Merefles
kembali pemahaman kita tentang
Mengapa
peristiwa ini terjadi. Menurut Syekh Muhammad Khudori dalam Nur Al Yaqin fi
Sirati Sayyidil Mursalin, menjelaskan adapun hal yang memicu terjadinya
peristiwa Isra dan Mi’raj yaitu sebagai bentuk tasliyah (hiburan) yang Allah
SWT berikan kepada kekasihnya (Nabi Muhammad SAW) karena ditinggal oleh dua
orang yang dicintainya yaitu Khadijah sang istri dan Abu Thalib sang paman.
Peristiwa ini tepatnya terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian (Nabi Muhammad SAW
saat itu berumur 51 tahun) atau biasa disebut dengan ‘amul huzn (tahun kesedihan.
Fakta
sejarah dalam peristiwa Isra Mi’raj Rasullah SAW dalam perspektif Hadits merupakan sejarah monumental
bagi umat Islam. Sekalipun banyak kontroversi
tentang waktu kejadiannya,
ada yang mengatakan pada 27 Rajab di tahun
kedelapan kenabian, ada pula yang mengataan bulan Sya’ban
tahun kesembilan kenabian dan lainnya. Terlepas dari kontroversi ini perlu
diyakini bahwa peristiwa ini benar-benar terjadi sebagai mu’jizat bagi
Rasulullah SAW, dan merupakan peristiwa perjalanan suci Rasulullah
SAW. Pristiwa ini dialami
oleh Rasullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina, hingga
naik ke Sidratul Muntaha yang berada di atas langit ke tujuh dalam durasi waktu
yang sangat singkat dan menuai gejolak logika manusia pada saat itu, karena
hanya berlangsung satu malam. Bahkan tidak sampai satu malam menurut pandangan
logika kita, yaitu setelah isya’ sampai sebelum shubuh, sementara menurut
pikiran kita satu malam itu berdurasi 12 jam. Kenapa al-Qur’an menyebut malam
karena terjadi dimalam hari, bukan semalam penuh. Dalam konversi logika manusia
sungguh tidak masuk akal, akan tetapi umat Islam yang memiliki kekuatan iman harus
mengimaninya karena terdapat keterangan dari hadits-hadits shahih dan
Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia (hudan annas).
Inilah bukti
kecintaan dan kasih Allah SWT terhadap hamba
tercinta-Nya, disamping itu peristiwa ini tidak pernah
dialami oleh Nabi-Nabi sebelum Nabi
Muhammad SAW.
Secara sederhana Rasulullah SAW
menempuh perjalanan secepat kilat lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha. Perjalanan Rasulullah SAW pada
suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.
Peristiwa ini disebutkan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an :“Maha Suci Allah, yang telah mempertahankan hambaNya pada suatu
malam dari Al Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan padanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
(QS Al Isra;17:1)
sedangkan Mi’raj secara bahasa artinya naik. Secara istilah yaitu
naiknya Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha.
Dalam Al Qur’an, Miraj ini disinggung dalam surat An-Najm.“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada
surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak
berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya
dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”.
(QS An-Najm;:13-18)
dalam penjelasan hadits “Sungguh engkau telah memilih
kesucian”, kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut. Mi’raj pun dimulai.
Rasulullah SAW naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Dalam
lanjutan dari hadits shahih Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah dijelaskan
lanjutannya.‘Lalu aku bawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat
bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu
langit”.Hingga beliau pun melewati pintu-pintu langit yang dihuni oleh
arwah para Nabi. Di langit ke tujuh, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim
yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Makmur. Di mana tempat itu
setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi
sesudahnya. Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha yang
lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti
tempayan besar. Disinilah Rasulullah SAW menerima suatu
kewajiban pertama, utama dan sempurna yang disampaikan
secara langsung oleh Allah SWT yaitu kewajiban shalat
Sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam, Rasulullah SAWpun
turun dan bertemu dengan Nabi Musa dan bertanya; “Apa yang diwajibkan Rabbmu
terhadap umatmu?” tanya Nabi Musa. Aku menjawab,”Saat 50 kali” Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena
sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya
aku telah menguji Bani Israil dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan
mereka”. “Aku akan kembali kepada Rabbku”. Lalu aku memohon,”Ya Rabb, berilah
keringanan lima shalat. Lalu aku kembali kepada Musa ‘alaihis salam. Aku
berkata kepadanya,”Allah telah memberikan keringanan lima kali”. Musa
mengatakan,”Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka
kembalilah kepada Rabbmu dan minta keringanan”. Aku terus bolak balik antara
Rabbku dengan Mudah hingga Rabbku berfirman:
“Wahai
Muhammad sesungguhnya kewajiban shalat itu lima kali dalam sehari semalam.
Setiap shalat mendapat pahala 10 kali lipat, maka 5 kali shalat sama dengan 50
kali shalat. Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak
melaksanakannya maka dicatat untuk ya satu kebaikan. Dan jika ia
melaksanakannya maka dicatat untuk ya sepuluh kebaikan. Barang siapa berniat
melakukan satu kejelekan namun dia tidak melaksanakannya maka kejelekan
tersebut tidak dicatat sama sekali.
Dan
jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan”. Kemudian aku turun
hingga bertemu Nabi Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia
mengatakan,”Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan lagi”. Aku
menjawab,”Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu
kepadaNya”.
Alur
pertemuan Rasulullah dengan para Nabi-Nabi sebelumnya;
1.
Langit pertama,
Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam as
2.
Langit kedua, Rasulullah SAW
bertemu dengan Nabi Yahya as dan Nabi Ishaq as
3.
Langit ketiga, Rasulullah
SAW bertemu dengan Nabi Yusuf as
4.
Langit keempat,
Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Idris as
5.
Langit kelima Rasulullah SAW
bertemu dengan Nabi Harun as
6.
Langit keenam, Rasulullah
SAW bertemu dengan Nabi Musa as
7.
Langit ketujuh Rasulullah
SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim as
Ketika telah selesai menerima
perintah shalat, Nabi Muhammad SAW
kembali menunggangi buraqnya untuk pulang ke Mekkah diantar dengan Malaikat
Jibril. “Menurut sebuah kisah saking cepatnya Buraq ketika Nabi Muhammad SAW
pulang konon katanya tempat tidur nabi masih terasa hangat”.
Dari
penjelasan peristiwa
ini dapat diambil hikmah besar bagi kaum muslimin untuk menjalani kehidupan di
dunia ini, supaya menjadi kehidupan yang bermakna dan
berkualitas tinggi di hadapan Allah SWT.
Diantara hikmahnya antara lain;
1.
Menghadap
Allah SWT dalam kodisi Suci. Terbukti sebelum Rasullah
SAW berangkat
menghadap Allah SWT, hatinya dibedah (operasi) sebagai tanda
bahwa siapa saja diantara kita yang ingin menghadap kepada Allah SWT
harus dalam keadaan suci.. kenapa harus hati? Karena Hati merupakan pusat
metabolisme keimanan dan ketaqwaan. Sedangkan sekarang banyak orang hanya
mengandalkan otaknya dengan logika dan rasio dan melupakan peran hati yang
sangat penting ini. Padahal berbagai pertimbangan keadilan dan kebenaran
sumbernya adalah hati, bukan otak. Hati membawa kita kepada kebaikan universal,
sedangkan otak hanya akan mengantarkan kamu kepada kebaikan parsial, kebaikan
yang telah tercampur dengan berbagai kepentingan.
2. Penyebar Kebaikan berbanding lurus
dengan kejelekan. Terbukti Peristiwa Isra dan Mi’raj Rasulullah SAW dalam
waktu singkat telah tersebar luas kabarnya di masyarakat Mekkah. Mengenai
peristiwa itu kaum kafir Quraisy semakin membenci serta mengejek dan mencemooh Rasulullah SAW. Abu
Jahal menantang kepada Rasulullah SAW untuk menceritakan
peristiwa itu kepada masyarakat Mekkah, setelah masyarakat Mekkah berkumpul
maka beliau menceritakan peristiwa itu dengan rinci dan
tiada yang terlewatkan tepatnya di jabal Qubis (saat ini kerajaan
istana).
3.
Ujian
Keimanan. Hal ini dialami oleh Rasulullah SAW bagi umat Islam yang masih lemah
imannya pada saat itu banyak yang menjadi murtad tetapi bagi yang kuat imannya
tetap tidak tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan apapun, mendengar cerita ini Abu Bakar mendatangi
Rasulullah SAW dan meminta penjelasan langsung. Dan hebatnya Abu Bakar Ash Shiddiq langsung menerimanya
oleh sebab itu Nabi Muhammad SAW memanggilnya dengan sebutan “Ash-Shiddiq”.
4. Memperkuat keimanan kepada Allah SWT,
yang berdampak pada pelaksanaan shalat 5 waktu dalam kehidupan ini. Karena
itulah jika kita ingin hidupnya berubah, sukses, sejahtera dan bahagia, maka
peliharalah, jaga dan perbaikilah shalat yang kita lakukan selama ini. Wallahu
a’lam bis Shawab.

Tidak ada komentar: