Sifat keteladanan dalam Islam, sangat dianjurkan bahkan diharuskan untuk
membangun para generasi unggul di mas yang akan datang. Disadari atau tidak
keberadaan kita sebagai orangtua atau orang yang dituakan akan bersaing dengan
waktu dan bergeser sesuai kontek zaman. Sedangkan generasi merupakan sosok
pengganti untuk masa yang akan datang.
Karena itu ita harus menanamkan prilaku dan sikap serta tutur kata yang
baik, supaya menjadi panutan bagi mereka yang akan mengganti posisi kita di
udnia ini. Bagaimana cara kita menanamkan hal-hal positif pada generasi? Tentu
harus dimuli dari diri kita sendiri; sebagaimana firman Allah SWT. "Wahai
orang-orang yang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At-Taḥrim;66:6).
Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari
api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan cara taat
dan patuh melaksanakan perintah Allah. Karena, keluarga merupakan amanat yang
harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa ketika Surat At-Tahrim ayat ke-6 ini
turun, ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan
lalu bagaimana menjaga keluarga kami ?”
Rasulullah saw menjawab, “Laranglah
mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkan
mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah caranya
menyelamatkan mereka dari api neraka.
Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya
berjumlah sembilan belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan
penyiksaan di dalam neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai
Allah SWT terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan-Nya".
Ayat tersebut di atas berisi perintah Allah Ta’ala kepada orang-orang
beriman untuk melindungi diri dan keluarganya dari api neraka. Ayat ini menjadi
pengingat bagi setiap Muslim yang beriman. Sebab ukuran kesuksesan dan
kebahagiaan manusia di akhirat kelak adalah ketika dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan". (QS. Ali Imran;3 :185 )
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah majlis ilmu pernah berkata
bahwa makna “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” adalah
lakukanlah ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat serta suruhlah mereka
untuk berdzikir kepada Allah. Maka dengannya Allah selamatkan kalian dari api
neraka”.
Sedangkan Muqatil dan Ad Dhahak dalam tafsir Ibnu Katsir:4/391 berkata,
makna peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah, “Engkau
memerintahkan mereka untuk mentaati Allah SWT dan mencegah mereka dari
bermaksiat kepada Allah SWT, hendaklah engkau menegakkan perintah Allah SWT teradap
mereka, memerintahkan mereka dengan perintah Allah SWT dan membantu mereka
dalam urusan tersebut, dan jika engkau melihat kemaksiatan dari mereka maka
hendaklah engkau menghardik mereka”.
Sementara Ali bin Abi Thalib ra mengatakan bahwa makna “peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka”, adalah “didiklah mereka dan ajarkan ilmu
kepada mereka (addibhum wa ‘allimhum)”. Beliau juga menjelaskan bahwa dalam
menjaga keluarga dari Api Neraka dapat
dilakukan dengan berbagai hal berikut:
1. Bekali Keluarga dengan Ilmu dan Akhlaq yang baik. Karena ilmu merupakan perkara yang sangat
penting dan dipentingkan oleh Islam. Ia merupakan poros dan asas kebaikan.
Singkatnya, ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam mengarungi kehidupan
dunia menuju kehidupan akhirat. Makanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu,
Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan
membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut
ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada
di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah
ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris
para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang
sangat besar. (HR Ibnu
Majah)
Syeikh Naquib al-Attas, seorang cendekiawan muslim pernah berkata bahwa
Sebab utama berbagai masalah dunia Islam saat ini adalah problem ilmu dan
ketiadaan adab (the loss of adab). Oleh karena itu menurut beliau, solusi
mendasar bagi persoalan ummat Islam saat ini adalah pendidikan berbasis adab.
Beliau menyebutnya dengan istilah ta’dib. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada suatu pemberian seorang ayah kepada
anaknya yang lebih utama daripada adab (akhlak) yang baik.” (HR Tirmidzi)
Adapun Adab atau Akhlak yang dimaksud di sini bukan sekadar sopan santun
dan tata krama terhadap sesama manusia. Tetapi adab yang mencakup adab kepada
Allah SWT, Rasul-Nya, dan sesama manusia seperti adab kepada orang tua, guru,
kawan, dan sebagainya. Karena pada hakekatnya makna adab dalam bahasa Islam
adalah memberikan kepada yang berhak haknya. Memuliakan yang harus dimuliakan
dan tidak memuliakan yang tidak pantas dimuliakan.
“Tidak ada
yang lebih berat dalam timbangan daripada akhlak yang baik, dan sesungguhnya
orang yang berakhlaq baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan
shalat.” (HR Tirmidzi)
2. Mengajak Keluarga Selalu Taat Pada Allah SWT dan menghindari
maksiat. Karena salah satu Makna,
“peliharalah dirimu dari api neraka” adalah “lakukan ketaatan kepada Allah SWT dan
tinggalkan maksiat kepada-Nya”, kata Ibnu Abbas dan “Engkau memerintahkan
mereka untuk mentaati Allah SWT dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada
Allah SWT”, kata Muqatil dan ad-Dhahak. disebutkan: surat an-Nuur;24 : 54
Katakanlah, "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika
kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul (Muhammad) itu hanyalah apa
yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan
kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban
Rasul hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas." (QS.
an-Nuur;24 : 54)
Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka
berkata, "Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula)
kepada Rasul." (QS. Al-Ahzab;33: 66)
Ketaatan pertama yang harus menjadi perhatian seorang Muslim dalam mendidik
keluarganya adalah tauhid dan shalat. Sebab tauhid merupakan kebaikan yang
paling baik. Karena kebaikan dan ibadah yang dikerjakan seorang hamba harus
tegak di atas tauhid.
Tauhid merupakan kunci syurga dan jalan keselamatan dari neraka. Bahkan
tauhid merupakan tujuan hidup manusia di dunia ini. Imam Ibn Katsir
rahimahullah ketika menafsirkan, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”, mengatakan, Termasuk bagian dari makna ayat ini adalah hadits yang
diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidziy, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkan anak kalian melakukan shalat bila
telah berusia 7 tahun, dan bila telah berusia sepuluh tahun maka pukullah jika
enggan melakukan shalat”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi)
Selain taat kepada Allah SWT, menjauhkan diri dari berbuat maksiat
merupakan salah satu perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW hal ini ditegaskan
dalam Al-Quran: surat an-Nuur : 21: “Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan)
menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena
karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu
bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.
Setelah Allah SWT melarang perkara dosa itu secara khusus, maka Dia
melarang dosa-dosa yang lain secara umum. Termasuk langkah-langkah setan adalah
semua maksiat, baik yang terkait dengan hati, lisan maupun anggota badan.
Perbuatan keji adalah perbuatan yang dipandang keji oleh akal dan semua
syariat, berupa dosa-dosa besar. Mungkar adalah perbuatan yang diingkari oleh
akal dan syariat. Maksiat yang merupakan langkah-langkah setan tidak lepas dari
perkara keji dan mungkar, maka Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya dari yang
demikian sebagai nikmat-Nya kepada mereka agar mereka bersyukur dan
mengingat-Nya, karena dengan menjauhinya dapat membuat diri mereka bersih dari
kotoran dan noda yang mengotori dirinya dan menjauhkannya dari api neraka.

Tidak ada komentar: