KEMANA RUH AKAN PERGI?

KEMANA RUH AKAN PERGI?
Oleh. Ust. Sukiman, S.Ag
Guru Agama SMK Muhammadiyah 1 Malang dan Anggota MPID Kota Malang

 


Kematian suatu kepastian datangnya, dan datangnya secara tiba-tiba dan tidak mesti. Manusia pasti akan merasakan mati. Dan kematian ini tidak hanya dialami oleh manusia, semua yang bernyawa pun akan merasakan yang namanya kematian. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (Q.S. Al Ankabut: 57).

Sebelumnya kita harus mengetahui bahwa jiwa manusia itu memiliki 4 alam, yakni:

1. Alam kandungan

2. Alam dunia

3. Alam kubur (barzakh)

4. Alam yang kekal (surga atau neraka)

 

Menurut Ibnul Qayyim dalam  buku Fiqih Sunah karya Sayyid Sabiq, para ulama telah menyampaikan pendapatnya terkait kediaman ruh setelah wafat. Menurut Ibnul Qayyim, ulama berpendapat bahwa kediaman ruh itu ada di alam barzah yang kondisinya bertingkat-tingkat. Ada yang berada di tempat tertinggi, yaitu ruh para Nabi. Tempat mereka juga berbeda-beda kelasnya sebagaimana disaksikan Nabi Muhammad SAW. pada malam Isra Mi’raj.

Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnahnya, hakikat ruh itu tidak sama dengan jasad. Walaupun misalnya ruh itu ada di langit yang penuh kenikmatan layaknya surga, ruh tetap dapat berhubungan dengan kubur di mana tempat ia dimakamkan atau tempat ia meninggal. Hal itu karena ruh bisa bergerak dengan cepat.

 

Tempat Tinggal Ruh

 

Jika ruh ada Tempatnya tentu merasakan sakit, dan tempat ruh manusia itu berbeda-beda. Ada yang tempatnya mulia di tempat yang tertinggi (langit ketujuh) yang indah layaknya surga. Namun,ada juga yang masih di bumi dan tidak bisa naik ke langit. Tempat-tempat tinggal ruh yang berbeda-beda ini berdasarkan penglihatan langsung Nabi Muhammad SAW. ketika diajak Malaikat Jibril melakukan perjalanan Isra Mi’raj ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh. Berikut penjelasan tempat tinggal ruh seperti yang redaksi rangkum dalam buku Fiqih Sunah Sayyid Sabiq:

1. Ruh para syuhada tempatnya di dalam tempat makanan burung hijau yang beterbangan di surga ke sana kemari.

2. Ruh para syuhada yang masih memiliki utang ruhnya masih tertahan belum bisa masuk surga

3. Ada ruh yang tertahan di pintu surga

4. Ada ruh yang masih tertahan di kuburannya, sebagaimana hadits seorang pencuri mantel yang mati sebagai syahid. Tapi sesungguhnya mantel yang ia curi akan menjadi api di dalam kuburannya.”

5. Ada ruh yang tempatnya di pintu surga, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas, “Para syuhada berada di sungai yang berada di pintu surga di dalam sebuah kubah hijau. Rezeki mereka datang pagi dan sore.” (H.R. Ahmad).

6. Ada ruh yang khusus diberikan dua sayap oleh Allah SWT. seperti pada Ja’far bin Abu Thalib yang bisa terbang ke mana saja di surga.

7. Ada ruh yang tertahan di bumi dan tidak bisa terbang ke langit.

8. Ada ruh yang setelah terlepas dari jasadnya

9. Ada ruh yang berada di dalam tungku para pelacur

dan ada ruh yang berada di dalam sungai darah.

 

Sebelumnya lebih jauh dalam pembahaan tentang kemana ruh akan pergi, maka perlu penulis sampaikan terlebh dahulu sebagai pemahaman awal dari penjelasan konkrit dari masalah ini yaitu;

Pertama, tentang alam, bahwa alam itu terbagi menjadi tiga, yaitu alam dunia, alam barzakh dan alam akhirat. Ketiga jenis alam itu memiliki status dan aturan sendiri. Alam dunia adalah refieksi dari jasad sedangkan ruh sebagai bagiannya, namun sebaliknya alam barzakh adalah refleksi dari ruh sedangkan jasad sebagai bagiannya. Dan terakhir alam akhirat atau Dar al-Qarar adalah alam setelah kebangkitan manusia dari kuburnya untuk mendapatkan balasan, di mana jasad dan ruh digabungkan kembali.

Kedua, kematian atau maut adalah berpisahnya ruh dengan jasad, dan ketika pemisahan tersebut terjadi, ruh berada di alam barzakh atau alam kubur. Ibarat perjalanan waktu, manusia yang sudah pindah ke alam lain itu tidak akan kembali ke alam semula. Ruh manusia yang sudah pindah ke alam barzakh juga tidak akan kembali ke alam dunia. Ketiga, barzakh secara bahasa berarti pembatas antara dua hal, dan di sini maksudnya pembatas antara alam dunia dengan alam akhirat.

 

Dengan demikian, ketika seorang meninggal (mati, berpisah jasad dari ruhnya), maka ia tidak akan kembali ke alam dunia. Pada hari kiamat nanti, orang-orang kafir akan memohon kepada Allah agar dikembalikan lagi ke dunia untuk beramal shalih, tetapi permintaan itu tidak dikabulkan oleh Allah. Ada beberapa pendapat tentang keberadaan ruh setelah meninggal hingga hari kiamat. Dari sekian banyak pendapat yang ada, tidak satu pun yang menerangkan bahwa ada ruh yang gentayangan. Ruh orang-orang beriman berada di alam barzakh yang luas, yang di dalamnya ada ketenteraman dan rezeki serta kenikmatan, sedangkan ruh orang-orang kafir berada di barzakh yang sempit, yang di dalamnya hanya ada kesusahan dan siksa. Allah SWT berfirman:

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan” [QS. al-Mukminun (23): 100]

 

Memang ada sebagian kalangan yang berkeyakinan dan menyatakan bahwa ruh orang Islam yang meninggal akan berputar-putar di sekitar rumahnya selama satu bulan sejak meninggalnya dan setelah itu berputar-putar sekitar makamnya selama satu tahun. Keyakinan tersebut berdasarkan pada hadits yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.

: (Diriwayatkan) dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah SAW bahwa apabila seorang mukmin meninggal dunia, maka arwahnya berkeliling-keliling diseputar rumahnya selama satu bulan. Ia memperhatikan keluarga yang ditinggalkannya bagaimana mereka membagi hartanya dan membayarkan hutangnya. Apabila telah sampai satu bulan, maka arwahnya itu dikembalikan ke makamnya dan ia berkeliling –keliling di seputar kuburannya selama satu tahun, sambil memperhatikan orang yang mendatanginya dan mendoakannya serta yang bersedih atasnya. Apabila telah sampai satu tahun, maka arwahnya dinaikkan ditempat dimana para arwah berkumpul menanti hari ditiupnya sangkakala.

 

Namun setelah ditelusuri dan diteliti, yaitu menggunakan Program al-Maktabah asy-Syamilah (edisi 2), Program al-Jami’ al-Akbar (edisi 2), dan Program al-Jami’ al-Kabir (edisis 4, 2007-2008) kami tidak menemukan sumber hadits yang dinyatakan di atas. Dapat dinyatakan bahwa hadits yang sedang kita selidiki ini tidak tercantum dalam satupun dari sumber-sumber orisinal hadits yang ada.

 

Oleh karena itu, apa yang ditanyakan, bahwa ada ruh-ruh yang bergentayangan itu adalah setan yang melakukan tipu daya dengan menyerupai orang yang sudah meninggal. Dan ketika ruh akan dibangkitkan dari alam barzakh (alam kubur) ke alam akhirat, ruh itu dikembalikan ke jasad yang baru yang diciptakan untuk alam akhirat. Begitu juga  kaitannya dengan Jin, bahwa Jin itu makhluk yang dapat menjelma atau merubah fisiknya menyerupai bentuk manusia atau makhluk-makhluk yang lain. Setan yang berasal dari Jin, ingin menyebarkan tipu daya dan keraguan pada keimanan manusia, maka salah satu caranya adalah dengan menjelma menyerupai seseorang yang telah meninggal. Akibat dari penjelmaan tersebut, orang-orang yang melihat menganggap dan berkeyakinan bahwa yang mereka lihat adalah ruh dari orang yang mereka kenal sebelumnya. Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh kaum awam tentang adanya ruh gentayangan tidaklah benar menurut ajaran Islam.

 

Tentunya agar kita bisa terbebas dari gangguan-ganguan arwah jahat yang itu merupakan setan yang melakukan tipu daya, yaitu dengan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhkan segala larangan-Nya yang merupakan jalan setan, serta senantiasa berdzikir dan mengingat Allah SWT. Bukankah dengan senantiasa berdzikir hati kita akan tenang, sebagaimana dalam firman-Nya:

 “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS. ar-Ra’d (13): 28]

 

Adapun mengenai kemungkinan adanya komunikasi antara manusia yang masih hidup dengan orang yang sudah meninggal juga tidak benar, sampai para Nabi dan wali yang telah meninggal sekalipun, tidak bisa berkomunikasi dengan manusia yang masih hidup. Memang ada firman Allah SWT:  “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” [QS. Ali Imran (3): 169]

 

Demikian juga hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya, Hayat al-Anbiya fi Quburihim, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

 “Para Nabi itu hidup di dalam kubur mereka senantiasa dalam keadaan shalat.” [HR. al-Baihaqi]

 

Namun demikian, maksud ayat di atas adalah menjelaskan tentang adanya ben
tuk kehidupan yang dialami para Syuhada dan para Nabi setelah mereka meninggal. Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan secara khusus yang tidak dapat diketahui hakikatnya kecuali oleh Allah SWT. Dan mengenai hadits di atas, setelah diteliti dan ditelusuri sumber haditsnya, kami menemukan ada rawi yang dinilai bermasalah yaitu Hasan bin Qutaibah dan Husain bin ‘Arafah yang mengakibatkan kedaifan kualitas hadits diatas


KEMANA RUH AKAN PERGI? KEMANA RUH AKAN PERGI? Reviewed by sangpencerah on Juni 13, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar: