MOTIVASI BERIBADAH DI BULAN RAMADHAN

 MOTIVASI BERIBADAH DI BULAN RAMADHAN
Oleh. Ust. Nuruddin Musyafa’, M.Pd
Sekretaris MPID PDM Kota Malang

 




Separuh waktu ramadhan telah membersamai kita kaum muslimin, puasa disiang hari dan shalat tarawih di malam hari, hal ini menandakan ibadah di bulan ramadhan terasa lengkap dalam kurun waktu 1 x 24 jam. Jika belum menyerasikan kedua ketatatan tersebut, maka belum lengkap rasanya ibadah kita di bulan ramadhan. Karena puasa itu tidak hnaya disiang hari, tapi juga di malam hari (baca sejarah disyariatkannya puasa ramadhan) sebagaimana hadits Abdurrahman bin Auf berkata Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya sebagai berikut:  

"Allah SWT mewajibkan puasa ramadhan dan menganjurkan menegakkan shalat di malamnya. Siapapun yang berpuasa dan menegakkan malamnya, dengan iman dan perhitungan, akan diampuni dosanya seperti saat dilahirkan oleh ibunya." (HR Imam Ahmad, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah) sedangkan ayat perintah kewajiban puasa yaitu;


 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

 


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah ;2:183)

Jika  kita membaca ayat di atas, tujuan utama puasa adalah menjadikan orang yang berpuasa itu menjadi hamba yang bertaqwa. Artinya bila ada orang yang berpuasa tetapi puasanya tidak menjadikan dirinya sebagai hamba yang bertaqwa, maka akan sangat rugi sekali. Terkait dengan hal itu Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan kita dalam haditsnya,

 

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

 

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).. Dari sabda Nabi Muhammad SAW ini bisa kita lihat bagaimana bila puasa itu tidak dibentengi dengan baik, maka puasa yang dikerjakan hanya berpotensi menghasilkan lapar dan dahaga saja dan bahkan jauh dari tujuan puasa yaitu menjadikan hamba Allah SWT yang bertaqwa.

Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita yang berpuasa untuk menjaga puasa kita, agar tujuan akhir dari puasa yaitu menjadi hamba Allah SWT yang bertaqwa bisa tercapai. Oleh karena itu ada beberapa amalan utama di bulan Ramadhan yang bisa kita jadikan benteng bagi puasa kita, agar puasa yang dikerjakan tidak seperti yang Nabi Muhammad gambarkan dalam hadits di atas.

Pertama, memperbanyak sedekah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW ditanya oleh sahabat, sedekah mana yang paling utama. Beliau menjawab, sedekah di bulan Ramadhan. Artinya bila di bulan-bulan selain Ramadhan kita sudah biasa bersedekah maka di bulan Ramadhan lebih kita intensifkan sedekah kita. Lebih kita perbanyak sedekah kita. Dan salah satu yang menjadi istimewa di bulan Ramadhan adalah orang akan terasa mudah dan ringan untuk banyak bershadaqah.

Akan tetapi, kita juga harus hati-hati dalam bersedekah itu. Jangan sampai sedekah yang sudah kita keluarkan menjadi rusak atau hilang pahalanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al Qur’an surat al Baqarah ayat 264,

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

 

 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Penjelasan ayat di atas, Allah SWT telah mengingatkan kita bahwa shadaqah yang dikeluarkan jangan diikuti dengan menyebut-nyebut shadaqah tersebut, apalagi sampai menyakiti hati yang menerimanya, maka shadaqah yang dikeluarkan itu termasuk kategori pamer atau riya’ dan shadaqah yang kita keluarkan akan menjadi rusak atau hilang pahala shadaqahnya. Karena itu maka jika kita belum mempu memberi shadaqah ucapkan perkataan yang baik (ucapan ini bernilai shadaqah) dan jika kita mampu bershadaqah, maka lakukanlah karena itu lebih baik, selama tidak diikuti oleh perilaku dan ucapan yang menyakitkan. Dan juga yang tidak kalah penting lagi adalah balasan yang Allah SWT sediakan bagi orang yang gemar bershadaqah bukan hanya berupa materi atau uang saja, tetapi juga bisa berwujud kesehatan, keluarga yang bahagia dan anak-anak yang shaleh dan shalehah, dan saat pada aturan syari’at agama. Jadi memperbanyak shadaqah di bulan Ramadhan itu sangat penting dalam rangka membentengi puasa kita, akan tetapi yang tidak kalah penting lagi adalah kita tahu ilmu bershadaqah yang benar, dan ilmu bersedekah yang benar telah Allah SWT informasikan kepada kita di dalam al Qur’an. 

Kedua, bertadarus al Qur’an, dalam sebuah haditsnya Rasulullah SAW menyampaikan bahwa beliau setiap malam di Bulan Ramadhan selalu bertadarus al Qur’an dengan Malaikat Jibril. Artinya Rasulullah SAW mengisi malam-malam Ramadhan dengan banyak membaca al Qur’an.

Lantas yang menjadi tujuan utama bertadarus al Qur’an itu adalah bukan mengejar banyak khatamnya saja, tapi bagaimana kita bisa berinteraksi secara mendalam dengan al Qur’an. Kita harus tahu apa arti atau makna yang kita baca, sehingga apa yang dibaca bisa diamalkan. Jangan sampai sudah khatam al Qur’an berkali-kali akan tetapi tidak mengerti apa yang Allah SWT inginkan dari yang kita baca. Bila hal itu terjadi, maka komunikasi kita dengan Allah SWT telah terputus.

Karena al Qur’an adalah pedoman hidup kita, landasan hidup kita maka menjadi sangat penting untuk berinteraksi secara mendalam dengan al Qur’an dengan cara moco al qur’an sak maknane (membaca al Qur’an dengan maknanya).

Ketiga, mendirikan shalat di bulan Ramadhan atau yang biasa kita sebut dengan shalat tarawih, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menggembirakan para sahabat dengan menegakkan shalat di bulan Ramadhan, dan beliau bersabda,

 

ومن قام رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

 

Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat Tarawih) di bulan Ramadan dengan (penuh) keimanan dan mengharap (pahala), maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu”.[HR. Bukhari, no. 2008, dan Muslim, no. 174

Hadits ini bermakna kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk menyemarakan malam-malam di bulan Ramadhan dengan mendirikan shalat taraweh. Dengan catatan bahwa shalat taraweh yang dikerjakan itu di dasarkan ketaatan kepada Allah SAW, dikerjakan dengan penuh kekhusyu’an dan tuma’ninah, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu.

Yang terakhir adalah beri’tikaf di 10 hari terakhir, seperti kita mafhum bersama bahwa Allah SWT akan menurunkan lailatul qadar pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, seperti firman Allah SWT dalam surat al Fajr ayat 2,

 

وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ

 

“demi malam yang sepulu”h. Beberapa ahli tafsir mengatakan yang dimaksud malam yang sepuluh dalam ayat ini adalah 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Hal yang senada juga disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, adalah Rasulullah itu beri’tikaf pada sepuluh hari yang terakhir pada bulan Ramadhan”.

Maka di penghujung Ramadhan kita harus memaksimalkan ibadah kita dengan melakukan I’tikaf. Bukan malah sebaliknya di penghujung Ramadhan yang dimaksimalkan adalah belanjanya untuk mencukupi kebutuhan hari raya, karena di akhir-akhir Ramadhan banyak toko yang memberikan diskon besar-besaran. Bila ingin memenuhi kebutuhan hari raya bisa dimulai sejak awal-awal Ramadhan, sehingga diakhir Ramadhan bisa kita optimalkan ibadah kita dalam rangka meraih lailatul Qadar yang di dalamnya terdapat kebaikan yang luar biasa. Itulah empat amalan utama yang bila kita kerjakan selama Bulan Ramadhan ini, bisa membentengi puasa kita dari puasa yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, menjadi puasa yang menjadikan kita hamba Allah SWT yang bertaqwa.

Akhirnya, semoga Allah SWT menjadikan puasa yang kita kerjakan pada Ramadhan tahun ini menjadi puasa yang bermakna bagi diri kita yaitu menjadikan kita hamba Allah SWT yang bertaqwa, bermakna bagi masyarakat kita yaitu menjadikan masyarakat yang selalu dirahmati oleh Allah SWT, dan bermakna bagi bangsa dan Negara kita yaitu Allah SWT menjadikan bangsa ini bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Aamiin.Wallahu a’lam bish-shawab. 

 



MOTIVASI BERIBADAH DI BULAN RAMADHAN  MOTIVASI BERIBADAH DI BULAN RAMADHAN Reviewed by sangpencerah on Maret 14, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar: