Oleh. Suko Wahyudi
PRM Timuran Yogyakarta
Iman merupakan perkara penting dalam kehidupan
manusia . Tanpa adanya iman manusia akan terombang ambing tak tentu arah dalam
menjalani kehidupan di dunia ini. Iman adalah petunjuk sekaligus cahaya bagi
hati, perekat kebahagiaan dan tempat bergantungnya keselamatan di dunia dan
akhirat.
Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau
dia menuruti (kemauan) kamu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapatkan
kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan
(iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus. (Al-Hujurat [49]: 7)
Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka.
Katakanlah, “Jangan kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya
Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan,
jika kamu orang yang benar.” (Al-Hujurat
[49]: 17)
Jiwa tanpa iman selalu berada dalam kegelisahan,
kegoncangan, kebingungan, dan ketakutan. Ia laksana kapal yang
diombang-ambingkan badai di tengah lautan. Ia bergoyang-goyang ke kanan dan ke
kiri searah dengan deru angin. Dan yang dapat menghapus kegelisahan dan
kegundahan ini dari jiwa manusia hanyalah iman. Karena itu tidak ada jalan lain
untuk menuju ketenangan pribadi dan masyarakat kecuali dengan iman dan
ketundukan kepada Allah SWT.
Iman adalah cahaya terang yang menerangi hati dan
memberikan inspirasi positif bagi seseorang. Ia akan mewarnai jiwa manusia
sehingga jelaslah tujuan hidup dan jalan yang ditempuhnya. Berubah tingkah
laku, pandangan hidup, dan membangkitkan jiwa seseorang untuk hijrah dari
gelapnya dunia jahiliyah menuju terangnya dunia keimanan.
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya
kepada dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu
dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Al-Hadid [57]:
28)
Iman bukanlah semata-mata perkataan “saya beriman”.
Banyak orang yang mengaku beriman tapi hatinya tidak percaya. Iman bukan pula
mengerjakan amal dan syariat yang biasa dikerjakan oleh orang-orang beriman,
karena banyak orang mengaku beriman tapi hatinya tidak percaya, juga banyak
orang yang lahirnya mengerjakan ibadah tapi hatinya kosong dari kebaikan dan
keikhlasan. Iman sesungguhnya adalah gabungan dari keyakinan dalam hati yang
diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan.
Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka
berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang
yang benar. (Al-Hujurat
[49]: 15)
Yang dimaksud pengucapan dengan lisan adalah
kesaksian bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan hak kecuali Allah SWT dan
bahwasannya Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT. Juga meyakini hal itu di
dalam hati. Sedangkan yang dimaksud mengamalkan dengan anggota badan
melaksanakan perintah-perintah-Nya baik yang sunnah maupun yang wajib dan
menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke
barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah,
hari akhir, malaikat- malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang 8yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba
sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang- orang yang
menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan,
penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah [2]: 177)
Rasulullah SAW bersabda,
Iman itu ada tujuh puluh sekian cabang atau enam puluh sekian
cabang. Yang tertinggi adalah ucapan Laa ilaaha illallah, dan yang terendah
adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Malu adalah salah satu cabang iman. (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila tidak ada pembenaran di dalam hati, maka
ikrar dan amalnya akan sia-sia. Apabila ada keyakinan di dalam hati, namun
tidak disertai dengan amal anggota badan maka iman pun akan hilang. Iman
bukanlah sekedar keyakinan, melainkan sejatinya iman adalah keyakinan yang
berkonsekwensi pada ketaatan dan ketundukan.
Iman adalah meyakini Allah SWT sebagai Tuhan alam
semesta dan membenarkan semua yang dibawa oleh Rasulullah SAW dengan disertai
penerimaan yang tulus dan penuh ketundukan. Hanya meyakini kebenaran Rasulullah
SAW saja tidak cukup menjadi keselamatan bagi seorang hamba dan dikategorikan
sebagai seorang mukmin. Orang-orang Yahudi telah meyakini kebenaran Rasulullah SAW
dan menyaksikan mukjizat beliau. Mereka telah membuktikan adanya sifat-sifat
beliau yang telah Allah SWT terangkan di dalam Taurat. Namun, dengan semua itu
tetaplah mereka bukan orang-orang yang beriman.
Oleh karena iman meliputi keyakinan di dalam hati,
ucapan dan perbuatan maka iman tidak akan mendatangkan kebahagiaan kecuali
dengan mewujudkan keimanan tersebut dalam amal nyata yang berupa amal shalih.
Demikian sebaliknya seseorang yang bersungguh-sungguh dalam beramal shalih
namun dia tidak mempunyai iman, maka dia tidak akan mendapatkan kebaikan dalam
hidupnya. Allah SWT berfirman,
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl [16]: 97)
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini merupakan janji Allah SWT
bagi mereka yang mengerjakan amal shalih disertai iman, yakni meraih kehidupan
yang baik di dunia dan kelak memperoleh pahala yang berlimpah di akhirat. Dalam
ayat ini pula Allah SWT menegaskan makna dan arah hidup seorang muslim, yakni
meraih kehidupan yang baik dan pahala yang baik.
Dalam ayat tersebut Allah SWT menjanjikan kehidupan
yang baik dan pahala bagi orang beramal shalih baik laki-laki maupun perempuan
yang didasarkan atas iman. Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang nyaman dan
sejahtera tidak diliputi kesedihan dan kecemasan. Namun perlu diketahui bahwa
kehidupan yang baik bukan berarti kehidupan mewah tanpa ujian, tetapi ia adalah
kehidupan yang diliputi rasa lega, kerelaan, serta kesabaran dalam menerima
cobaan dan rasa syukur ketika menerima nikmat dari Allah SWT. Dengan demikian
tidak ada rasa takut dan kesedihan hati karena dia meyakini bahwa dibalik
ketentuan-Nya adalah pahala yang menanti.
Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa hidup yang baik
hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Berkaitan
dengan hal ini, dalam surat Al-Baqarah ayat 62 dinyatakan bahwa orang yang
beriman dan beramal shalih mendapatkan tiga perolehan: pahala dari Tuhan
mereka, tidak mengalami ketakutan, dan tidak bersedih hati.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani dan orang-orang sabi’in, siapa saja (di antara mereka) yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat
pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak
bersedih hati. (Al-Baqarah [2]:
62)
Seorang mukmin yang ingin hidupnya baik haruslah
beriman dan beramal shalih. Amal shalih adalah amal yang sesuai dengan perintah
Allah SWT dan sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Karena amal ibadah
tidak akan diterima melainkan sesuai dengan apa yang dituntunkan Rasulullah SAW.
Bahkan amalan-amalan yang dikerjakan tanpa adanya petunjuk dari Rasulullah SAW
akan membuat pelakunya semakin jauh dari Allah.
Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, ‘’sebagaimana
halnya bahwa setiap amal yang tidak diniatkan karena wajah Allah SWT maka
pelakunya tidak mendapatkan pahala, maka demikian pula setiap amalan yang bukan
perintah Allah SWT dan Rasul-Nya adalah tertolak atas pelakunya, dan setiap
orang yang mengada-ada dalam urusan agama yang tidak diperkenankan Allah SWT
dan Rasul-Nya maka itu bukan termasuk agama sedikit pun.
Iman dan amal shalih merupakan syarat pokok untuk
mewujudkan kehidupan yang baik, dan keduanya menjadi modal utama bagi setiap
muslim. Iman bukan sekedar meyakini adanya Allah SWT dengan segala keesaan-Nya,
tetapi iman juga berkaitan dengan segala kebajikan yang ada di muka bumi ini,
seperti berbakti kepada kedua orangtua, mendidik anak, menyelamatkan kehidupan
umat manusia dari kerusakan, bahkan mencintai sesama muslim pun termasuk iman.
Rasulullah SAW bersabda,
Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia
mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah iman dan amal shalih, dengan keduanya
kehidupan seorang mukmin akan senantiasa tuma’ninah lahir dan batin, yang
diliputi kelapangan hati dan kebahagiaan hakiki. Karena itu
seorang mukmin sejati tidak akan cemas, resah, dan diliputi ketakutan karena
semua yang dilakukannya senantiasa dilandasi iman yang kuat dan jiwa yang
ikhlas. Ketika berhasil apa yang dilakukan akan disyukuri sebagai nikmat dari
Allah SWT. Kalaupun gagal akan dihadapi dengan sabar sebagai ujian dari Allah
SWT, yang akan Allah SWT ganti dengan yang lebih baik di akhirat. Inilah kunci kebahagiaan
seorang muslim dalam menjalani hidup di dunia, dan di akhirat kelak mendapatkan
kebahagiaan sejati berupa kehidupan surgawi tempat segala kenikmatan. Wallahu A’lam.
Reviewed by sangpencerah
on
Oktober 24, 2025
Rating:





Tidak ada komentar: