PANDUAN AL-QUR’AN TENTANG EKSISTENSI MANUSIA

 PANDUAN AL-QUR’AN TENTANG EKSISTENSI MANUSIA
Oleh; Ust. Drs. H. Bahrum Ulum, M.Pd
(CMM 120 Kota Malang)


 

Berdasarkan beberapa ayat dalam al-Qur’an  tent ang keberadan manusia di dunia ini, dapat kita renungkan, evaluasi dan ditidaklnjuti, diantaranya;

1.      Penciptaan manusia, supaya bisa menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana  firmanNya; Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Ad-Dzariyat;51:56). Ayat ini menjelaskan tujan Allah SWT menciptakan jin dan manusia, supaya menyembah dengan cara beribadah kepada Allah SWT. Sudah benarkah ibadah kita kepada Allah SWT, berdasarkan perintah dan contoh dari Rasulullah SAW?

2.      Perintah beribadah sesuai kemampuan, dan menghindari ibadah dengan cara mengikuti kebanyakan orang. Sebagaimana firmanNya; Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS. An-Nisa’;4:28). Ayat ini menjelaskan bahwa dalam hal ketaatan dan beribadah bagi kaum beriman, akan diberikan keringanan, sehingga tidak merasa terbebani dengan kewajiban beribadah, karena Allah Maha Tahu, bahwa manusia diciptaan dalam keadaan lemah. Pertama kali kita lahir di dunia kita lemah. Kulit bayi begitu lembut dan rentan, lemah tidak berdaya. Masih perlu bantuan orang-orang dewasa di sekitarnya. Hanya bisa mendengar belum bisa melihat. Baru pada usia 3 atau 4 bulan dia bisa melihat. Pada usia 9 tahun seorang anak baru bisa mulai membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Bukti lain adalah manusia bisa sakit. Yang lain lagi adalah mengenai pengenalan kita dengan orang-orang di sekitar kita. Misalnya dari satu RT berapa yang kita kenal ada orang tua, anak, cucu yang pasti kita tidak akan mengenal semuanya. Apalagi satu RW. Satu kota dan seterusnya.  Apalagi sedunia. Ada sekitar 8 milyar manusia di atas bumi ini berapa mili persen yang kita kenal dengan baik, mislanya; disaat orang beriman melakukan safar, maka diperbolehan jama’ qashar, yaitu melakukan ibadah shalat dengan mengumpulkan waktu shalat dzuhur dan ashar, maghrib dan isya’. Begitu juga dengan ibadah puasa. Akan tetapi kita juga diperintahkan untuk menggunakan kemampuannya dalam menghindari pelanggaran agama, misalnya untuk tidak bermaksiyat dll. Sebagamana difirmankan oleh Allah SWT. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At-Tin;95:4). Karena itu, maka untuk memanfaatkan potensi yang ada pada diri kita, kita diperintahkan untuk menuntuk ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita dapat memahami separuh dari isi alam ini dan dapat dengan mudah meraih apa yang dicita-citakan dalam kehidupan. Seperti firman Allah SWT. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (QS. Ar-Rahman;55:33). Kata Sulthon di sini oleh sebagian para mufassir ditafsirkan sebagai ilmu dan teknologi. Dengan ilmu dan tekhnologi manusia mampu menembus angkasa menuju bulan. Mampu masuk ke dalam bumi untuk mencari kekayaan alam di dalam bumi seperti mutiara, nikel, batubara, emas, perak dan banyak lagi hasil tambang lainnya. Misalnya Ketika ditemukan dengan teropong yang tercanggih  satu bintang yang kelap kelip di angkasa raya itu ternyata adalah gugusan bintang yang jumlahnya sangat banyak yang jaraknya adalah ribuan tahun cahaya. Yang in shaaAllah lokasi itu tidak akan mungkin pernah terjangkau oleh ilmu pengetahuan dan teknologi manusia karena jaraknya sangat jauh sekali. Maka begitu kecilnya bumi kita ini dibandingkan dengan alam semesta. Begitu kecilnya bumi, betapa kecilnya dan lemahnya manusia yang ada di atasnya.

3.      Karangka jasad manusia. Karena manusia adalah makhluk cipataan Allah SWT yang paling sempurna yang mempunyai unsur Jasmaniah dan unsur rukhaniah Sebagian unsur Jasmaniah manusia ada di dalam surat al Balad ayat 8-9. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya (manusia) dua buah mata, lidah dan dua buah bibir.

Dengan mata banyak hal yang kita bisa lakukanu. Kita bisa melihat keindahan alam semesta, bisa bekerja bisa beribadah kepada Allah SWT  dengan menuju ke masjid atau musholla, bisa mencari istri bisa mencari suami, bisa mencari ilmu. Pernahkah kita merenungkan bahwa ada saudara kita yang buta. Mereka terkendala dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan masih memerlukan bantuan orang lain. Maka bukankah nikmat mata ciptaan Allah SWT itu sangat berharga bagi kita. Oleh karena itu karena sangat berharganya mata itu bagi kita maka alangkah baiknya ia kita gunakan  untuk mengkaji al Qur’an baik yang tersirat maupun yang tersurat dan juga kita gunakan untuk mengagumi ciptaan Allah SWT yang membentang luas di alam semesta ini. Allah SWT berfirman Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Begitu juga dengan dua bibir dan satu lidah. Bukankah dengan ketiganya kita bisa berkomunikasi dengan dengan orang lain, bercengkerama dengan anak istri, berpidato, berpuisi mengaji Al Quran dan masih banyak aktivitas lainnya yang dilakukan dengannya. Bukankah ada saudara kita yang bisu. Mereka terkendala untuk bisa berbicara sehingga mereka berbicara dengan bahasa isyarat. Bukankah nikmat dari Allah SWT berupa dua buah bibir dan satu lidah itu sangat berharganya buat kita sebagai manusia yang normal. Oleh karena itu marilah kita menggunakan mulut dan bibir kita untuk mengaji Al Quran dan berzikir kepada Allah SWT. Sekali lagi Maka nikmat Rabb manakah yang kalian dustakan wahai manusia?

Lidah bisa merasakan manis, asam, pedas, pahit, panas, dingin. Bisa merasakan nikmatnya soto, rawon, gado-gado, dan es campur. Bagaimana seandainya lidah terasa tawar. Maka kita tidak akan merasakan nikmat asupan makanan dan minuman. Maka basahilah lidah kita dengan kelezatan berdzikir kepada Allah SWT.

Untuk sisi ruhaniah marilah sedikit kita bahas. Manusia pada pokoknya tiga unsur ruhaniah yaitu  Bashirah (Hati). Akal. Nafsu. Hati manusia ada tiga hati yang sehat, hati yang sakit dan hati yang mati. Berbahagialah mereka yang hatinya sehat, sengsaralah mereka yang hatinya sakit atau mati. Yang hatinya sakit kita doakan agar hati mereka sembuh dan yang hatinya mati kita doakan agar hati mereka sehat dan hidup.

Agar hati kita sehat maka dawamkanlah, langgengkanlah amal yang wajib maupun yang sunnah. Kalau kita melanggengkan amalan wajib dan sunnah maka in shaaAllah kita akan mempuyai bashiroh atau pandangan hati nurani yang bisa menjangkau jarak yang sangat jauh sekali. Dengan akal, manusia mampu membedakan hal-hal yang baik dan hal-hal yang tidak baik. Yang baik bisa kita lakukan dan yang tidak baik bisa kita hindari. Jadi sebetulnya manusia itu kuat karena mempunyai dua senjata dan hanya mempunyai satu musuh. Oleh karena itu hati kita perdayagunakan sebagai raja dan akal sebagai perdana menteri sedangkan nafsu kita yang memerintah bukan kita manusia yang diperintah. Kalau tidak ada nafsu manusia itu nglemprek. Kita perintahkan nafsu untuk beramal kebaikan sebanyak dan seikhlas mungkin karena kita adalah raja dan perdana menterinya bukan nafsu yang menjadi raja dan perdana menteri. Kalau seandainya nafsu menjadi raja dan perdana menteri maka tentu akan rusak tatanan dunia ini.

Jadi mumpung kita masih sehat dan kuat marilah kita berusaha untuk mendapatkan ilmu, harta dan kedudukan yang tinggi. Dan kita gunakan ilmu, harta dan kedudukan itu untuk beribadah. Idealnya kita sebagai umat Islam itu kaya, berilmu dan berkedudukan karena ajaran kita itu sangat universal. Kita berusaha untuk menanam banyak sekali amal kebaikan di dunia ini dengan ilmu, harta dan kedudukan kita dan memanen hasilnya di akhirat kelak.

Sebagai penutup tulian ini, Selagi masih diberi kesempatan oleh Allah SWT, mari dengan sisa usia kita, maksimalkan dalam melakukan ibadah mahdah maupun ghairu mahdah, sehingga di akhir hayat kita, dapat menghadap kepada Allah SWT dengan jiwa yang tenang tanpa penyesalah dari kita. Dan hal ini adalah yang terbaik bagi diri kita dalam mengisi sisa umur di dunia ini, dengan demikian pantas kita disebut sebagai hamba yang berumur panjang, bukan hanya sekedar kuantitas angka tapi kualitas penuh kebaikan di dalamnya.

 



PANDUAN AL-QUR’AN TENTANG EKSISTENSI MANUSIA  PANDUAN AL-QUR’AN TENTANG EKSISTENSI MANUSIA Reviewed by sangpencerah on Mei 16, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar: