Ramadhan bulan yang dipilih oleh Allah SWT,
sebagai wahana menurunkan wahyu yang berupa al-Qur’an kepada utusannya
Rasulullah SAW, untuk disampaikan kepada umatnya, sekaligus kitab yang menjadi
pedoman bagi hamba-hambaNya dalam menjalani kehidupannya sesuai situasi dan
kondisi zamannya.
Al-Quran adalah kitab pedoman dan petunjuk
yang mesti dihafal, dipelajari dan diamalkan kandungannya oleh umat islam.
Sebagaimana diisyaratkan dalam banyak ayat Al-Quran, diantaranya:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي
لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ
الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar.” (QS. Al Isra’;17:9)
Dengan menghafal dan membawanya dalam dada,
maka seseorang telah menutupi celah kewajiban kifayah yang diembankan oleh
Allah Ta’ala atas umat ini untuk menjaga Kitab Suci-Nya, dan ia berhak
menyandang gelar sebagai salah satu penjaga Al-Quran:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkan al-Dzikra (Al-Quran), dan sesungguhnya Kami
sungguh akan menjaganya” (QS Al
Hijr;15:9).
Allah Ta’ala telah menjaga Kitab Suci Al-Quran
lewat dua cara: tulisan mushaf dan dada para penghafal Al-Quran. Namun
penjagaan yang paling kokoh adalah lewat dada-dada para penghafal dan
pengkajinya, karena mushaf-mushaf Al-Quran bisa saja punah dari masa kemasa
atau dari suatu negeri tertentu dengan faktor peperangan atau faktor lainnya
sebagaimana yang terjadi pada beberapa negeri islam dizaman penjajahan Uni
Sovyet saat mushaf-mushaf dibakar, namun sebagian anak-anak umat islam masih
tetap bisa menghafal Al-Quran lewat kekuatan daya ingat para penghafal yang
menyimpan ayat-ayat Al-Quran dalam dada mereka.
Ketahuilah bahwa sekedar SWT menitipkan
penjagaan Al-Quran ini pada seorang muslim untuk selalu ia hafal, kaji dan
amalkan, maka Dia telah mengistimewakan dirinya dengan satu keistimewaan yang
tidak bisa ditandingi oleh keutamaan apapun, sebagaimana dalam firman-Nya:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ
الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا
“…Lalu Kami mewariskan Kitab ini (Al-Quran)
terhadap orang-orang yang terpilih dari hamba-hamba Kami…” (QS Fathir;35:32 ).
Walaupun hamba-hamba terpilih yang ada dalam
ayat ini adalah kaum muslimin secara umum, namun para penghafal dan para
pengkaji Al-Quran lah yang paling utama masuk dalam golongan hamba-hamba
terpilih tersebut. Dalam hadis, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
bersabda:
إن لله أهلين من الناس. قالوا: يا
رسول الله، من هم؟ قال: “هم أهل القرآن، أهل الله وخاصَّته”
“Sesungguhnya Allah memilki kerabat dari
kalangan manusia”, para sahabat bertanya: “Siapakah mereka?”, beliau menjawab: “Ahli Al-Quran, merekalah kerabat
Allah dan orang-orang istimewa disisi-Nya” (HR Ibnu Majah: 215, dan
Ahmad: 1127, hasan,).
Oleh karena itu, bukan suatu hal aneh bila
Allah Ta’ala menetapkan mereka sebagai manusia-manusia terbaik, sebagaimana
disabdakan oleh Rasulullah SAW:
«خيركم من تعلم القرآن وعلمه»
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang
mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya”. (HR Bukhari: 5027).
Juga dalam sabdanya:
إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما،
ويضع به آخرين
“Sesungguhnya dengan Kitab inilah (Al-Quran),
Allah mengangkat derajat suatu kaum dan merendahkan derajat selain mereka”. (HR Muslim: 817).
Diantara sekian banyak keutamaan Al-Quran
adalah adanya syafaat dari Al-Quran itu sendiri di akhirat kelak terhadap
orang-orang yang menghafalnya, mengkajinya dan mengamalkan kandungannya, sebagaimana
dalam hadis:
الصيام والقرآن يشفعان للعبد يوم
القيامة
“Puasa dan Al-Quran akan memberikan syafaat
pada seorang hamba dihari kiamat kelak”. (HR Ahmad:6626, dan al-Hakim: 1/554, hasan li
ghairihi).
Diantara sekian jenis syafaat Al-Quran
tersebut adalah :
1.Al-Quran sebagai pemberi syafaat untuk masuk
surga. Dalam hadis shahih Rasulullah SAW bersabda:
اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم
القيامة شفيعا لأصحابه، اقرءوا الزهراوين البقرة، وسورة آل عمران، فإنهما تأتيان
يوم القيامة كأنهما غمامتان، أو كأنهما غيايتان، أو كأنهما فرقان من طير صواف،
تحاجان عن أصحابهما
“Bacalah Al-Qur’an karena Al-Quran akan datang
pada hari kiamat nanti sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya (dengan
tadabbur dan mengamalkannya). Bacalah al-Zahrawain (dua cahaya) yaitu surat
Al-Baqarah dan Ali ‘Imran karena keduanya datang pada hari kiamat nanti seperti
dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua ekor burung
yang membentangkan sayapnya, keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin
membaca dua surat tersebut.” (HR.
Muslim: 1910).
Hadis tersebut merupakan motivasi dan perintah
agar kita terus membaca Al-Quran, dan bahwasanya ia memberikan syafaat bagi
penjaganya yaitu orang-orang yang selalu membacanya, berpegang teguh dengan
kandungannya, melaksanakan perintahnya, dan menjauhi larangannya”. (Tathriz
Riyadh al-Shalihih: 579).
Orang yang hanya membaca atau menghafal
ayat-ayatnya tanpa mempedulikan aplikasi kandungannya maka ia tidak dianggap
sebagai penjaga Al-Quran yang berhak mendapatkan syafaatnya. (Faidh al-Qadir
Syarh al-Jaami’ al-Shaghir: 2/66).
2.Al-Quran sebagai pengangkat derajat dalam
surga. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
يقالُ لصاحبِ القرآن: اقرَأ
وارتَقِ، ورتِّل كما كُنْتَ ترتِّل في الدُنيا، فإن منزِلَكَ عندَ آخرِ آية تقرؤها
“Dikatakan pada orang yang menjadi penjaga
Al-Qur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia
membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu (tingginya derajatmu
disurga) adalah tergantung pada akhir ayat yang engkau baca”. (HR Abu Dawud: 1464 dan Tirmidzi: 3141).
Seseorang membaca satu ayat, maka ia akan
dinaikkan satu tingkatan surga hingga ia berhenti pada ayat terakhir
hafalannya. Aisyah radhiyallahu’anha berkata: “Sesungguhnya jumlah tingkatan
surga itu sebanyak jumlah ayat Al-Quran, dan tidak ada satupun penghuni surga
yang lebih utama (tinggi tingkatannya) daripada pembaca Al-Quran”. (Mushannaf
Ibnu Abi Syaibah: 29952, hasan).
3.Al-Quran menghindarkan penjaganya dari
adanya hisab / penghitungan amalan yang buruk. Dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah
(29955, dengan sanad shahih), Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata: “Siapa
yang membaca Al-Quran dan mengikuti petunjuknya, maka Allah akan memberinya
hidayah didunia, dan melindunginya dari buruknya hisab amalan dihari kiamat
kelak, karena Allah telah berfirman: “Maka barangsiapa yang mengikuti
petunjuk-Ku maka ia tidak akan sesat (didunia) dan sengsara (diakhirat)”, (QS
Thaha: 123)”.
Dalam tafsir ayat ini, Imam Ibnu ‘Aasyur
rahimahullah berkata: “Firman-Nya dalam ayat ini “maka ia tidak akan sesat”
bermakna bahwa bila seseorang mengikuti petunjuk yang berasal dari Allah yang
diturunkan lewat lisan Rasul-Nya maka ia akan diselamatkan dari adanya
kesesatan didunia ini … adapun makna “tidak akan sengsara” adalah tidak
mendapatkan kesengsaraan diakhirat nanti sebab bila ia telah selamat dari
kesesatan didunia ini, maka dengan serta merta ia juga akan selamat dari
kesengsaraan diakhirat kelak”. (Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir: 16/330-331,
ringkasan).
4.Kedua orangtua penjaga Al-Quran mendapatkan
syafaat kemuliaan diakhirat kelak. Sebagaimana tersebut dalam sebuah riwayat;
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan
apa yang terkandung di dalamnya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan
mahkota pada hari kiamat yang cahayanya lebih terang daripada cahaya matahari
seandainya berada dirumah-rumah kalian di dunia ini. Maka bagaimana menurut
perkiraan kalian mengenai (ganjaran pahala) orang yang mengamalkannya?” (HR Abu Dawud: 1453, hasan li ghairihi).
Hadis ini menjelaskan secara gamblang bahwa
keutamaan ini hanya didapatkan oleh kedua orangtua penjaga Al-Quran yang
membaca atau menghafal dan mengamalkannya. Syaikh Abdul’Aziz al-Rajihi
hafidzhahullah berkata: “Para penjaga Al-Quran adalah orang-orang yang
mengamalkan kandungannya meskipun mereka tidak menghafalnya diluar kepala,
sebab itu barangsiapa yang membaca Al-Quran dan mengamalkan kandungannya maka
ia sudah termasuk kerabat Allah secara khusus baik ia menghafalnya diluar
kepala atau tidak, namun bila ia menghafalnya maka tentunya sangat utama, dan
bila ia tidak menghafalnya dan hanya selalu membacanya lewat mushaf dengan
selalu mengamalkan kandungannya, maka ia termasuk dalam golongan penjaga
Al-Quran”. (Syarah Sunan Ibnu Majah: pel.14/5).
Demikian penjelasan tentang 4 syafaat al-qur’an bagi yang meyakininya, karena itu mari kita jadikan al-qur’an ini sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Seraya berusaha menjadi hamba Allah SWT yang berakhir dengan istiqamah dalam iman dan Islam.

Tidak ada komentar: