STRATEGI KETELADANAN DALAM ISLAM

 STRATEGI KETELADANAN DALAM ISLAM
Oleh. Ust. Sukiman, S.Ag
Guru Agama SMK Mihammadiyah 1 Kota Malang

 


Sifat keteladanan dalam Islam, sangat dianjurkan bahkan diharuskan untuk membangun para generasi unggul di mas yang akan datang. Disadari atau tidak keberadaan kita sebagai orangtua atau orang yang dituakan akan bersaing dengan waktu dan bergeser sesuai kontek zaman. Sedangkan generasi merupakan sosok pengganti untuk masa yang akan datang.  Karena itu ita harus menanamkan prilaku dan sikap serta tutur kata yang baik, supaya menjadi panutan bagi mereka yang akan mengganti posisi kita di udnia ini. Bagaimana cara kita menanamkan hal-hal positif pada generasi? Tentu harus dimuli dari diri kita sendiri; sebagaimana firman Allah SWT. "Wahai orang-orang yang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."  (QS At-Taḥrim;66:6).

 

Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan cara taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Karena, keluarga merupakan amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.

 

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa ketika Surat At-Tahrim ayat ke-6 ini turun, ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan lalu bagaimana menjaga keluarga kami ?”  Rasulullah saw menjawab, “Laranglah  mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkan mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah caranya menyelamatkan mereka dari api neraka.

 

Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di dalam neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai Allah SWT terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya".

 

Ayat tersebut di atas berisi perintah Allah Ta’ala kepada orang-orang beriman untuk melindungi diri dan keluarganya dari api neraka. Ayat ini menjadi pengingat bagi setiap Muslim yang beriman. Sebab ukuran kesuksesan dan kebahagiaan manusia di akhirat kelak adalah ketika dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan".  (QS.  Ali Imran;3 :185 )

 

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah majlis ilmu pernah berkata bahwa makna “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat serta suruhlah mereka untuk berdzikir kepada Allah. Maka dengannya Allah selamatkan kalian dari api neraka”.

 

Sedangkan Muqatil dan Ad Dhahak dalam tafsir Ibnu Katsir:4/391 berkata, makna peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah, “Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah SWT dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah SWT, hendaklah engkau menegakkan perintah Allah SWT teradap mereka, memerintahkan mereka dengan perintah Allah SWT dan membantu mereka dalam urusan tersebut, dan jika engkau melihat kemaksiatan dari mereka maka hendaklah engkau menghardik mereka”.

 

Sementara Ali bin Abi Thalib ra mengatakan bahwa makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah “didiklah mereka dan ajarkan ilmu kepada mereka (addibhum wa ‘allimhum)”. Beliau juga menjelaskan bahwa dalam menjaga keluarga dari Api Neraka dapat  dilakukan dengan berbagai hal berikut:

 

1. Bekali Keluarga dengan Ilmu dan Akhlaq yang baik.  Karena ilmu merupakan perkara yang sangat penting dan dipentingkan oleh Islam. Ia merupakan poros dan asas kebaikan. Singkatnya, ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam mengarungi kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Makanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

“Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar. (HR Ibnu Majah)

 

Syeikh Naquib al-Attas, seorang cendekiawan muslim pernah berkata bahwa Sebab utama berbagai masalah dunia Islam saat ini adalah problem ilmu dan ketiadaan adab (the loss of adab). Oleh karena itu menurut beliau, solusi mendasar bagi persoalan ummat Islam saat ini adalah pendidikan berbasis adab. Beliau menyebutnya dengan istilah ta’dib. Rasulullah SAW  bersabda:

 

“Tidak ada suatu pemberian seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada adab (akhlak) yang baik.” (HR Tirmidzi)

 

Adapun Adab atau Akhlak yang dimaksud di sini bukan sekadar sopan santun dan tata krama terhadap sesama manusia. Tetapi adab yang mencakup adab kepada Allah SWT, Rasul-Nya, dan sesama manusia seperti adab kepada orang tua, guru, kawan, dan sebagainya. Karena pada hakekatnya makna adab dalam bahasa Islam adalah memberikan kepada yang berhak haknya. Memuliakan yang harus dimuliakan dan tidak memuliakan yang tidak pantas dimuliakan.

 “Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan daripada akhlak yang baik, dan sesungguhnya orang yang berakhlaq baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.” (HR Tirmidzi)

 

2. Mengajak Keluarga Selalu Taat Pada Allah SWT dan menghindari maksiat.  Karena salah satu Makna, “peliharalah dirimu dari api neraka” adalah “lakukan ketaatan kepada Allah SWT dan tinggalkan maksiat kepada-Nya”, kata Ibnu Abbas dan “Engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah SWT dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah SWT”, kata Muqatil dan ad-Dhahak. disebutkan: surat an-Nuur;24 : 54

Katakanlah, "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas." (QS. an-Nuur;24 : 54)

 

Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, "Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul." (QS. Al-Ahzab;33: 66)

 

Ketaatan pertama yang harus menjadi perhatian seorang Muslim dalam mendidik keluarganya adalah tauhid dan shalat. Sebab tauhid merupakan kebaikan yang paling baik. Karena kebaikan dan ibadah yang dikerjakan seorang hamba harus tegak di atas tauhid.

 

Tauhid merupakan kunci syurga dan jalan keselamatan dari neraka. Bahkan tauhid merupakan tujuan hidup manusia di dunia ini. Imam Ibn Katsir rahimahullah ketika menafsirkan, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, mengatakan, Termasuk bagian dari makna ayat ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkan anak kalian melakukan shalat bila telah berusia 7 tahun, dan bila telah berusia sepuluh tahun maka pukullah jika enggan melakukan shalat”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi)

 

Selain taat kepada Allah SWT, menjauhkan diri dari berbuat maksiat merupakan salah satu perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW hal ini ditegaskan dalam Al-Quran:   surat an-Nuur : 21: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Setelah Allah SWT melarang perkara dosa itu secara khusus, maka Dia melarang dosa-dosa yang lain secara umum. Termasuk langkah-langkah setan adalah semua maksiat, baik yang terkait dengan hati, lisan maupun anggota badan. Perbuatan keji adalah perbuatan yang dipandang keji oleh akal dan semua syariat, berupa dosa-dosa besar. Mungkar adalah perbuatan yang diingkari oleh akal dan syariat. Maksiat yang merupakan langkah-langkah setan tidak lepas dari perkara keji dan mungkar, maka Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya dari yang demikian sebagai nikmat-Nya kepada mereka agar mereka bersyukur dan mengingat-Nya, karena dengan menjauhinya dapat membuat diri mereka bersih dari kotoran dan noda yang mengotori dirinya dan menjauhkannya dari api neraka.



STRATEGI KETELADANAN DALAM ISLAM  STRATEGI KETELADANAN DALAM ISLAM Reviewed by sangpencerah on Agustus 08, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar: