Pada bulan Dzulqa’dah dan Dzulhijjah
kaum muslimin dunia telah mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah haji ke
tanah suci makkah dn Madinah. Semua kaum muslimin setelah menuanaikan ibadah
haji berharap supaya haji yang telah ditunaikan dapat membawa manfaat bagi diri
sendiri dan keluarga serta masyarakat sekitar, misalnya; sebelum berangkat haji
seseorang suka mencela orang lain, memfitnah saudara sesama muslim bahkan
selalu berbuat adu domba dan mendzalimi tetangga sekitar. Setelah pulang dari
tanah suci melalui sebuah perenungan terhadap kesalahan dan dosa-dosanya, saat
melakukan rangkain ibadah hajinya, maka berubah menjadi kasih mengasihi, mudah
memahami rang lain, suka mema’afkan dan banyak berbagi dengan sesama manusia
bahkan dengan semua makhluk di muka bumi ini, tanpa tekanan dan paksaan dari
siapapun. Itulah salah satu tada kemabruran ibadah haji bagi kaum muslimin.
Haji merupakan
salah satu pilar dari bangunan keberagamaan seorang Muslim. Dalam hadis
disebutkan: “Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah saw. bersabda: Islam dibangun
diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa
Ramadhan”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
secara harfiah,
haji mabrur adalah haji yang baik atau ibadahnya telah dilaksanakan dengan baik
dan diterima Allah SWT. Secara istilah, haji mabrur adalah Haji yang
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya dengan menjalankan
rukun, wajib dan sunnah haji serta menjauhi larangan-larangan atau yang
mengurangi kesempurnaan ibadah haji.
Esensi kemabruran haji terletak
pada bagaimana seorang jama’ah haji dapat meningkatkan kualitas ibadah dan
kehidupannya setelah kembali dari tanah suci, serta menjadi teladan bagi
masyarakat. Haji mabrur bukan hanya sekadar menjalankan
ritual, tetapi juga tentang transformasi diri menjadi lebih bertaqwa
dan bermanfaat bagi sesama. Secara spritual meningkat dan secara sosial juga bertambah peka dengan
kondisi orang lain yang ada di sekitarnya.
Bagaimana menerapkan
sikap kepribadian seorang yang meraih haji mabrur, pasca pelaksanaan ibadah
hajinya? Di bawah ini beberapa indikator kemabruran ibadah haji seseorang.
diantaranya
1. Haji
Mabrur dan Transformasi Diri:
Haji mabrur merupakan
haji yang diterima Allah SWT dan membawa kebaikan bagi pelaku dan orang sekitarnya. Hal ini ditandai dengan peningkatan kualitas
ibadah, seperti shalat berjama’ah, juga ibadah sosial, seperti menyantuni anak yatim,
menjenguk orang sakit, dan kerja bakti lingkungan serta peka dengan kondisi
saudara-saudara yang disayangi maupun tidak disayangi.
2. Teladan
bagi Masyarakat:
Sudah
semestinya Jama’ah haji yang mabrur diharapkan dapat
menjadi teladan bagi masyarakat karena mereka memiliki komitmen untuk menjaga
keharmonisan, mengaktualisasikan kepatuhan, dan menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari,
baik di keluarga maupun masyarakat. Sehinga dengan demikian maka pesan ritual haji
dapat diterapkan dalam berinteraksi dengan sesama.
3. Kepedulian
dan Kesejahteraan:
Stiap
manusia tidak dapat menghindari hubungan dengan sesama, selaian juga hubungan
dengan Allah SWT. Kaitannya dengan haji mabrur yaitu memiliki kepekaan sosial
yang tinggi terhadap tetangga dekat maupun tetangga jauh dari tempat
tinggalnya. Kemabruran haji juga ditunjukkan dengan kepedulian terhadap
sesama. Jama’ah haji yang mabrur mampu menebarkan kesejahteraan, berbicara
dengan baik, dan membantu orang lain secar suka rela sebagai bentuk kemabruran
ibadah hajinya.
4. Balasan Surga:
Haji
mabrur, jika dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh sesuai tuntunan
syariah, akan berdampak positif terhadap prilaku dan pikirannya, karena itu
makan balasan bagi orang yang hajinya mabrur tidak balasan yang lebi mulia dari
semua yang ada di dunia ini kecuali surganya Allah SWT. Hal ini merupakan janji
Allah SWT melalui RasuNya..
5. Moderasi
Beragama:
Dalam konteks moderasi beragama, Kemabruran haji sangat penting
dimana Jamaah haji dengan predikat haji mabrur diharapkan mampu terlibat dalam dialog dan kerja
sama yang konstruktif dengan dari berbagai elemen masyarakat untuk mewujudkan kerukunan dan kedamaian serta
keharmonisan dalam berhubungan dan berinteraksi dengan siapapun. Suka berdamai
dengan diri sendiri, membuang sifat egoisme dan angkuh di dunia ini.
Memang dalam Al-Quran maupun Hadis tidak ada perumusan bagaimana yang
dimaksud dengan kata MABRUR itu secara tegas. Tetapi kalau kita hubungkan
dengan ayat yang memerintahkan ibadah haji dapat kita pahami bahwa sebenarnya
haji yang dapat mencapai hasil-guna dan daya-guna kalau haji itu dilakukan
dengan ikhlas tanpa dilakukan dengan berkata busuk dan berbuat keji, berbuat
yang merusak agama (fusuq) dan tidak pula bertengkar, sebagai tersebut pada
firman Allah pada ayat 197 surat Al Baqarah:
“Barangsiapa yang telah mendapatkan
kewajiban haji, janganlah ia melakukan rafats, kefasikan dan pertengkaran dalam
haji.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Dalam Hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah disebutkan:
Dari Abu Hurairah sesungguhnya Nabi saw bersabda “Barang siapa
melaksanakan haji lalu dia tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik
maka dia kembali seperti hari saat dilahirkan oleh ibunya”. (HR. Bukhari
dan Muslim).
Dari ayat dan Hadis tersebut di atas tidak kita dapati haji mabrur itu.
Istilah tersebut terdapat pada Hadis riwayat Bukhari Muslim:
dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Ditanyakan kepada Nabi ï·º: “‘Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Iman
kepada Allah dan rasul-Nya.” Kemudian ditanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau
menjawab, “Al Jihad fii sabiilillah.” Kemudian ditanya lagi, “Kemudian apa
lagi?” Beliau menjawab, “Haji mabrur”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada Hadis lain disebutkan:
Haji Mabrur tak ada balasan lain kecuali Surga. (HR. Bukhari).
Secara spesifik tentang titel Mabrur beragam makna dan penjelasan dari
kalangan ulama’, dan Sejauh pemantauan yang kami lakukan, Hadis-Hadis Nabi
tidak memberi kualifikasi untuk kata mabrur ini. untuk itu ada
pendapat-pendapat ulama, antara lain: bersih dari jenis dosa dan ringan
melakukan shalat dan kebajikan, seperti dikemukakan oleh abu bakar al jazairy
dalam kitabnya minhajul muslim. ada yang mengatakan bahwa mabrur itu ialah yang
tidak dicampur dengan perbuatan dosa dan itulah haji yang diterima. demikian
menurut muhammad ahmad al adawy. ada lagi ulama yang memberikan keterangan
bahwa mabrur ialah haji yang tidak diikuti dengan perbuatan maksiat, artinya,
sesudah menunaikan haji, dirinya tetap berjaga dari perbuatan-perbuatan
maksiat.
Secara ringkas, esensi kemabruran haji adalah
tentang bagaimana seorang jama’ah haji dapat berkontribsi dalam beberapa hal:
Mengintensifkan ibadah dan kebaikan: , Menjadi teladan,
Meningkatkan kepedulian dan kesejahteraan sosial, Mewujudkan moderasi beragama,
Berharap balasan surga.
Oleh sebab itulah maka Haji mabrur, menurut pandangan yang rajih adalah haji yang dilaksanakan
sesuai dengan tuntunan syariat, dilandasi keikhlasan, dan memberikan dampak
positif dalam kehidupan seorang muslim, baik selama ibadah haji maupun
setelahnya. Balasan dari haji mabrur adalah surga.
Selain itu “Orang
yang memperoleh predikat haji mabrur laysa lahu jazaa’ illal jannah; tidak ada balasan lain
kecuali surga. Satu hadiah, satu kebahagiaan yang tertinggi sebagai sesuatu hal
yang diperoleh bagi para jamaah yang mendapatkan predikat haji mabrur
terdapata
tiga ciri orang yang hajinya mabrur, yakni dermawan, selalu menebar kebaikan,
dan santun dalan bertutur kata. “Memiliki rasa kepedulian sosial, tidak pelit,
suka membantu orang lain, kemudian juga kehadirannya justru mendatangkan
kedamaian banyak orang dan bahkan eksistensinya/keberadaanya banyak dibutuhkan
orang. Maka ini bagian dari ciri-ciri kemabruran haji seseorang,” lebih jelasnya yaitu; melaksanakan haji dengan niat baik; mempelajari
tata cara manasik haji yang benar; melaksanakan rukun, wajib, dan sunnah haji
dengan penuh rasa hikmat; memperbanyak membaca talbiyah dan
mengingat Allah SWT; menjauhi segala hal yang mengotori ibadah haji, dan;
melaksanakan ibadah haji yang bersumber dari harta yang halal, bukan dari
sesuatu yang haram atau hasil korupsi.

Tidak ada komentar: