TRANSFORMASI NILAI HAJI MABRUR DALAM KEHIDUPAN SOSIAL

 TRANSFORMASI NILAI HAJI MABRUR DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Oleh; Dr. H. Ruslan Fariadi AM, S.Ag,., M.Si
Ketua divisi Kaderisasi dan Organisasi MTT PPM

 


Pada bulan Dzulqa’dah dan Dzulhijjah kaum muslimin dunia telah mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci makkah dn Madinah. Semua kaum muslimin setelah menuanaikan ibadah haji berharap supaya haji yang telah ditunaikan dapat membawa manfaat bagi diri sendiri dan keluarga serta masyarakat sekitar, misalnya; sebelum berangkat haji seseorang suka mencela orang lain, memfitnah saudara sesama muslim bahkan selalu berbuat adu domba dan mendzalimi tetangga sekitar. Setelah pulang dari tanah suci melalui sebuah perenungan terhadap kesalahan dan dosa-dosanya, saat melakukan rangkain ibadah hajinya, maka berubah menjadi kasih mengasihi, mudah memahami rang lain, suka mema’afkan dan banyak berbagi dengan sesama manusia bahkan dengan semua makhluk di muka bumi ini, tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Itulah salah satu tada kemabruran ibadah haji bagi kaum muslimin.

Haji merupakan salah satu pilar dari bangunan keberagamaan seorang Muslim. Dalam hadis disebutkan: “Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah saw. bersabda: Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

secara harfiah, haji mabrur adalah haji yang baik atau ibadahnya telah dilaksanakan dengan baik dan diterima Allah SWT. Secara istilah, haji mabrur adalah Haji yang dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya dengan menjalankan rukun, wajib dan sunnah haji serta menjauhi larangan-larangan atau yang mengurangi kesempurnaan ibadah haji.

Esensi kemabruran haji terletak pada bagaimana seorang jama’ah haji dapat meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupannya setelah kembali dari tanah suci, serta menjadi teladan bagi masyarakat. Haji mabrur bukan hanya sekadar menjalankan ritual, tetapi juga tentang transformasi diri menjadi lebih bertaqwa dan bermanfaat bagi sesama. Secara spritual meningkat dan secara sosial juga bertambah peka dengan kondisi orang lain yang ada di sekitarnya.

Bagaimana menerapkan sikap kepribadian seorang yang meraih haji mabrur, pasca pelaksanaan ibadah hajinya? Di bawah ini beberapa indikator kemabruran ibadah haji seseorang. diantaranya

1. Haji Mabrur dan Transformasi Diri:

Haji mabrur merupakan haji yang diterima Allah SWT dan membawa kebaikan bagi pelaku dan orang sekitarnya. Hal ini ditandai dengan peningkatan kualitas ibadah, seperti shalat berjamaah, juga ibadah sosial, seperti menyantuni anak yatim, menjenguk orang sakit, dan kerja bakti lingkungan serta peka dengan kondisi saudara-saudara yang disayangi maupun tidak disayangi. 

2. Teladan bagi Masyarakat:

Sudah semestinya Jamaah haji yang mabrur diharapkan dapat menjadi teladan bagi masyarakat karena mereka memiliki komitmen untuk menjaga keharmonisan, mengaktualisasikan kepatuhan, dan menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari, baik di keluarga maupun masyarakat. Sehinga dengan demikian maka pesan ritual haji dapat diterapkan dalam berinteraksi dengan sesama.  

3. Kepedulian dan Kesejahteraan:

Stiap manusia tidak dapat menghindari hubungan dengan sesama, selaian juga hubungan dengan Allah SWT. Kaitannya dengan haji mabrur yaitu memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap tetangga dekat maupun tetangga jauh dari tempat tinggalnya. Kemabruran haji juga ditunjukkan dengan kepedulian terhadap sesama. Jama’ah haji yang mabrur mampu menebarkan kesejahteraan, berbicara dengan baik, dan membantu orang lain secar suka rela sebagai bentuk kemabruran ibadah hajinya.

4. Balasan Surga:

Haji mabrur, jika dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh sesuai tuntunan syariah, akan berdampak positif terhadap prilaku dan pikirannya, karena itu makan balasan bagi orang yang hajinya mabrur tidak balasan yang lebi mulia dari semua yang ada di dunia ini kecuali surganya Allah SWT. Hal ini merupakan janji Allah SWT melalui RasuNya.. 

5. Moderasi Beragama:

Dalam konteks moderasi beragama, Kemabruran haji sangat penting dimana Jamaah haji dengan predikat haji mabrur diharapkan mampu terlibat dalam dialog dan kerja sama yang konstruktif dengan dari berbagai elemen masyarakat untuk mewujudkan kerukunan dan kedamaian serta keharmonisan dalam berhubungan dan berinteraksi dengan siapapun. Suka berdamai dengan diri sendiri, membuang sifat egoisme dan angkuh di dunia ini.

 

Memang dalam Al-Quran maupun Hadis tidak ada perumusan bagaimana yang dimaksud dengan kata MABRUR itu secara tegas. Tetapi kalau kita hubungkan dengan ayat yang memerintahkan ibadah haji dapat kita pahami bahwa sebenarnya haji yang dapat mencapai hasil-guna dan daya-guna kalau haji itu dilakukan dengan ikhlas tanpa dilakukan dengan berkata busuk dan berbuat keji, berbuat yang merusak agama (fusuq) dan tidak pula bertengkar, sebagai tersebut pada firman Allah pada ayat 197 surat Al Baqarah:

 “Barangsiapa yang telah mendapatkan kewajiban haji, janganlah ia melakukan rafats, kefasikan dan pertengkaran dalam haji.” (QS. Al-Baqarah: 197)

 

Dalam Hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah disebutkan:

Dari Abu Hurairah sesungguhnya Nabi saw bersabda “Barang siapa melaksanakan haji lalu dia tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik maka dia kembali seperti hari saat dilahirkan oleh ibunya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Dari ayat dan Hadis tersebut di atas tidak kita dapati haji mabrur itu. Istilah tersebut terdapat pada Hadis riwayat Bukhari Muslim:

dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Ditanyakan kepada Nabi ï·º: “‘Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan rasul-Nya.” Kemudian ditanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Al Jihad fii sabiilillah.” Kemudian ditanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab, “Haji mabrur”. (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Pada Hadis lain disebutkan:

Haji Mabrur tak ada balasan lain kecuali Surga. (HR. Bukhari).

 

Secara spesifik tentang titel Mabrur beragam makna dan penjelasan dari kalangan ulama’, dan Sejauh pemantauan yang kami lakukan, Hadis-Hadis Nabi tidak memberi kualifikasi untuk kata mabrur ini. untuk itu ada pendapat-pendapat ulama, antara lain: bersih dari jenis dosa dan ringan melakukan shalat dan kebajikan, seperti dikemukakan oleh abu bakar al jazairy dalam kitabnya minhajul muslim. ada yang mengatakan bahwa mabrur itu ialah yang tidak dicampur dengan perbuatan dosa dan itulah haji yang diterima. demikian menurut muhammad ahmad al adawy. ada lagi ulama yang memberikan keterangan bahwa mabrur ialah haji yang tidak diikuti dengan perbuatan maksiat, artinya, sesudah menunaikan haji, dirinya tetap berjaga dari perbuatan-perbuatan maksiat.

Secara ringkas, esensi kemabruran haji adalah tentang bagaimana seorang jamaah haji dapat berkontribsi dalam beberapa hal:

Mengintensifkan ibadah dan kebaikan: , Menjadi teladan, Meningkatkan kepedulian dan kesejahteraan sosial, Mewujudkan moderasi beragama, Berharap balasan surga. 

Oleh sebab itulah maka Haji mabrur, menurut pandangan yang rajih adalah haji yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat, dilandasi keikhlasan, dan memberikan dampak positif dalam kehidupan seorang muslim, baik selama ibadah haji maupun setelahnya. Balasan dari haji mabrur adalah surga.

Selain itu “Orang yang memperoleh predikat haji mabrur laysa lahu jazaa’ illal jannah; tidak ada balasan lain kecuali surga. Satu hadiah, satu kebahagiaan yang tertinggi sebagai sesuatu hal yang diperoleh bagi para jamaah yang mendapatkan predikat haji mabrur

terdapata tiga ciri orang yang hajinya mabrur, yakni dermawan, selalu menebar kebaikan, dan santun dalan bertutur kata. “Memiliki rasa kepedulian sosial, tidak pelit, suka membantu orang lain, kemudian juga kehadirannya justru mendatangkan kedamaian banyak orang dan bahkan eksistensinya/keberadaanya banyak dibutuhkan orang. Maka ini bagian dari ciri-ciri kemabruran haji seseorang,” lebih jelasnya  yaitu; melaksanakan haji dengan niat baik; mempelajari tata cara manasik haji yang benar; melaksanakan rukun, wajib, dan sunnah haji dengan penuh rasa hikmat; memperbanyak membaca talbiyah dan mengingat Allah SWT; menjauhi segala hal yang mengotori ibadah haji, dan; melaksanakan ibadah haji yang bersumber dari harta yang halal, bukan dari sesuatu yang haram atau hasil korupsi.



TRANSFORMASI NILAI HAJI MABRUR DALAM KEHIDUPAN SOSIAL  TRANSFORMASI NILAI HAJI MABRUR DALAM KEHIDUPAN SOSIAL Reviewed by sangpencerah on Juli 02, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar: