MAKNA KEMU’JIZATAN ISRA’ MI’RAJ RASULULLAH SAW

 MAKNA KEMU’JIZATAN
ISRA’ MI’RAJ RASULULLAH SAW
Oleh. Abi Rachman Nashih
Pegiat Agama dan Sosial Indonesia



Merefles kembali pemahaman kita tentang  

Mengapa peristiwa ini terjadi. Menurut Syekh Muhammad Khudori dalam Nur Al Yaqin fi Sirati Sayyidil Mursalin, menjelaskan adapun hal yang memicu terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj yaitu sebagai bentuk tasliyah (hiburan) yang Allah SWT berikan kepada kekasihnya (Nabi Muhammad SAW) karena ditinggal oleh dua orang yang dicintainya yaitu Khadijah sang istri dan Abu Thalib sang paman. Peristiwa ini tepatnya terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian (Nabi Muhammad SAW saat itu berumur 51 tahun) atau biasa disebut dengan ‘amul huzn (tahun kesedihan.

 

Fakta sejarah dalam peristiwa Isra Mi’raj Rasullah SAW dalam perspektif Hadits merupakan sejarah monumental bagi umat Islam. Sekalipun banyak kontroversi  tentang  waktu kejadiannya, ada yang mengatakan pada 27 Rajab di tahun kedelapan kenabian, ada pula yang mengataan bulan Sya’ban tahun kesembilan kenabian dan lainnya. Terlepas dari kontroversi ini perlu diyakini bahwa peristiwa ini benar-benar terjadi sebagai mu’jizat bagi Rasulullah SAW, dan merupakan peristiwa perjalanan suci Rasulullah SAW. Pristiwa ini dialami oleh Rasullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina, hingga naik ke Sidratul Muntaha yang berada di atas langit ke tujuh dalam durasi waktu yang sangat singkat dan menuai gejolak logika manusia pada saat itu, karena hanya berlangsung satu malam. Bahkan tidak sampai satu malam menurut pandangan logika kita, yaitu setelah isya’ sampai sebelum shubuh, sementara menurut pikiran kita satu malam itu berdurasi 12 jam. Kenapa al-Qur’an menyebut malam karena terjadi dimalam hari, bukan semalam penuh. Dalam konversi logika manusia sungguh tidak masuk akal, akan tetapi umat Islam yang memiliki kekuatan iman harus mengimaninya karena terdapat keterangan dari hadits-hadits shahih dan Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia (hudan annas).

 

Inilah bukti kecintaan dan kasih Allah SWT terhadap hamba tercinta-Nya, disamping itu peristiwa ini tidak pernah dialami oleh Nabi-Nabi sebelum  Nabi Muhammad SAW. Secara sederhana Rasulullah SAW menempuh perjalanan secepat kilat lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha. Perjalanan Rasulullah SAW pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Peristiwa ini disebutkan oleh Allah SWT di dalam Al Qur’an :“Maha Suci Allah, yang telah mempertahankan hambaNya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan padanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Isra;17:1) sedangkan Mi’raj secara bahasa artinya naik. Secara istilah yaitu naiknya Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha. Dalam Al Qur’an, Miraj ini disinggung dalam surat An-Najm.“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS An-Najm;:13-18) dalam penjelasan hadits “Sungguh engkau telah memilih kesucian”, kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut. Mi’raj pun dimulai. Rasulullah SAW naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Dalam lanjutan dari hadits shahih Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah dijelaskan lanjutannya.‘Lalu aku bawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit”.Hingga beliau pun melewati pintu-pintu langit yang dihuni oleh arwah para Nabi. Di langit ke tujuh, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Makmur. Di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya. Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Disinilah Rasulullah SAW menerima suatu kewajiban pertama, utama dan sempurna yang disampaikan secara langsung oleh Allah SWT yaitu kewajiban shalat Sebanyak lima puluh kali dalam sehari semalam, Rasulullah SAWpun turun dan bertemu dengan Nabi Musa dan bertanya; “Apa yang diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?” tanya Nabi Musa. Aku menjawab,”Saat 50 kali” Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israil dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka”. “Aku akan kembali kepada Rabbku”. Lalu aku memohon,”Ya Rabb, berilah keringanan lima shalat. Lalu aku kembali kepada Musa ‘alaihis salam. Aku berkata kepadanya,”Allah telah memberikan keringanan lima kali”. Musa mengatakan,”Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan minta keringanan”. Aku terus bolak balik antara Rabbku dengan Mudah hingga Rabbku berfirman:

“Wahai Muhammad sesungguhnya kewajiban shalat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap shalat mendapat pahala 10 kali lipat, maka 5 kali shalat sama dengan 50 kali shalat. Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat untuk ya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya maka dicatat untuk ya sepuluh kebaikan. Barang siapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali.

Dan jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan”. Kemudian aku turun hingga bertemu Nabi Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan,”Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan lagi”. Aku menjawab,”Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu kepadaNya”.

Alur pertemuan Rasulullah dengan para Nabi-Nabi sebelumnya;

1.      Langit pertama, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam as

2.      Langit kedua, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yahya as dan Nabi Ishaq as

3.      Langit ketiga, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yusuf as

4.      Langit keempat, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Idris as

5.      Langit kelima Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Harun as

6.      Langit keenam, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Musa as

7.      Langit ketujuh Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim as

Ketika telah selesai menerima perintah shalat, Nabi Muhammad SAW kembali menunggangi buraqnya untuk pulang ke Mekkah diantar dengan Malaikat Jibril. “Menurut sebuah kisah saking cepatnya Buraq ketika Nabi Muhammad SAW pulang konon katanya tempat tidur nabi masih terasa hangat”.

Dari penjelasan peristiwa ini dapat diambil hikmah besar bagi kaum muslimin untuk menjalani kehidupan di dunia ini, supaya menjadi kehidupan yang bermakna dan berkualitas tinggi di hadapan Allah SWT. Diantara hikmahnya antara lain;

1.      Menghadap Allah SWT dalam kodisi Suci. Terbukti sebelum Rasullah SAW berangkat menghadap Allah SWT, hatinya dibedah (operasi) sebagai tanda bahwa siapa saja diantara kita yang ingin menghadap kepada Allah SWT harus dalam keadaan suci.. kenapa harus hati? Karena Hati merupakan pusat metabolisme keimanan dan ketaqwaan. Sedangkan sekarang banyak orang hanya mengandalkan otaknya dengan logika dan rasio dan melupakan peran hati yang sangat penting ini. Padahal berbagai pertimbangan keadilan dan kebenaran sumbernya adalah hati, bukan otak. Hati membawa kita kepada kebaikan universal, sedangkan otak hanya akan mengantarkan kamu kepada kebaikan parsial, kebaikan yang telah tercampur dengan berbagai kepentingan.

2.      Penyebar Kebaikan berbanding lurus dengan kejelekan. Terbukti Peristiwa Isra dan Mi’raj Rasulullah SAW dalam waktu singkat telah tersebar luas kabarnya di masyarakat Mekkah. Mengenai peristiwa itu kaum kafir Quraisy semakin membenci serta mengejek dan mencemooh Rasulullah SAW. Abu Jahal menantang kepada Rasulullah SAW untuk menceritakan peristiwa itu kepada masyarakat Mekkah, setelah masyarakat Mekkah berkumpul maka beliau menceritakan peristiwa itu dengan rinci dan tiada yang terlewatkan tepatnya di jabal Qubis (saat ini kerajaan istana).

3.      Ujian Keimanan. Hal ini dialami oleh Rasulullah SAW bagi umat Islam yang masih lemah imannya pada saat itu banyak yang menjadi murtad tetapi bagi yang kuat imannya tetap tidak tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan apapun,  mendengar cerita ini Abu Bakar mendatangi Rasulullah SAW dan meminta penjelasan langsung. Dan hebatnya  Abu Bakar Ash Shiddiq langsung menerimanya oleh sebab itu Nabi Muhammad SAW memanggilnya dengan sebutan “Ash-Shiddiq”.

4.      Memperkuat keimanan kepada Allah SWT, yang berdampak pada pelaksanaan shalat 5 waktu dalam kehidupan ini. Karena itulah jika kita ingin hidupnya berubah, sukses, sejahtera dan bahagia, maka peliharalah, jaga dan perbaikilah shalat yang kita lakukan selama ini. Wallahu a’lam bis Shawab.






MAKNA KEMU’JIZATAN ISRA’ MI’RAJ RASULULLAH SAW MAKNA KEMU’JIZATAN ISRA’ MI’RAJ RASULULLAH SAW Reviewed by sangpencerah on Februari 06, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar: