Separuh waktu ramadhan
telah membersamai kita kaum muslimin, puasa disiang hari dan shalat tarawih di
malam hari, hal ini menandakan ibadah di bulan ramadhan terasa lengkap dalam
kurun waktu 1 x 24 jam. Jika belum menyerasikan kedua ketatatan tersebut, maka
belum lengkap rasanya ibadah kita di bulan ramadhan. Karena puasa itu tidak
hnaya disiang hari, tapi juga di malam hari (baca sejarah disyariatkannya puasa
ramadhan) sebagaimana hadits Abdurrahman bin Auf
berkata Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya sebagai berikut:
"Allah SWT mewajibkan puasa
ramadhan
dan menganjurkan
menegakkan shalat
di malamnya. Siapapun yang berpuasa dan menegakkan malamnya, dengan iman dan
perhitungan, akan diampuni dosanya seperti saat dilahirkan oleh ibunya." (HR
Imam Ahmad, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah) sedangkan
ayat perintah kewajiban puasa yaitu;
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah ;2:183)
Jika kita membaca ayat di atas, tujuan utama puasa
adalah menjadikan orang yang berpuasa itu menjadi hamba yang bertaqwa. Artinya bila ada orang yang berpuasa
tetapi puasanya tidak menjadikan dirinya sebagai hamba yang bertaqwa, maka akan
sangat rugi sekali. Terkait dengan hal itu Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan kita dalam
haditsnya,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ
الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak
orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali
rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al
Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini
shahih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).. Dari sabda Nabi
Muhammad SAW ini bisa kita lihat bagaimana bila puasa itu tidak dibentengi dengan
baik, maka puasa yang dikerjakan hanya berpotensi menghasilkan lapar dan dahaga
saja dan bahkan jauh dari tujuan puasa yaitu menjadikan hamba Allah SWT yang
bertaqwa.
Oleh
karena itu, menjadi sangat penting bagi kita yang berpuasa untuk menjaga puasa
kita, agar tujuan akhir dari puasa yaitu menjadi hamba Allah SWT yang bertaqwa
bisa tercapai. Oleh karena itu ada beberapa amalan utama di bulan Ramadhan yang
bisa kita jadikan benteng bagi puasa kita, agar puasa yang dikerjakan tidak
seperti yang Nabi Muhammad gambarkan dalam hadits di atas.
Pertama, memperbanyak sedekah. Dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW ditanya oleh sahabat, sedekah mana
yang paling utama. Beliau menjawab, sedekah di bulan Ramadhan. Artinya bila di bulan-bulan selain
Ramadhan kita sudah biasa bersedekah maka di bulan Ramadhan lebih kita
intensifkan sedekah kita. Lebih kita perbanyak sedekah kita. Dan salah satu
yang menjadi istimewa di bulan Ramadhan adalah orang akan terasa mudah dan
ringan untuk banyak bershadaqah.
Akan
tetapi, kita juga harus hati-hati dalam bersedekah itu. Jangan sampai sedekah
yang sudah kita keluarkan menjadi rusak atau hilang pahalanya. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam al Qur’an surat al Baqarah ayat 264,
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ
كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ
وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ
فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا
كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak
bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Penjelasan ayat di atas, Allah SWT telah mengingatkan kita bahwa
shadaqah yang
dikeluarkan jangan diikuti dengan menyebut-nyebut shadaqah tersebut, apalagi sampai menyakiti hati yang menerimanya, maka shadaqah yang dikeluarkan itu termasuk
kategori pamer atau riya’ dan shadaqah yang kita keluarkan akan menjadi rusak atau
hilang pahala shadaqahnya. Karena itu maka jika kita belum mempu memberi shadaqah
ucapkan perkataan yang baik (ucapan ini bernilai shadaqah) dan jika kita mampu bershadaqah,
maka lakukanlah karena itu lebih baik, selama tidak diikuti oleh perilaku dan
ucapan yang menyakitkan. Dan juga yang tidak kalah penting lagi adalah balasan
yang Allah SWT sediakan bagi orang yang gemar bershadaqah bukan hanya berupa
materi atau uang saja, tetapi juga bisa berwujud kesehatan, keluarga yang
bahagia dan anak-anak yang shaleh dan shalehah, dan saat pada aturan syari’at
agama. Jadi memperbanyak shadaqah di bulan Ramadhan itu sangat penting dalam
rangka membentengi puasa kita, akan tetapi yang tidak kalah penting lagi adalah
kita tahu ilmu bershadaqah yang benar, dan ilmu bersedekah yang benar telah
Allah SWT informasikan kepada kita di dalam al Qur’an.
Kedua, bertadarus al Qur’an, dalam sebuah haditsnya
Rasulullah SAW menyampaikan bahwa beliau setiap malam di Bulan Ramadhan selalu
bertadarus al Qur’an dengan Malaikat Jibril. Artinya Rasulullah SAW mengisi
malam-malam Ramadhan dengan banyak membaca al Qur’an.
Lantas yang
menjadi tujuan utama bertadarus al Qur’an itu adalah bukan mengejar banyak
khatamnya saja, tapi bagaimana kita bisa berinteraksi secara mendalam dengan al
Qur’an. Kita harus tahu apa arti atau makna yang kita baca, sehingga apa yang
dibaca bisa diamalkan. Jangan sampai sudah khatam al Qur’an berkali-kali akan
tetapi tidak mengerti apa yang Allah SWT inginkan dari yang kita baca. Bila hal
itu terjadi, maka komunikasi kita dengan Allah SWT telah terputus.
Karena
al Qur’an adalah pedoman hidup kita, landasan hidup kita maka menjadi sangat
penting untuk berinteraksi secara mendalam dengan al Qur’an dengan cara moco
al qur’an sak maknane (membaca al Qur’an dengan maknanya).
Ketiga, mendirikan shalat di bulan Ramadhan
atau yang biasa kita sebut dengan shalat tarawih, dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menggembirakan para sahabat
dengan menegakkan shalat di bulan Ramadhan, dan beliau bersabda,
ومن قام
رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat Tarawih) di bulan Ramadan
dengan (penuh) keimanan dan mengharap (pahala), maka dia akan diampuni
dosa-dosa yang telah lalu”.[HR. Bukhari, no. 2008, dan Muslim, no. 174
Hadits ini
bermakna kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk menyemarakan malam-malam di
bulan Ramadhan dengan mendirikan shalat taraweh. Dengan catatan bahwa shalat
taraweh yang dikerjakan itu di dasarkan ketaatan kepada Allah SAW, dikerjakan
dengan penuh kekhusyu’an dan tuma’ninah, maka Allah SWT akan mengampuni
dosa-dosa kita yang telah lalu.
Yang
terakhir adalah beri’tikaf di 10 hari terakhir, seperti kita mafhum bersama
bahwa Allah SWT akan menurunkan lailatul qadar pada 10 hari terakhir di bulan
Ramadhan, seperti firman Allah SWT dalam surat al Fajr ayat 2,
وَلَيَالٍ
عَشْرٍۙ
“demi malam yang
sepulu”h. Beberapa
ahli tafsir mengatakan yang dimaksud malam yang sepuluh dalam ayat ini adalah
10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Hal yang senada juga disampaikan oleh
Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, adalah
Rasulullah itu beri’tikaf pada sepuluh hari yang terakhir pada bulan Ramadhan”.
Maka di
penghujung Ramadhan kita harus memaksimalkan ibadah kita dengan melakukan
I’tikaf. Bukan malah sebaliknya di penghujung Ramadhan yang dimaksimalkan
adalah belanjanya untuk mencukupi kebutuhan hari raya, karena di akhir-akhir
Ramadhan banyak toko yang memberikan diskon besar-besaran. Bila ingin memenuhi
kebutuhan hari raya bisa dimulai sejak awal-awal Ramadhan, sehingga diakhir
Ramadhan bisa kita optimalkan ibadah kita dalam rangka meraih lailatul Qadar
yang di dalamnya terdapat kebaikan yang luar biasa. Itulah empat amalan utama
yang bila kita kerjakan selama Bulan Ramadhan ini, bisa membentengi puasa kita
dari puasa yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja, menjadi puasa yang
menjadikan kita hamba Allah SWT yang bertaqwa.
Akhirnya,
semoga Allah SWT menjadikan puasa yang kita kerjakan pada Ramadhan tahun ini
menjadi puasa yang bermakna bagi diri kita yaitu menjadikan kita hamba Allah SWT
yang bertaqwa, bermakna bagi masyarakat kita yaitu menjadikan masyarakat yang
selalu dirahmati oleh Allah SWT, dan bermakna bagi bangsa dan Negara kita yaitu
Allah SWT menjadikan bangsa ini bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafuur. Aamiin.Wallahu a’lam bish-shawab.

Tidak ada komentar: