Pada tulisan pertama kita telah dijelaskan tengtang
fungsi dan tugas manusia seta akibat dari pebuatannya, yang menyebabkan orang lain
terkena imbasnya, ibarat kata pepatah, gak ikut makan nangka, tapi kena
getahnya!
Pada tulisan ke-2 ini, akan dibahas dengan fokus pada
banjir saat musim penghujan yang terjadi di mana-mana, yang diakibatkan oleh
keserakahan dan kesewenang-wenangan manusia di muka bumi ini.
Sejak
dua bulan terakhir ini, diberbagai daerah pelosok dan perkotaan termasuk kota
malang setiap hari dikujur hujan yang kadarnya tidak menentu, mulai dari
grimis, sedang bahkan sampai deras dan lebat yang mengakibatkan terjadinya bencana
dimana-mana. Ada pohon tumbang, longsor, banjir di setiap ruas jalan bahkan
angin, hujan dan banjir sekaligus, hal ini karena kekuasaan Allah SWT, dan
ironisnya manusia belum mampu mengambil sebuah pelajaran dari peristiwa hujan
ini. Padahal dalam al-qur’an Allah SWT menyebutnya dengan 6 kata yang memiliki
makna dan maksud yang berbeda, yaitu Shayyibun QS.2:19,
Waabilun dan Fathallu. QS.2:265. Al-barad. QS.;24:43,
Al-Mathar QS. 46:24 al-Ghaits QS.31:34.
Pada
hakikatya musim penghujan ini ditunggu-tunggu
oleh masyarakat dengan
Harapan hujan yang datang dapat membawa keberkahan dengan tumbuh suburnya
tanaman dan sayur-sayuran dapat
pulih kembali sumber mata air
di tanah. Pada musim penghujan
diharapkan hasil pertanian menjadi melimpah sehingga harga terjangkau oleh
masyarakat, kebutuhan air bersih dari sumber mata air, baik sumur maupun mata
air lainnya menjadi lancar.
Harapan itu ternyata
tidak semua terpenuhi dengan baik. Hujan yang datang ternyata juga membawa
kepedihan bagi sebagian masyarakat lantaran terjadi banjir dan tanah longsor
yang tidak hanya membawa korban harta benda tetapi juga nyawa. Datangnya hujan,
dibeberapa tempat juga dibarengi dengan berkembang-biaknya beberapa jenis
nyamuk pembawa penyakit demam berdarah
bagi kehidupa manusia.
Sedih dan gembira,
untung dan rugi, puas dan kecewa adalah nuansa kehidupan yang senantiasa datang
menimpa manusia.
Demikian pula orang yang merasakan datangnya musim penghujan ini. Yang jelas,
kegembiraan itu akan dapat diraih apabila manusia tidak melakukan
perbuatan-perbutan ceroboh yang menyebabkan terjadinya banjir dan tanah longsor.
Kita tentu sepakat bahwa bencana yang menimpa kita adalah lebih disebabkan
karena kesalahan perbuatan kita sendiri.
Kecerobohan
Jaringan pemutusan/
aliran air, sebetulnya secara alami telah terbentuk: “kalen”, curah,
jurang dan sungai yang kemudian dibangun menjadi drainase buatan berupa
selokan, got, bendungan dan sebagainya, menjadi jaringan aliran air terbangun. Kita dapat menyaksikan
dengan mudah disekitar pemukiman bahwa masyarakat masih banyak
yang membuang sampah tidak pada tempatnya bahkan dengan sengaja membuang ke
selokan dan sungai, jaringan primer hingga tersier, terutama dimasyarakat
perkotaan. Sementara itu, jaringan drainase di kota sudah banyak mengalami
pendangkalan karena endapan sedimen sehingga daya tampungnya semakin rendah.
Hal yang demikian inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya banjir
diperkotaan, disamping besarnya limpasan aliran air permukaan akibat kekedapan
permukaan tanah dan tingginya curah hujan.
Selera dan dinamika
masyarakat terhadap lingkungannya amat beragam. Ada yang berselera bahwa indah
dan bersih itu apabila dilingkungannya tidak terdapat debu dan tanah becek
serta seresah tanaman. Karena selera ini, maka dilingkungannya akan
dibuat setiap permukaan lantai dan tanah menjadi rapi dan aspal sehingga air hujan
semuanya menjadi limpasan aliran air permukaan kontribusi banjir. Bagi yang
berselera dengan nuansa kelestarian lingkungan maka keindahan itu adalah jika
disekitarnya terdapat berbagai hijaunya daun tanaman, tertata serta air hujan
yang jatuh dapat meresap kedalam tanah dilingkungannya sendiri. Air yang
meresap kedalam tanah tidak hanya bermanfaat untuk memperkaya kandungan air
tanah akan tetapi juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya banjir lewat
luapan pada saluran drainase maupun jaringan air lainnya.
Besarnya curah hujan
pada suatu saat adalah hal “given” bagi kita sehingga kita hanya dapat
mensiasatinya agar tidak parah akibatnya bagi kehidupan masyarakat. Kita sangat paham
bahwa aliran air selalu menuju atau mencari tempat yang lebih rendah. Kita pun
juga sangat paham akan bahaya banjir bagi pemukim di pinggir/sempadan sungai,
apalagi dengan disertai tindakan mempersempit saluaran air karena kebutuhan
volume bangunan mukim.
Kecerobohan demi
kecerobohan perilaku sebagian masyarakat itu dapat memperparah terjadinya
banjir-bandang. Tentu untuk kedepan, harus dicarikan solusi agar ancaman banjir
tidak semakin menjadi “momok” bagi masyarakat.
Kepedulian Lingkungan
Kata orang Jawa,
sumberdaya alam itu bersifat “lumuh kapotangan” artinya tidak mau
berhutang budi kepada orang yang telah peduli berbuat baik kepadanya. Jika
orang mau peduli terhadap alam, tidak berbuat kerusakan maka alam akan membalasinya
dengan kebaikan (sunnatullah).
Secara hukum alam,
permukaan bumi tidak hanya berfungsi untuk tempat tumbuhnya berbagai tanaman
dan binatang, akan tetapi juga sarana menjaga kelestarian alam antara lain
dengan meresapkan air kedalam tanah. Air yang meresap kedalam tanah akan
menjadi ‘air mantab’ memperkaya volume aquifer tanah yang bermanfaat menjamin
tersedianya air sumur dan mata air. Dengan pemahaman ini maka banjir dapat
dikurangi dengan membuat ‘kantong-kantong’ ruang terbuka hijau yang mampu
berfungsi meresapkan air hujan kedalam tanah dan mengintensipkan pembuatan
sumur resapan pada setiap bangunan tertentu, baik dilingkungan pemukiman maupun
industri.
Kesigapan masyarakat
yang dikomandani oleh Pemerintah Daerah setempat dalam menghadapi bahaya
banjir, tidak kalah penting dibndingkan
tindakan lainnya. Tindakan nyata berupa pembersihan dan pengerukan jaringan
aliran air pada waktu menjelang musim hujan serta penertiban buang sampah bagi
masyarakat harus terus digiatkan. Pada langkah ini, dapat kita lihat Pemda Kota
Malang telah berbuat secara cukup “jempol” sehingga di beberapa tempat
yang pada tahun lalu banjir bandang di jalan protocol, pada penghujan saat ini tidak lagi terjadi. Kalaupun terjadi tidak sampai berdampak signifikan dan
memakan korban.
Berkaitan
dengan bangunan saluran pembuang air serta pemutusan yang sebagian telah “disunat”
oleh pemilik bangunan, dan ruang terbuka hijau yang telah menjadi “lahan
sengketa”, perlu penataan kembali. Kemampuan
jaringan saluran air jangan sampai menurun; lahan-lahan yang dapat meresap air
hujan kedalam tanah yang sekarang telah dipergunakan untuk bangunan tidak berijin perlu difungsikan
secara optimal.
Sementara itu, dengan semakin tumbuh-berkembangnya bangunan
permukiman, harus tetap terkendali, termasuk menghindari adanya lokasi
“cekungan” darat sebagai area pemukiman. Cekungan darat adalah tempat
terkumpulnya aliran air hujan sebelum mengalir atau meresap kedalam tanah.
Kesalahan memilih lokasi pembangunan area pemukiman akan selalu terjadi musibah
laten banjir tersebut.
Penutup
Wilayah Kota Malang, secara geografis sangat beruntung
dalam mengatasi banjir. Selain secara orologis berupa ketinggian dari permukaan
air laut, Kota Malang juga di lewati beberapa sungai yang cukup besar yakni
Sungai Brantas, Metro dan Sungai Amprong
serta sungai Bango. Dengan pembuatan
saluran pembuang air kearah sungai-sungai tersebut maka ancaman banjir dapat dihindari. Namun, kedisiplinan warga
dalam membuang sampah juga harus ditertibkan. Kepedulian terhadap lingkungan
hidup terwujud lewat terbangunnya rasa malu jika membuang sampah tidak pada
tempatnya. Kemudian dalam jangka menengah, Pemda Malang perlu membuat aturan
yang mengintensifkan
pembuatan resapan air hujan pada lingkungan terbangun, ruang terbuka hijau dan
minimalisasi perabatan permukaan tanah.
Kita
patut bersyukur karena bahaya tanah longsor tidak mengancam warga Kota Malang
walau pernah terjadi di beberapa tempat menimpa warga yang tinggal di sempadan
sungai. Coba kita bisa tengok saudara kita yang tinggal di daerah ketinggian,
pada musim kemarau sering terjadi kekeringan/kekurangan air bersih, sedang pada
musim penghujan terancam bahaya erosi dan tanah longsor. Sinergi antara
pemerintah daerah dan warganya akan berhasil mengatasi berbagai masalah di Kota
Malang, termasuk ancaman banjir. Semoga tercipta masayarakat Kota Malang yang
tenteram dan berkemajuan.
Secara umum mari kita sadar akan fungsi dan tugasnya di
muka bumi ini, karena semua manusia dilahirkan bukan untuk berbuat kerusakan
dan kejahatan terhadap lingkungan, karena itu Islam telah memberikan petunjuk
sederhana dalam memelihara lingkungan hidup dan pola hidup bagi semua penghuni
bumi ini, supaya dalam berkehidupan dapat dirasakan nikmatnya, bersyukur dan
semangat beribadah modal utama terciptanya ketentraman dan kebahagiaan hidup.

Tidak ada komentar: