Oleh. Prof. Dr.
Nur Syam, MSi
(pemilik khaanahNurSyam.com)
Dalam kehidupan manusia,
berbanding lurus dengan interaksi, karena dalam kehidupan sudah tentu ada
gerakan atau pergerakan, orang hidup pasti bergerak. Akan tetapi dalam pergerakan yang
dilakukan tentu sangat terikat dengan sebuah aturan, norma atau etika kehidupan.
Etika merupakan kumpulan nilai atau norma yang disepakati dalam kehidupan dan
dijadikan acuan dalam melakukan hubungan sosial. Etika
bisa berbasis pada nilai-nilai sosial atau nilai keagamaan, yang di dalamnya
terdapat kerumitan mengatur bertingkah laku. Ada etika universal dan etika
lokal. Etika universal adalah etika yang berisi kebaikan-kebaikan yang diakui oleh semua orang dan menjadi pedoman umum
dalam kehidupan. Etika lokal adalah norma yang disepakati oleh sekelompok orang
atau komunitas atau masyarakat berbasis pada kearifan lokal pada masing-masing
daerah.
Islam tidak memandang manusia dari aspek
sosoknya tapi melihat etika yang melekat pada dirinya,
sebagaimana pesan indah Rasulullah SAW. Sungguhnya Allah SWT
tidak kan melihat postur fisik, dan bentuknya, tapi
Allah melihat perilaku (amal) dan hati kalian.(HR. Ibnu Majah)
Pesan ini tidak memperhatikan
bentuk fisik seseorang, sebagaimana kebanyakan orang lebih cenderung melihat
bentuk luarnya, akan tatapi pesan hadits ini justru menekankan
pada persoalaan perilaku (etika) dalam kehidupan bermasyarakat sebagai bentuk
tampilan dari isi hatinya.
Karena itu etika sangat diperlukan
dalam hubungan sosial kemanusiaan siapapun, apapun dalam semua situasi, karena
etika memiliki nilai dalam kehidupan manusia. Di antara
nilai-nilai umum tersebut misalnya: keadilan, kejujuran, keterpercayaan,
tanggung jawab, keteladanan, kerukunan, keharmonisan, keselamatan dan
sebagainya. Kejujuran
dalam kontek agama sangat dianjurkan untuk diterapkan oleh manusia dalam
kehidupannya, seperti nasehat Rasulullah SAW;
“Hendaklah kalian semua bersikap
jujur, karena kejujuran itu menunjukan pada kebaikan dan kebaikan itu
mengantarkan perlakunya ke syurga, seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan
ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur”..... dan bahkan kelanjutan hadits ini juga berpesan sebaliknya yaitu.... Dan jauhilah sifat bohong, karena
kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan
menggiring ke neraka, orang yang selalu
berbohong dan mencari-cari kebohongan (berbuat hoax) akan ditulis oleh Allah
sebagai pembohong” (HR. Muslim)
Penerapan sifat dan sikap jujur
dan bohong ini dapat diterapkan dalam etika umum ataupun lokal. Sedangkan kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang dijadikan
pedoman oleh suatu masyarakat dalam suatu tempat tertentu. Setiap kearifan
dipastikan berisi kebaikan yang merupakan bagian dari hasil konteks
bersama. Di antara nilai kearifan lokal adalah: satu tungku tiga batu, kata orang
bersaudara, gugur gunung atau sambatan atau kerjabakti, halal
bil halal, dan lain sebagainya. Penerapan
nilai-nilai ini bisa dirujuk kepada firman Allah SWT;
“Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan prempuan, dan Kami jadikan kalian
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, supaya kalian saling mengenal (berbuat
kebaikan) sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah, adalah
yang paling bertaqwa”(QS.
Al-Hujurat;29:13) termasuk
dalam ayat ini kita harus bisa mengenal siapa calon pemimpin atau siapa yang sedang
memimpin kita!
Negeri kita Indonesia terdapat beberapa konsep tentang
kepemimpinan. Prinsip Kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara: ing ngarso
sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Selain itu juga
terdapat Prinsip dalam Hasta Brata. Hasta artinya delapan dan Brata
artinya tindakan untuk mengendalikan nafsu dalam kehidupan. Mengendalikan Nafsu
amarah, nafsu lawwamah untuk menuju kepada nafsu muthmainnah. Hasta
brata tersebut adalah: Seperti sifat bumi, Sifat matahari, Sifat Api, Sifat
Samudra, Sifat langit, Sifat angin, Sifat bulan, Sifat bintang atau sifat makhluk lainnya.
Karena itu diperlukan
terciptanya Integritas kehidupan yang merupakan kesatuan antara ucapan dan tindakan, tindakan
atau perilaku jujur dalam kehidupan sosial. Dasar integritas ini yaitu nilai agama, nilai sosial dan budaya serta nilai
hukum dan nilai politik. Agama tidak melarang Kejujuran, Kearifan lokal juga tidak melarang
Kejujuran, dan mengajarkan Hukum Kejujuran, bahkan dalam urusan Politik
pun harus berdasarkan kejujuran.
Seiring perjalanan waktu hingga
masa orde baru yang bertujuan untuk melakukan koreksi atas
berbagai penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama, misalnya; Kepemimpinan
otoriter, Tindakan penyelewengan anggaran negara atau Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme, Penyalahgunaan kekuasaan. Di dalam birokrasi dunia dicetuskan
gagasan Reformasi Birokrasi yang menjadi basis bagi penyelenggaraan
pesta demokrasi negara.
Sebagai refleksi dari Reformasi birokrasi merupakan upaya secara total
untuk melakukan perubahan dalam pelayanan publik. Ujung dari pelayanan publik
adalah kepuasan dan loyalitas pelanggan. Tujuan reformasi birokrasi adalah
peningkatan kualitas layanan publik. Delapan area perubahan, yaitu: perubahan
manajemen, tata kelola dan penguatan struktur, pengembangan SDM, penguatan
regulasi, peningkatan layanan publik, penguatan akuntabiltas, penguatan
penguatan, perubahan mindset dan reformasi tatanan budaya birokrasi.
Mengamalkan ajaran agama secara benar sesungguhnya sudah mengamalkan pancasila.
Mengamalkan Pancasila dengan benar juga sudah mengamalkan ajaran agama. Agama
dan Pancasila tidak saling bertentangan. Pancasila dan agama merupakan dua
entitas yang saling terkait. Tidak bisa dipisahkan. Jadikan agama sebagai
pedoman di dalam kepemimpinan, dan
memimpinlah dengan dasar agama. Minimal seorang pemimpin harus memiliki daya
dan pola pikir yang terintegrasi dengan situasi dan kondisi yang dipimpinnya.
Oleh karena itulah maka kita jadikan kearifan lokal sebagai dasar dalam kepemimpinan. jadikan kebaikan sebagai dasar kepemimpinan. Jadikan lima nilai budaya kerja sebagai pedoman dalam tindakan kepemimpnan (integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan) sebagai pedoman dalam tindakan birokratif. Sebagaimana kutipan kata hikmah. Jadilah orang yang bermartabat, jujur dan selalu menyampaikan kebenaran (Ali bin Abi Thalib). Keberhasilan pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin (Abdurahman Wahid). Sifat utama pemimpin adalah beradab dan mulia hati (Imam Al Ghazali). Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan tiga keuntungan: yaitu kepercayaan, cinta dan rasa takut (Ali bin Abi Thalib). Jika semua orang menjauh ketika engkau mendapat kesulitan, maka ketahuilah bahwa Allah SWT ingin membuatmu kuat dan Allah SWT akan menjadi penolongmu (Imam Syafi’'i). Seorang Pemimpin adalah orang yang mengetahui jalan, melewati jalan tersebut dan menunjukkan jalan itu untuk orang lain. (Jhon Maxwell). Pemimpin menjadi hebat bukan karena kekuatannya tetapi karena kemampuannya untuk memperdayakan orang lain (Jon Maxwell). Ada tiga hal penting dalam kepemimpinan: kerendahan hati (tawadhu’), kejelasan (tibyan) dan keberanian (syaja’ah) (Fuchan Yian). Inti dari kepemimpinan yang hebat adalah pikiran, hati dan jiwa yang ingin tahu pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya, bukanlah seorng pemimpin , berharap dilayani, tapi bermaksud untuk melayani, bukan minta dihormati, tapi ingin menghargai, bukan untuk disanjung, tapi selalu menyanjung, bukan untuk dipuji, tapi berperilaku terpuji.
Pesan terakhir pada tulisan kali ini, sekaligus sebagai refleksi dari pergantian tahun, mari perbanyaklah introspeksi dan evaluasi diri, keluarga, masyarakat sosial dan kewarganegaraan (menentukan seorang pimpinan) menuju perbaikan dan perubahan besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sekaligus sebagai warga negara yang baik dan terhormat, tinggalkan sikap oportunis, apatis, dan tidak peduli apalagi golput.

Tidak ada komentar: