benar-benar menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman? Ataukah kita masih
menjadikannya sekadar simbol?
Harapan
untuk merasakan keajaiban Al-Qur’an, maka datangilah ia dengan hati yang
tunduk. Hadirkan diri secara utuh, buka hati dan pikiran, dan biarkan ayat-ayat
itu menyentuh kedalaman jiwa kita. Sebab, Al-Qur’an bukan sekadar untuk dibaca,
tetapi untuk direnungkan dan diamalkan. Setiap huruf yang kita baca adalah
cahaya, dan setiap makna yang kita pahami adalah pelita bagi kehidupan kita.
“Barang
siapa yang membaca satu huruf al-Qur`an maka baginya satu kebaikan dan satu
kebaikan dibalas sepuluh kebaikan, aku tidak mengatakan alif, lam, mim, satu
huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR.
Tirmidzi)
Bagi mereka
yang menjadikan Al-Qur’an sebagai penuntun, hidupnya akan penuh berkah. Di
tengah gelapnya dunia, mereka punya pelita. Di saat orang lain kehilangan arah,
mereka tetap teguh melangkah. Di saat kesedihan melanda, mereka menemukan
pelipur dalam ayat-ayat suci. Al-Qur’an menjadi sahabat dalam sepi, penyejuk
saat panasnya ujian hidup, dan penuntun ketika dunia menawarkan banyak jalan
yang menyesatkan.
Maka jika
datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling
dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (QS. Thaha [20]:
123-124).
Lebih Mesra
dengan Al-Qur'an
Sebagai muslim
yang saat sudah seharusnya lebih dekat dengan Al-Qur’an, mulailah dengan
membacanya perlahan-lahan, dengan hati yang hadir. Rasakan setiap katanya
seolah-olah Allah SWT sedang berbicara langsung kepada kita. Ibnul Qayyim
Al-Jauziyah berkata,
"Seseorang
yang membaca al Qur`an, hendaknya melihat bagaimana Allah berlemah-lembut
kepada makhlukNya dalam menyampaikan makna perkataanNya ke pemahaman mereka.
Dan hendaknya ia menyadari, apa yang ia baca bukan perkataan manusia. Hendaknya
ia menyadari keagungan Dzat yang mengucapkannya, dan hendaknya ia merenungi
perkataanNya."
Kemudian,
amalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Biarkan akhlak kita dibentuk oleh
Al-Qur’an, dalam berbicara, bersikap, bersosial, dan mengambil keputusan. Dan
jika mampu, ajarkanlah kepada orang lain. Bagikan cahaya itu, agar lebih banyak
hati yang tersentuh oleh keindahan Al-Qur’an.
Utsman bin
‘Affan RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik orang di antara
kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Allah SWT
telah berjanji bahwa siapa pun yang mengikuti petunjuk-Nya, tidak akan tersesat
dan tidak akan celaka.
Maka
berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. (QS. Az-Zukhruf [43]:
43).
"Sungguh
telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang tidak akan menjadikan kalian
tersesat selagi kalian berpegang teguh denganya yaitu al-Qur’an dan Sunnah
nabiNya." (HR Muslim)
Janji itu
bukan sekadar kata-kata, tetapi kepastian yang bisa dipegang teguh. Maka,
selama kita memegang Al-Qur’an, kita akan selalu punya arah. Sekalipun hidup
ini penuh liku, seberat apa pun ujian yang datang, kita tak akan benar-benar
kehilangan jalan.
Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus. (QS. Al-Isra’ [17]:9)
Hidup di
zaman yang serba cepat ini sering kali menjauhkan kita dari perenungan. Kita
terbiasa mencari jawaban instan, padahal kehidupan butuh kedalaman makna.
Al-Qur’an mengajak kita untuk berhenti sejenak, merenung, dan memahami tujuan
hidup. Ia mengajak kita berdialog dengan hati, memeriksa kembali arah hidup,
dan memperbaiki niat dan tindakan.
Di akhir
perjalanan hidup ini, bukan harta atau gelar yang akan menyelamatkan kita. Tapi
sejauh mana 2kita hidup dengan petunjuk Allah, sejauh mana kita menjadikan
Al-Qur’an sebagai sahabat setia dalam suka dan duka. Maka, marilah kita
kembali. Bukan hanya kembali membuka mushaf, tetapi kembali merangkul Al-Qur’an
sebagai sumber kebijaksanaan dan ketenangan.
Semoga
Allah SWT senantiasa melembutkan hati kita, membuka pintu pemahaman terhadap
firman-Nya, dan meneguhkan langkah kita di atas jalan petunjuk. Sebab, dalam
Al-Qur’an terdapat kehidupan. Dan siapa yang hidup bersamanya, tidak akan
pernah mati dalam kegelapan.
Reviewed by sangpencerah
on
November 21, 2025
Rating:





Tidak ada komentar: