Sejarah Pensyari’atan
Dari Ibnu Abbas ra, beliau
berkata:
‘Rasulullah SAW hadir di kota Madinah, kemudian beliau
menjumpai orang Yahudi berpuasa Asyura. Mereka ditanya tentang puasanya itu,
lalu menjawab: ‘Hari ini adalah hari dimana Allah SWT memberikan kemenangan
kepada Musa as dan Bani Israil atas Fir’aun. Maka kami berpuasa untuk
menghormati Musa’. Kemudian Nabi SAW bersabda: ‘Kami (umat Islam) lebih utama
memuasai Nabi Musa dibanding dengan kalian’. Lalu Nabi SAW memerintahkan umat
Islam untuk berpuasa di hari Asyura." (HR Muslim)
Diksi Puasa
Dalam Al-Qur’an, puasa
diungkapkan dengan dua lafadz, “Shaum” dan “Shiyam”. Kedua
lafadz ini sama-sama menunjukkan makna puasa dalam arti menahan (al-imsak). Abu
Hilal Al-Askari dalam Al-Furuq Al-Lughawiyah menjelaskan bahwa pada
bentuk kata yang berbeda, pasti memiliki makna yang berbeda. Lalu, bagaimana
perbedaan Shaum dan Shiyam dalam Al-Quran ? Lafadz
“Shaum” disebutkan sekali dalam al-Qur’an, yaitu: para mufassir
mengartikan shaum dengan al-shamt yang
bermakna diam; tidak berkata dan menahan diri dari berkata. Hal tersebut
dipertegas dengan kalimat setelahnya, Aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusiapun hari ini (QS.19:26).
Adapun lafadz Shiyam dalam Al-Quran
disebutkan 9 kali yang terdapat dalam tujuh ayat. Yaitu dalam surah Al-Baqarah
ayat 183, 187 dan 196, surah Al-Nisa ayat 92, surah Al-Maidah 89 dan 95, dan
surah Al-Mujadilah ayat 4. Seluruh diksi Shiyam dalam
ke-7 ayat tersebut bermakna puasa lebih spisifik secara fiqih yaitu
menahan dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa, mulai terbitnya fajar
(shadiq) di waktu Subuh yang disertai niat hingga
terbenamnya matahari pada waktu Maghrib.
Perbedaan Diksi
Perbedaan “shaum” dan “shiyam” adalah
umum dan khusus. “Shaum” lebih umum daripada “shiyam”.
Jika “shiyam” hanya digunakan untuk arti berpuasa secara fiqih
yaitu “menahan diri dari makan-minum-seks”, “shaum” digunakan untuk
semua yang dimaksud dalam arti “menahan diri”. Puasa Ramadhan atau puasa Senin-Kamis disebut “shiyam”, boleh shaum”. Artinya
“Shiyam” bagian dari arti “shaum”.
Dan “shaum” bukan berarti “shiyam”. Menahan diri dari
angkara murka, menahan diri dari mengungkapkan rasa cinta, menahan diri dari
mencaci sesama. semua itu disebut “shaum” dan tidak bisa
disebut “shiyam”. Sebagaimana Hikmah dari hadits qudsi puasa yang
digunakan adalah diksi “shaum”, bukan “shiyam”:
Allah Berfirman As-Shaumu lii wa Ana ajzii bihi (As-shaum hanya
untukku dan Aku yang akan membalasnya)
Bergembira Menerimanya
Salah satu tanda keimanan seorang
muslim kuat adalah bergembira dalam menerima
Ramadhan. Ibarat menyambut tamu agung yang di nanti-nantikan, maka ia
mempersiapkan segalanya dan tentu hati menjadi sangat senang tamu Ramadhan akan
datang. Tentu lebih senang lagi jika ia menjumpai Ramadhan.
Hendaknya seorang muslim khawatir
akan dirinya jika tidak ada perasaan gembira dengan datangnya Ramadhan.
Seakan-akan tidak ada yang istimewa. Bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang
banyak. padahal ini merupakan karunia dari Allah SWT
قُلْ بِفَضْلِ
اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
“Katakanlah:
‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan” (QS. Yunus [10]: 58).
Kabar gembiranya mengenai
datangnya Ramadhan sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW.
Telah datang kepada kalian
Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa
didalamnya. Pintu-pintu surga dibuka
Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya
terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang
dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385).
Dinilai shahih oleh Al-Arna’uth dalam Takhrijul Musnad (8991))
Mengenal Rahasia Ramadhan
Berdasrakan sabda Rasulullah SAW
melalui sahabat Abu Hurairah atau Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi. “Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang
yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang
didzalimi" (HR.
Tirmidzi)
Allah SWT akan mengangkat do’a
mereka itu melewati awan-awan, bahkan terbuka pintu-pintu langit karena doa-doa
mereka yang bershiyam. Lalu Allah SWT berfirman dalam hadis Qudsi-nya "Demi
keagungann-Ku, Aku akan kabulkan doamu walaupun hanya sekejap, walaupun setelah
sesaat sampai Aku kabulkan“
Dari tiga golongan ini, yang
menarik adalah yang pertama disebutkan
yaitu golongan yang tengah menjalankan ibadah puasa.
Rasulullah SAW bersabda,
”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang
dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila
dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar, dari Jabir bin ‘Abdillah. Al Haitsami dalam Majma’
Az Zawaid (10/149) mengatakan bahwa perawinya tsiqah (terpercaya). Lihat
Jaami’ul Ahadits, 9/224)
Golongan yang disebutkan
Rasulullah SAW sebagai golongan yang
mendekat kepada Allah SWT, meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya
demi mendapatkan ridha dan pahala dari Allah SWT. Hadis
ini memberikan kesan bahwa semua waktu di bulan Ramadhan sangat berharga. Bahkan ada penekanan tersendiri, misalnya; sahur
memiliki keistimewaannya, lalu berbuka punya keistimewaannya, sampai malam pun,
di pertengahannya, setiap detiknya, setiap menitnya, An Nawawi rami
menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang
bershiyam untuk berdo’a dari awal ia bershiyam hingga akhirnya.” (Al
Majmu’, 6/375). Karenanya bagi orang yang bershiyam berdo’a untukkeperluan
akhirat dan dunianya, atau perkara yang ia sukai serta jangan lupa pula untuk
mendoakan kaum muslimin lainnya.” (Al Majmu’, 6/375)
Mengetahui keutamaan bulan Ramadhan
Al Qur’an diturunkan. Firman Allah SWT
شَهْرُ رَمَضَانَ
الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى
وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ
“Bulan Ramadan diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al
Baqarah;2:185)
Ibnu Katsir rahi menafsirkan ayat
ini mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah SWT memuji bulan puasa –yaitu bulan
Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. karena bulan ini Allah SWT pilih sebagai
bulan diturunkannya Al Qur’an.
Sebagaimana pula pada bulan
Ramadhan ini Allah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ’alaihimus
salam.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2/179).
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ
فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ
ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al
Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr;97:1-3).
Dan firman,Allah SWT
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ
فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ
”Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan 44: 3). Yang
dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah
pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah (Tafsir Ath
Thabari, 21/6). Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di antaranya Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. (Zaadul Masiir, 7/336-337)
terbukanya pintu surga, dari Abu
Hurairah ra Rasulullah SAW bersabda,
”Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka,
pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari :3277 dan Muslim :1079)
Dibukanya pintu syurga Pada bulan
Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka. sabda Rasulullah SAW lanjutan hadits di
atas: “Telah
datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah
puasa, dibukakan pintu-pintu surga…”
(HR. Ahmad) Ditutupnya pintu Neraka Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Telah
datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah
puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka…” (HR. Ahmad)
Terbelenggunya syaitan-syaitan
dan komandanya
ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ
ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ،
Syaitan-syaitan dibelenggu.
Lailatul qadar hanya ada di salah
satu malam bulan Ramadhan,
. di dalamnya terdapat malam yang
lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya
berarti ia telah benar-benar terhalang/terjauhkan (dari kebaikan)” (HR. Ahmad)
Cara mempesiapkan atau giat
berpuasa bulan Ramadhan. Adalah Berlomba dalam setiap kebaikan/ibadah Saat
datangnya momen ini: firman Allah SWT; QS. 2:148 “Dan setiap umat punya kiblat (potensi) yang dia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah dalam kebaikan”.
Demikianlah
gambaran semangat orang terhadap ilmu ketika melaksanakan ketaatan dalam ibadah
Suasana itu terbentuk disebabkan oleh rasa kekhawatiran mereka agar semua
rangkaian ibadahnya tidak batal. Mestinya kita harus sadar, bahwa setiap ibadah
ini telah mengurangi biaya dan menguras tenaga, sehingga sangat disayangkan
ketika ibadah yang sangat mahal nilainya, tidak menghasilkan sesuatu apapun
bagi dirinya karena ketidakpahaman tentang ilmunya.
Pernahkah
sikap dan perasaan semacam ini hadir dalam diri kita disetiap melaksanakan
ibadah, atau bahkan dalam setiap amal perbuatan kita? Ataukah sebaliknya, maka
jangan menganggap remeh setiap amal, sehingga tidak mempedulikan pondasi
ilmunya. Inilah yang penting untuk kita renungkan. Khususnya dalam menjalanakan
ibadah puasa tahun ini, mari kita berama-sama memperbaiki ibadah kita selagi
kita bisa dan memanfaatkan sisa umur kita.
Upaya dan
usahalah yang dinilai oleh Allah SWT, bukan nilai akhir yang membawa kesuksesan sementara, tapi
keistiqamahan dan keberlangsungan sebuah proses yang lebih sukses daripada
sekedar kesuksesan

Tidak ada komentar: