PENAMAAN BULAN SYA’BAN
Adapun hadits yang berbunyi:
“Sesungguhnya bulan Sya’ban dinamakan Sya’ban
karena di dalamnya bercabang kebaikan yang sangat banyak untuk orang yang
berpuasa pada bulan itu sampai dia masuk ke dalam surga.” (HR Ar-Rafi’i
dalam Tarikh-nya dari Anas bin Malik ra. Syaikh
Al-Albani mengatakan, “Maudhu’, ” dalam Dha’if Al-Jami’ Ash-Shaghir;2061)
KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN
Dari Aisyah raha berkata:
“Nabi SAW
memberikan perhatian terhadap hilal bulan Sya’ban, artinya tidak
seperti perhatian beliau terhadap bulan-bulan Hijriyah lainnya.
Lalu beliau berpuasa ketika melihat
hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan, beliau genapkan Sya’ban
sampai 30 hari.” (HR. Ahmad,
Abu Dawud,Nasa’i dan sanad-nya disahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Aisyah raha berkata:
“Belum pernah Nabi SAW berpuasa
satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa dibulan Sya’ban. Terkadang hampir
beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
dari Usamah bin Zaid rama bahwa
dia berkata, “Ya Rasulallah! Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam
satu bulan di banding bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban
?”
Beliau menjawab,
“Itu adalah bulan yang banyak dilalaikan oleh manusia, berada antara bulan
Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan amalan-amalan di angkat menuju Rabb semesta
alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa”. (HR.Nasai;2357.
Syaikh Al-Albani menghasankan dalam Shahih Sunan An-Nasai)
ITTIBA’ PADA RASULULLAH SAW
Firman Allah SWT;
“Dan apa yang datang
kepadamu dari Rasul, maka lakukannlah, dan apa yang dilarang kepadamu, maka
jauhilah” QS.
al-Hasyr;59;10
“Sungguh telah ada
bagimu, pada diri Rasul, suri teladan yang baik” QS.33;21
Hadits umul Mukminin Aisyah raha;
Rasulullah SAW bersabda: apabila
aku perintahkan padamu suatu urusan, maka lakukanlah sesuai kemampuanmu HR.
Bukhari. QS. at-Taghabun;64;16
Hadits
Abu Hurairah ra;
Dari Abu Hurairah ra. Rasululah SAW bersabda; “Aku tinggalkan dua perkara yang
kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh pada ke-2nya yaitu Kitabullah dan sunnahku, serta keduanya tidak
akan berpisah hingga menemuiku di telaga/surga” HR.
Bukhari.
AMALAN BULAN SYA’BAN
- Memperbanyak Syaum/Shiyam=puasa
Dari ‘Aisyah raha bahwasanya
dia berkata, “Dulu Rasulullah saw berpuasa sampai kami mengira
bahwa beliau tidak berbuka, dan berbuka sampai kami mengiran bahwa beliau tidak
berpuasa.
Dan saya tidak
pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa dalam sebulan kecuali
di bulan Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih
banyak daripada bulan Sya’ban.” (HR.Bukhari; 1969.
Muslim;1156/2721)
Dari Ummu Salamah raha mengatakan:
“Saya tidak pernah melihat Nabi SAW berpuasa
dua bulan berturut-turut kecuali bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR
An-Nasai; 2175. Tirmidzi; 736. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih
Sunan An-Nasai)
Dari Ummu Salamah raha mengatakan:
Bahwa Nabi saw
belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau
sambung dengan Ramadhan.”
(HR. An Nasa’i dan disahihkan Al Albani)
Para ulama menjelaskan bahwa puasa di
bulan Sya’ban meskipun puasa sunnah, memiliki peran penting untuk menutupi
kekurangan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Seperti shalat fardhu, memiliki shalat
sunnah rawatib, yaitu: qabliyah dan ba’diyah. Shalat-shalat tersebut bisa
menutupi kekurangan shalat fardhu yang dikerjakan.
Sama halnya dengan puasa Ramadhan,
memiliki puasa sunnah di bulan Sya’ban dan puasa sunnah enam hari di bulan
Syawwal.
Orang yang memulai puasa di bulan
Sya’ban insyaAllah tidak terlalu kesusahan menghadapi bulan Ramadhan.
Rasulullah saw bersabda,
“Hal pertama
yang akan dihisab di hari kiamat dari amal seorang hamba adalah shalat. Jika
shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk,
maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika ada kekurangan pada shalat wajibnya,
Allah berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah
yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?”
Demikianlah yang berlaku
pada seluruh amal wajibnya.” (HR. Tirmidzi:413, An-Nasa’i:466,
shahih)
2. Biasakan Membaca
al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an diperbanyak sejak
dari awal bulan Sya’ban , sebelum memasuki bulan Ramadhan, seorang muslim akan
bisa menambah lebih banyak lagi bacaan Al-Qur’an-nya. Salamah bin Kuhail rahimahullah berkata:
“Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan para
qurra’ (pembaca Al-Qur’an).” Begitu pula yang dilakukan oleh ‘Amr bin
Qais rahim apabila beliau memasuki bulan Sya’ban beliau
menutup tokonya dan memfokuskan diri untuk membaca Al-Qur’an. (Lathaiful-Ma’arif
libni Rajab Al-Hanbali hal. 138)
3. Meningkatkan
Amal Shalih
Seluruh amalan shalih disunnahkan
dikerjakan di setiap waktu. Untuk menghadapi bulan Ramadhan para ulama
terdahulu membiasakan amalan-amalan shalih semenjak datangnya bulan Sya’ban ,
sehingga mereka sudah terlatih untuk menambahkan amalan-amalan mereka ketika di
bulan Ramadhan. Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah
mengatakan:
“Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah
bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman.” Dan
dia juga mengatakan:
“Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan
Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan.
Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan
Sya’ban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.” (Lathaiful-Ma’arif
libni Rajab Al-Hanbali hal. 130)
4. Menjauhi Prilaku
Syirik dan Permusuhan
Rasulullah SAW menyebutkan
bahwa Allah SWT akan
mengampuni orang-orang yang tidak berbuat syirik dan orang-orang yang tidak
memiliki permusuhan dengan saudara seagama.
Dari Abu Musa al-As’ari rahu
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah muncul di malam pertengahan bulan
Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik dan Musyahin.”
(HR Ibnu Majah; 1390. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih
Sunan Ibni Majah)
Musyahin adalah
orang yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Misal; Munafiq yang
menebar kebencian, sesama umat Islam, HR, Ibnu Majah. pelacur dan
penarik pajak HR, Thabrani
Dalam hal ini Rasulullah SAW secara khusus
mewanti-wanti pada umatnya yang memiliki permusuhan dengan saudara seagama,
seiman dan sekeyakinanya:
“Pintu-pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis
dan akan diampuni seluruh hamba kecuali orang yang berbuat syirik kepada Allah,
dikecualikan lagi orang yang memiliki permusuhan antara dia dengan saudaranya.
Lalu dikatakan, ‘Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai.
Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai. Tangguhkanlah kedua
orang ini sampai keduanya berdamai’” (HR Muslim;2565/6544)
FATWA-FATWA BULAN SYA’BAN
Menghidupkan Nishfu
Sya’ban?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
“Dan shalat Raghaib adalah PALSU yang
diada-adakan. Nabi SAW
tidak pernah shalat seperti itu dan tidak pula dari salaf yang
melakukannya.
Adapun malam pertengahan di bulan
Sya’ban, terdapat keutamaan, dulu di antara kaum salaf ada yang shalat di malam
tersebut. atau, berkumpul-kumpul di malam tersebut untuk menghidupkan
masjid-masjid adalah HOAX begitu pula dengan shalat alfiyah.” (Al-Fatawa
Al-Kubra (V/344)
Jumhur ulama memandang sunnah
menghidupkan malam pertengahan bulan Sya’ban dengan berbagai macam ibadah.
Tetapi hal tersebut tidak dilakukan secara berjamaah. ( Al-Mausu’ah
Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah (XXXIV/123)
Sebagian ulama memandang tidak ada
keutamaan ibadah khusus pada malam Sya’ban, karena tidak dinukil dalam hadits
shahih atau hasan dari Nabi saw bahwa beliau pernah menyuruh untuk
beribadah secara khusus pada malam tersebut.
Hadits yang berbicara tentang hal
tersebut LEMAH /DHA’IF
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan tentang shalat
Ar-Raghaib yang dilakukan pada Jumat pertama di bulan Rajab dan malam
pertengahan bulan Sya’ban:
“Kedua shalat ini adalah PALSU yang tercela,
yang mungkar dan buruk. Janganlah kamu tertipu dengan penyebutan kedua shalat
itu di kitab ‘Quutul-Qulub’ dan ‘Al-Ihya’’. (Al-Majmu’
lin-Nawawi (XXII/272). [13] HR Ibnu Majah;1388. Syaikh Al-Albani
mengatakan, “Sanadnya MAUDHU’,” dalam Adh-Dha’ifah ;2132)
Puasa khusus pertengahan Sya’ban.
HADITS...
“Apabila malam pertengahan bulan
Sya’ban, maka hidupkanlah malamnya dan berpuasalah di siang harinya.”
Ini adalah hadits yang palsu (MAUDHU’),
sehingga tidak bisa dijadikan dalil. Akan tetapi, jika kita ingin berpuasa pada
hari itu karena keumuman hadits tentang sunnah-nya berpuasa di bulan Sya’ban
atau karena dia termasuk puasa di hari-hari biidh (ayyaamul-biid/puasa
tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan hijriyah), maka hal tersebut tidak mengapa.
Yang diingkari adalah pengkhususannya
saja.
BAYAR HUTANG PUASA DIBULAN SYA’BAN
Dari Abu Salamah, ia mendengar
‘Aisyah raha mengatakan,
“Aku dahulu
punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali
pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari;1950; Muslim;1146)
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
“Aku dahulu
punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali
pada bulan Sya’ban karena kesibukan saya dengan
Rasulullah SAW.”
FAIDAH HADITS
Boleh menunda qadha’ puasa Ramadhan
hingga bulan Sya’ban.
Namun baiknya tetap tidak menunda
kecuali karena ada udzur.Lebih baik untuk menyegerakan qadha’ puasa karena
‘Aisyah raha menyampaikan alasan kenapa sampai ia menunda sampai
bulan Sya’ban. Haramnya mengakhirkan puasa hingga Ramadhan berikutnya karena
‘Aisyah menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan terakhir untuk penunaian qadha’
memberikan alasan jika kita
menyelisihi sesuatu yang seharusnya ditunaikan di awal supaya tidak ada yang
menyangka yang bukan-bukan. (Tanbih Al-Afham, hlm. 437)
Jika seseorang menunda penunaian puasa hingga masuk Ramadhan berikutnya, tetap qadha’ puasanya tersebut ditunaikan setelah Ramadhan kedua lalu setiap hari qadha’ puasa ditambahkan dengan penunaian fidyah karena menunda-nunda tanpa ada udzur. (Lihat Syarh ‘Umdah Al-Ahkam karya Syaikh As-Sa’di, hlm. 351)
Tidak ada komentar: