Kematian suatu kepastian datangnya, dan
datangnya secara tiba-tiba dan tidak mesti. Manusia pasti akan merasakan mati.
Dan kematian ini tidak hanya dialami oleh manusia, semua yang bernyawa pun akan
merasakan yang namanya kematian. “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (Q.S. Al Ankabut:
57).
Sebelumnya kita
harus mengetahui bahwa jiwa manusia itu memiliki 4 alam, yakni:
1. Alam kandungan
2. Alam dunia
3. Alam kubur
(barzakh)
4. Alam yang kekal
(surga atau neraka)
Menurut Ibnul
Qayyim dalam buku Fiqih Sunah karya
Sayyid Sabiq, para ulama telah menyampaikan pendapatnya terkait kediaman ruh
setelah wafat. Menurut Ibnul Qayyim, ulama berpendapat bahwa kediaman ruh itu
ada di alam barzah yang kondisinya bertingkat-tingkat. Ada yang berada di
tempat tertinggi, yaitu ruh para Nabi. Tempat mereka juga berbeda-beda kelasnya
sebagaimana disaksikan Nabi Muhammad SAW. pada malam Isra Mi’raj.
Menurut Sayyid
Sabiq dalam Fiqh Sunnahnya, hakikat ruh itu tidak sama dengan jasad. Walaupun
misalnya ruh itu ada di langit yang penuh kenikmatan layaknya surga, ruh tetap
dapat berhubungan dengan kubur di mana tempat ia dimakamkan atau tempat ia
meninggal. Hal itu karena ruh bisa bergerak dengan cepat.
Tempat Tinggal
Ruh
Jika ruh ada
Tempatnya tentu merasakan sakit, dan tempat ruh manusia itu berbeda-beda. Ada
yang tempatnya mulia di tempat yang tertinggi (langit ketujuh) yang indah
layaknya surga. Namun,ada juga yang masih di bumi dan tidak bisa naik ke
langit. Tempat-tempat tinggal ruh yang berbeda-beda ini berdasarkan penglihatan
langsung Nabi Muhammad SAW. ketika diajak Malaikat Jibril melakukan perjalanan
Isra Mi’raj ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh. Berikut penjelasan tempat
tinggal ruh seperti yang redaksi rangkum dalam buku Fiqih Sunah Sayyid Sabiq:
1. Ruh para syuhada
tempatnya di dalam tempat makanan burung hijau yang beterbangan di surga ke
sana kemari.
2. Ruh para syuhada
yang masih memiliki utang ruhnya masih tertahan belum bisa masuk surga
3. Ada ruh yang
tertahan di pintu surga
4. Ada ruh yang
masih tertahan di kuburannya, sebagaimana hadits seorang pencuri mantel yang
mati sebagai syahid. Tapi sesungguhnya mantel yang ia curi akan menjadi api di
dalam kuburannya.”
5. Ada ruh yang
tempatnya di pintu surga, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas, “Para
syuhada berada di sungai yang berada di pintu surga di dalam sebuah kubah
hijau. Rezeki mereka datang pagi dan sore.” (H.R. Ahmad).
6. Ada ruh yang
khusus diberikan dua sayap oleh Allah SWT. seperti pada Ja’far bin Abu Thalib
yang bisa terbang ke mana saja di surga.
7. Ada ruh yang
tertahan di bumi dan tidak bisa terbang ke langit.
8. Ada ruh yang
setelah terlepas dari jasadnya
9. Ada ruh yang
berada di dalam tungku para pelacur
dan ada ruh yang
berada di dalam sungai darah.
Sebelumnya lebih
jauh dalam pembahaan tentang kemana ruh akan pergi, maka perlu penulis sampaikan
terlebh dahulu sebagai pemahaman awal dari penjelasan konkrit dari masalah ini
yaitu;
Pertama, tentang alam, bahwa alam itu terbagi menjadi tiga, yaitu alam dunia,
alam barzakh dan alam akhirat. Ketiga jenis alam itu memiliki status dan aturan
sendiri. Alam dunia adalah refieksi dari jasad sedangkan ruh sebagai bagiannya,
namun sebaliknya alam barzakh adalah refleksi dari ruh sedangkan jasad sebagai
bagiannya. Dan terakhir alam akhirat atau Dar al-Qarar adalah alam setelah
kebangkitan manusia dari kuburnya untuk mendapatkan balasan, di mana jasad dan
ruh digabungkan kembali.
Kedua, kematian atau maut adalah berpisahnya ruh dengan jasad, dan ketika
pemisahan tersebut terjadi, ruh berada di alam barzakh atau alam kubur. Ibarat
perjalanan waktu, manusia yang sudah pindah ke alam lain itu tidak akan kembali
ke alam semula. Ruh manusia yang sudah pindah ke alam barzakh juga tidak akan
kembali ke alam dunia. Ketiga, barzakh secara bahasa berarti pembatas antara
dua hal, dan di sini maksudnya pembatas antara alam dunia dengan alam akhirat.
Dengan demikian,
ketika seorang meninggal (mati, berpisah jasad dari ruhnya), maka ia tidak akan
kembali ke alam dunia. Pada hari kiamat nanti, orang-orang kafir akan memohon
kepada Allah agar dikembalikan lagi ke dunia untuk beramal shalih, tetapi permintaan
itu tidak dikabulkan oleh Allah. Ada beberapa pendapat tentang keberadaan ruh
setelah meninggal hingga hari kiamat. Dari sekian banyak pendapat yang ada,
tidak satu pun yang menerangkan bahwa ada ruh yang gentayangan. Ruh orang-orang
beriman berada di alam barzakh yang luas, yang di dalamnya ada ketenteraman dan
rezeki serta kenikmatan, sedangkan ruh orang-orang kafir berada di barzakh yang
sempit, yang di dalamnya hanya ada kesusahan dan siksa. Allah SWT berfirman:
“(Demikianlah
keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). agar aku
berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka
ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan”
[QS. al-Mukminun (23): 100]
Memang ada sebagian
kalangan yang berkeyakinan dan menyatakan bahwa ruh orang Islam yang meninggal
akan berputar-putar di sekitar rumahnya selama satu bulan sejak meninggalnya
dan setelah itu berputar-putar sekitar makamnya selama satu tahun. Keyakinan tersebut
berdasarkan pada hadits yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.
: (Diriwayatkan)
dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah SAW bahwa apabila seorang mukmin
meninggal dunia, maka arwahnya berkeliling-keliling diseputar rumahnya selama
satu bulan. Ia memperhatikan keluarga yang ditinggalkannya bagaimana mereka
membagi hartanya dan membayarkan hutangnya. Apabila telah sampai satu bulan,
maka arwahnya itu dikembalikan ke makamnya dan ia berkeliling –keliling di
seputar kuburannya selama satu tahun, sambil memperhatikan orang yang
mendatanginya dan mendoakannya serta yang bersedih atasnya. Apabila telah
sampai satu tahun, maka arwahnya dinaikkan ditempat dimana para arwah berkumpul
menanti hari ditiupnya sangkakala.
Namun setelah
ditelusuri dan diteliti, yaitu menggunakan Program al-Maktabah asy-Syamilah
(edisi 2), Program al-Jami’ al-Akbar (edisi 2), dan Program al-Jami’ al-Kabir
(edisis 4, 2007-2008) kami tidak menemukan sumber hadits yang dinyatakan di
atas. Dapat dinyatakan bahwa hadits yang sedang kita selidiki ini tidak
tercantum dalam satupun dari sumber-sumber orisinal hadits yang ada.
Oleh karena itu,
apa yang ditanyakan, bahwa ada ruh-ruh yang bergentayangan itu adalah setan
yang melakukan tipu daya dengan menyerupai orang yang sudah meninggal. Dan
ketika ruh akan dibangkitkan dari alam barzakh (alam kubur) ke alam akhirat,
ruh itu dikembalikan ke jasad yang baru yang diciptakan untuk alam akhirat.
Begitu juga kaitannya dengan Jin, bahwa
Jin itu makhluk yang dapat menjelma atau merubah fisiknya menyerupai bentuk
manusia atau makhluk-makhluk yang lain. Setan yang berasal dari Jin, ingin
menyebarkan tipu daya dan keraguan pada keimanan manusia, maka salah satu
caranya adalah dengan menjelma menyerupai seseorang yang telah meninggal.
Akibat dari penjelmaan tersebut, orang-orang yang melihat menganggap dan
berkeyakinan bahwa yang mereka lihat adalah ruh dari orang yang mereka kenal
sebelumnya. Oleh karena itu, apa yang dikatakan oleh kaum awam tentang adanya
ruh gentayangan tidaklah benar menurut ajaran Islam.
Tentunya agar kita
bisa terbebas dari gangguan-ganguan arwah jahat yang itu merupakan setan yang
melakukan tipu daya, yaitu dengan senantiasa meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhkan segala larangan-Nya yang merupakan jalan setan, serta senantiasa
berdzikir dan mengingat Allah SWT. Bukankah dengan senantiasa berdzikir hati
kita akan tenang, sebagaimana dalam firman-Nya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” [QS. ar-Ra’d (13): 28]
Adapun mengenai
kemungkinan adanya komunikasi antara manusia yang masih hidup dengan orang yang
sudah meninggal juga tidak benar, sampai para Nabi dan wali yang telah
meninggal sekalipun, tidak bisa berkomunikasi dengan manusia yang masih hidup.
Memang ada firman Allah SWT: “Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan
mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” [QS. Ali Imran
(3): 169]
Demikian juga hadis
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya, Hayat al-Anbiya
fi Quburihim, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Para Nabi itu hidup di dalam kubur mereka
senantiasa dalam keadaan shalat.” [HR. al-Baihaqi]
Namun demikian,
maksud ayat di atas adalah menjelaskan tentang adanya ben
tuk kehidupan yang
dialami para Syuhada dan para Nabi setelah mereka meninggal. Kehidupan yang
dimaksud adalah kehidupan secara khusus yang tidak dapat diketahui hakikatnya
kecuali oleh Allah SWT. Dan mengenai hadits di atas, setelah diteliti dan
ditelusuri sumber haditsnya, kami menemukan ada rawi yang dinilai bermasalah
yaitu Hasan bin Qutaibah dan Husain bin ‘Arafah yang mengakibatkan kedaifan
kualitas hadits diatas

Tidak ada komentar: