Berdasarkan beberapa ayat dalam al-Qur’an
tent ang keberadan manusia di dunia ini, dapat kita renungkan, evaluasi
dan ditidaklnjuti, diantaranya;
1.
Penciptaan manusia,
supaya bisa menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana firmanNya; Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Ad-Dzariyat;51:56). Ayat ini menjelaskan
tujan Allah SWT menciptakan jin dan manusia, supaya menyembah dengan cara
beribadah kepada Allah SWT. Sudah benarkah ibadah kita kepada Allah SWT,
berdasarkan perintah dan contoh dari Rasulullah SAW?
2.
Perintah beribadah sesuai
kemampuan, dan menghindari ibadah dengan cara mengikuti kebanyakan orang.
Sebagaimana firmanNya; Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS. An-Nisa’;4:28). Ayat
ini menjelaskan bahwa dalam hal ketaatan dan beribadah bagi kaum beriman, akan
diberikan keringanan, sehingga tidak merasa terbebani dengan kewajiban
beribadah, karena Allah Maha Tahu, bahwa manusia diciptaan dalam keadaan lemah.
Pertama kali kita lahir di dunia kita
lemah. Kulit bayi begitu lembut dan rentan, lemah tidak berdaya. Masih perlu
bantuan orang-orang dewasa di sekitarnya. Hanya bisa mendengar belum bisa
melihat. Baru pada usia 3 atau 4 bulan dia bisa melihat. Pada usia 9 tahun
seorang anak baru bisa mulai membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh. Bukti lain adalah manusia bisa sakit. Yang lain lagi adalah mengenai
pengenalan kita dengan orang-orang di sekitar kita. Misalnya dari satu RT
berapa yang kita kenal ada orang tua, anak, cucu yang pasti kita tidak akan
mengenal semuanya. Apalagi satu RW. Satu kota dan seterusnya. Apalagi sedunia. Ada sekitar 8 milyar manusia
di atas bumi ini berapa mili persen yang kita kenal dengan baik, mislanya; disaat orang
beriman melakukan safar, maka diperbolehan jama’ qashar, yaitu melakukan ibadah
shalat dengan mengumpulkan waktu shalat dzuhur dan ashar, maghrib dan isya’.
Begitu juga dengan ibadah puasa. Akan tetapi kita juga diperintahkan untuk
menggunakan kemampuannya dalam menghindari pelanggaran agama, misalnya untuk
tidak bermaksiyat dll. Sebagamana difirmankan oleh Allah SWT. sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS.
At-Tin;95:4). Karena itu, maka untuk memanfaatkan potensi yang ada pada
diri kita, kita diperintahkan untuk menuntuk ilmu, karena dengan ilmu
pengetahuan kita dapat memahami separuh dari isi alam ini dan dapat dengan
mudah meraih apa yang dicita-citakan dalam kehidupan. Seperti firman Allah SWT.
Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan. (QS. Ar-Rahman;55:33). Kata Sulthon di sini oleh sebagian para
mufassir ditafsirkan sebagai ilmu dan teknologi. Dengan ilmu dan tekhnologi
manusia mampu menembus angkasa menuju bulan. Mampu masuk ke dalam bumi untuk
mencari kekayaan alam di dalam bumi seperti mutiara, nikel, batubara, emas,
perak dan banyak lagi hasil tambang lainnya. Misalnya Ketika
ditemukan dengan teropong yang tercanggih satu bintang yang kelap kelip di angkasa raya itu
ternyata adalah gugusan bintang yang jumlahnya sangat banyak yang jaraknya
adalah ribuan tahun cahaya. Yang in shaaAllah lokasi itu tidak akan mungkin
pernah terjangkau oleh ilmu pengetahuan dan teknologi manusia karena jaraknya
sangat jauh sekali. Maka begitu
kecilnya bumi kita ini dibandingkan dengan alam semesta. Begitu kecilnya bumi,
betapa kecilnya dan lemahnya manusia yang ada di atasnya.
3.
Karangka jasad manusia. Karena
manusia adalah makhluk cipataan Allah SWT yang paling sempurna yang mempunyai
unsur Jasmaniah dan unsur rukhaniah Sebagian unsur Jasmaniah manusia ada di
dalam surat al Balad ayat 8-9. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya
(manusia) dua buah mata, lidah dan dua buah bibir.
Dengan mata banyak hal yang kita bisa lakukanu. Kita bisa melihat
keindahan alam semesta, bisa bekerja bisa beribadah kepada Allah SWT dengan menuju ke masjid atau musholla, bisa
mencari istri bisa mencari suami, bisa mencari ilmu. Pernahkah kita merenungkan bahwa ada saudara
kita yang buta. Mereka terkendala dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan
masih memerlukan bantuan orang lain. Maka bukankah nikmat mata ciptaan Allah
SWT itu sangat berharga bagi kita. Oleh karena itu karena sangat berharganya
mata itu bagi kita maka alangkah baiknya ia kita gunakan untuk mengkaji al Qur’an baik yang tersirat
maupun yang tersurat dan juga kita gunakan untuk mengagumi ciptaan Allah SWT
yang membentang luas di alam semesta ini. Allah SWT berfirman Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu
dustakan?
Begitu juga dengan dua bibir dan satu lidah.
Bukankah dengan ketiganya kita bisa berkomunikasi dengan dengan orang lain,
bercengkerama dengan anak istri, berpidato, berpuisi mengaji Al Quran dan masih
banyak aktivitas lainnya yang dilakukan dengannya. Bukankah ada saudara kita yang
bisu. Mereka terkendala untuk bisa berbicara sehingga mereka berbicara dengan
bahasa isyarat. Bukankah nikmat dari Allah SWT berupa dua buah bibir dan satu
lidah itu sangat berharganya buat kita sebagai manusia yang normal. Oleh karena
itu marilah kita menggunakan mulut dan bibir kita untuk mengaji Al Quran dan
berzikir kepada Allah SWT. Sekali lagi Maka nikmat Rabb manakah yang kalian
dustakan wahai manusia?
Lidah bisa merasakan manis, asam, pedas,
pahit, panas, dingin. Bisa merasakan nikmatnya soto, rawon, gado-gado, dan es
campur. Bagaimana seandainya lidah terasa tawar. Maka kita tidak akan merasakan
nikmat asupan makanan dan minuman. Maka basahilah lidah kita dengan kelezatan
berdzikir kepada Allah SWT.
Untuk sisi ruhaniah marilah sedikit kita bahas.
Manusia pada pokoknya tiga unsur ruhaniah yaitu Bashirah
(Hati). Akal. Nafsu. Hati manusia ada
tiga hati yang sehat, hati yang sakit dan hati yang mati. Berbahagialah mereka
yang hatinya sehat, sengsaralah mereka yang hatinya sakit atau mati. Yang
hatinya sakit kita doakan agar hati mereka sembuh dan yang hatinya mati kita
doakan agar hati mereka sehat dan hidup.
Agar hati kita sehat maka dawamkanlah,
langgengkanlah amal yang wajib maupun yang sunnah. Kalau kita melanggengkan
amalan wajib dan sunnah maka in shaaAllah kita akan mempuyai bashiroh atau
pandangan hati nurani yang bisa menjangkau jarak yang sangat jauh sekali. Dengan akal, manusia mampu membedakan hal-hal
yang baik dan hal-hal yang tidak baik. Yang baik bisa kita lakukan dan yang
tidak baik bisa kita hindari. Jadi sebetulnya manusia itu kuat karena mempunyai
dua senjata dan hanya mempunyai satu musuh. Oleh karena itu hati kita
perdayagunakan sebagai raja dan akal sebagai perdana menteri sedangkan nafsu
kita yang memerintah bukan kita manusia yang diperintah. Kalau tidak ada nafsu
manusia itu nglemprek. Kita perintahkan nafsu untuk beramal kebaikan sebanyak
dan seikhlas mungkin karena kita adalah raja dan perdana menterinya bukan nafsu
yang menjadi raja dan perdana menteri. Kalau seandainya nafsu menjadi raja dan perdana
menteri maka tentu akan rusak tatanan dunia ini.
Jadi mumpung kita masih sehat dan kuat marilah
kita berusaha untuk mendapatkan ilmu, harta dan kedudukan yang tinggi. Dan kita
gunakan ilmu, harta dan kedudukan itu untuk beribadah. Idealnya kita sebagai
umat Islam itu kaya, berilmu dan berkedudukan karena ajaran kita itu sangat
universal. Kita berusaha untuk menanam banyak sekali amal kebaikan di dunia ini
dengan ilmu, harta dan kedudukan kita dan memanen hasilnya di akhirat kelak.
Sebagai penutup tulian ini, Selagi masih diberi
kesempatan oleh Allah SWT, mari dengan sisa usia kita, maksimalkan dalam
melakukan ibadah mahdah maupun ghairu mahdah, sehingga di akhir hayat kita,
dapat menghadap kepada Allah SWT dengan jiwa yang tenang tanpa penyesalah dari
kita. Dan hal ini adalah yang terbaik bagi diri kita dalam mengisi sisa umur di
dunia ini, dengan demikian pantas kita disebut sebagai hamba yang berumur
panjang, bukan hanya sekedar kuantitas angka tapi kualitas penuh kebaikan di
dalamnya.

Tidak ada komentar: