FIQIH RAMADHAN: (Refleksi dari Pelaksanaan Ibadah Shiyam)

 FIQIH RAMADHAN
(Refleksi dari Pelaksanaan Ibadah Shiyam)
Oleh. HAFIDZ, S.Pd., M.Pd.I
Anggota CMM dan MPI PDM Kota Malang


 

Sejarah Pensyari’atan

Dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata:

‘Rasulullah SAW  hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa Asyura. Mereka ditanya tentang puasanya itu, lalu menjawab: ‘Hari ini adalah hari dimana Allah SWT memberikan kemenangan kepada Musa as dan Bani Israil atas Fir’aun. Maka kami berpuasa untuk menghormati Musa’. Kemudian Nabi SAW bersabda: ‘Kami (umat Islam) lebih utama memuasai Nabi Musa dibanding dengan kalian’. Lalu Nabi SAW memerintahkan umat Islam untuk berpuasa di hari Asyura." (HR Muslim)

 

Diksi Puasa

Dalam Al-Qur’an, puasa diungkapkan dengan dua lafadz, Shaumdan Shiyam”. Kedua lafadz ini sama-sama menunjukkan makna puasa dalam arti menahan (al-imsak).  Abu Hilal Al-Askari dalam Al-Furuq Al-Lughawiyah menjelaskan bahwa pada bentuk kata yang berbeda, pasti memiliki makna yang berbeda. Lalu, bagaimana perbedaan Shaum dan Shiyam dalam Al-Quran ? Lafadz “Shaum” disebutkan sekali dalam al-Qur’an, yaitu: para mufassir mengartikan shaum dengan al-shamt yang bermakna diam; tidak berkata dan menahan diri dari berkata. Hal tersebut dipertegas dengan kalimat setelahnya, Aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun hari ini (QS.19:26).

Adapun lafadz Shiyam dalam Al-Quran disebutkan 9 kali yang terdapat dalam tujuh ayat. Yaitu dalam surah Al-Baqarah ayat 183, 187 dan 196, surah Al-Nisa ayat 92, surah Al-Maidah 89 dan 95, dan surah Al-Mujadilah ayat 4. Seluruh diksi Shiyam dalam ke-7 ayat tersebut bermakna puasa lebih spisifik secara fiqih  yaitu menahan dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa, mulai terbitnya fajar (shadiq) di waktu Subuh yang disertai niat hingga terbenamnya matahari pada waktu Maghrib.

 

Perbedaan Diksi

Perbedaan “shaum” dan “shiyam” adalah umum dan khusus. “Shaum” lebih umum daripada “shiyam”. Jika “shiyam” hanya digunakan untuk arti berpuasa secara fiqih yaitu “menahan diri dari makan-minum-seks”, “shaum” digunakan untuk semua yang dimaksud dalam arti “menahan diri”. Puasa Ramadhan atau puasa Senin-Kamis disebut “shiyam”, boleh shaum”. Artinya “Shiyam” bagian dari arti “shaum”. Dan “shaum” bukan berarti “shiyam”. Menahan diri dari angkara murka, menahan diri dari mengungkapkan rasa cinta, menahan diri dari mencaci sesama. semua itu disebut “shaum” dan tidak bisa disebut “shiyam”. Sebagaimana Hikmah dari hadits qudsi puasa yang digunakan adalah diksi “shaum”, bukan “shiyam”: Allah Berfirman As-Shaumu lii wa Ana ajzii bihi (As-shaum hanya untukku dan Aku yang akan membalasnya)

 

Bergembira Menerimanya

Salah satu tanda keimanan seorang muslim kuat adalah  bergembira dalam menerima Ramadhan. Ibarat menyambut tamu agung yang di nanti-nantikan, maka ia mempersiapkan segalanya dan tentu hati menjadi sangat senang tamu Ramadhan akan datang. Tentu lebih senang lagi jika ia menjumpai Ramadhan.

 

Hendaknya seorang muslim khawatir akan dirinya jika tidak ada perasaan gembira dengan datangnya Ramadhan. Seakan-akan tidak ada yang istimewa. Bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak. padahal ini merupakan karunia dari Allah SWT

 

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

 

 

 Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”  (QS. Yunus [10]: 58).

 

Kabar gembiranya mengenai datangnya Ramadhan sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW.

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa didalamnya. Pintu-pintu surga dibuka  Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385). Dinilai shahih oleh Al-Arna’uth dalam Takhrijul Musnad (8991))

 

Mengenal Rahasia Ramadhan

Berdasrakan sabda Rasulullah SAW melalui sahabat Abu Hurairah atau Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi. Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang didzalimi" (HR. Tirmidzi)

 

Allah SWT akan mengangkat do’a mereka itu melewati awan-awan, bahkan terbuka pintu-pintu langit karena doa-doa mereka yang bershiyam. Lalu Allah SWT berfirman dalam hadis Qudsi-nya "Demi keagungann-Ku, Aku akan kabulkan doamu walaupun hanya sekejap, walaupun setelah sesaat sampai Aku kabulkan“

Dari tiga golongan ini, yang menarik adalah  yang pertama disebutkan yaitu golongan yang tengah menjalankan ibadah puasa.

 

Rasulullah SAW bersabda,

Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar, dari Jabir bin ‘Abdillah. Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (10/149) mengatakan bahwa perawinya tsiqah (terpercaya). Lihat Jaami’ul Ahadits, 9/224)

 

Golongan yang disebutkan Rasulullah SAW sebagai golongan yang  mendekat kepada Allah SWT, meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya demi mendapatkan ridha dan pahala dari Allah SWT. Hadis ini memberikan kesan bahwa semua waktu di bulan Ramadhan sangat berharga. Bahkan ada penekanan tersendiri, misalnya; sahur memiliki keistimewaannya, lalu berbuka punya keistimewaannya, sampai malam pun, di pertengahannya, setiap detiknya, setiap menitnya, An Nawawi rami menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang bershiyam untuk berdo’a dari awal ia bershiyam hingga akhirnya.” (Al Majmu’, 6/375). Karenanya bagi orang yang bershiyam berdo’a untukkeperluan akhirat dan dunianya, atau perkara yang ia sukai serta jangan lupa pula untuk mendoakan kaum muslimin lainnya.” (Al Majmu’, 6/375)

 

Mengetahui keutamaan bulan Ramadhan

Al Qur’an diturunkan. Firman  Allah SWT

 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ

 

 

 “Bulan Ramadan  diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah;2:185)

Ibnu Katsir rahi menafsirkan ayat ini mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah SWT memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. karena bulan ini Allah SWT pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an.

Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ’alaihimus salam.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2/179).

 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ

 

 

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr;97:1-3).

 

Dan firman,Allah SWT

 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ

 

 

Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan 44: 3). Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah (Tafsir Ath Thabari, 21/6). Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di antaranya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. (Zaadul Masiir, 7/336-337)

 

terbukanya pintu surga, dari Abu Hurairah ra Rasulullah SAW bersabda,

Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari :3277 dan Muslim :1079)

Dibukanya pintu syurga Pada bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka. sabda Rasulullah SAW lanjutan hadits di atas:  Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga…” (HR. Ahmad) Ditutupnya pintu Neraka Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:  Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka…” (HR. Ahmad)

Terbelenggunya syaitan-syaitan dan komandanya

ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ،

Syaitan-syaitan dibelenggu.

Lailatul qadar hanya ada di salah satu malam bulan Ramadhan,

. di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang/terjauhkan (dari kebaikan)” (HR. Ahmad)

Cara mempesiapkan atau giat berpuasa bulan Ramadhan. Adalah Berlomba dalam setiap kebaikan/ibadah Saat datangnya momen ini: firman Allah SWT; QS. 2:148 Dan setiap umat punya kiblat  (potensi) yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.

 

Demikianlah gambaran semangat orang terhadap ilmu ketika melaksanakan ketaatan dalam ibadah Suasana itu terbentuk disebabkan oleh rasa kekhawatiran mereka agar semua rangkaian ibadahnya tidak batal. Mestinya kita harus sadar, bahwa setiap ibadah ini telah mengurangi biaya dan menguras tenaga, sehingga sangat disayangkan ketika ibadah yang sangat mahal nilainya, tidak menghasilkan sesuatu apapun bagi dirinya karena ketidakpahaman tentang ilmunya.

Pernahkah sikap dan perasaan semacam ini hadir dalam diri kita disetiap melaksanakan ibadah, atau bahkan dalam setiap amal perbuatan kita? Ataukah sebaliknya, maka jangan menganggap remeh setiap amal, sehingga tidak mempedulikan pondasi ilmunya. Inilah yang penting untuk kita renungkan. Khususnya dalam menjalanakan ibadah puasa tahun ini, mari kita berama-sama memperbaiki ibadah kita selagi kita bisa dan memanfaatkan sisa umur kita.

Upaya dan usahalah yang dinilai oleh Allah SWT, bukan nilai akhir  yang membawa kesuksesan sementara, tapi keistiqamahan dan keberlangsungan sebuah proses yang lebih sukses daripada sekedar kesuksesan



FIQIH RAMADHAN: (Refleksi dari Pelaksanaan Ibadah Shiyam)  FIQIH RAMADHAN: (Refleksi dari Pelaksanaan Ibadah Shiyam) Reviewed by sangpencerah on Maret 13, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar: