#Capture : Fenomena & ‘Quotes’ untuk Pemilu 2024

#Capture : Fenomena & ‘Quotes’ untuk Pemilu 2024
Oleh: Ust. Moh. Zaini, S.PdI., M.Pd
 (CMM 103, Dosen Universitas IBU Malang, LDK PDM Kota Malang, sedang proses S3 UIN Maliki Malang)



يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

 

QS. al Maidah, [5]: 8 :

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. "

 

Setiap lima tahun sekali Indonesia memiliki gawe besar, rakyat secara berdaulat menentukan siapa wakilnya (DPR RI, DPRD dan DPD). Selain dari hal tersebut, selanjutnya rakyat dapat menentukan siapa Pasangan Capres-Cawapres terbaik yang layak memimpin bangsa dan negaranya selama lima tahun ke depan. Momen seperti hal tersebut bukanlah hal baru, bahkan sudah menjadi rutinitas lima tahunan bagi bangsa dan negeri ini. Namun demikian, faktanya momen tersebut selalu menjadi hal menarik dengan berbagai dinamikanya. Tentu saja undang-undang telah mengatur sedemikian rupa tentang proses penyelenggaraanya sampai dengan kriteria masing-masing Paslonnya, -melalui UU No. 42 th. 2008 tentang Pilpres-wapres, UU No. 15 th. 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, dan UU No. 8 th. 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, dst. Momen ini menjadi menarik dan semakin hangat (bahkan memanas) ketika munculnya berbagai dugaan disfungsional beberapa aturan main, yang juga diduga karena adanya kekurangtegasan penyelenggara Pemilu. Diduga dari sinilah persoalan muncul; saling serang, saling tackling untuk menutup akses pengaruh, atau setidaknya perang urat saraf lewat platform media sosial, lumayan seru.


Begitulah dunia perpolitikan, pandangan umum yang selalu berkembang, “tidak ada kawan dan lawan sejati, yang ada hanyalah kepentingan sejati.” Pandangan umum ini memberikan gambaran tentang nihilnya nilai kehakikian di dalam percaturan politik. Hampir menjadi pasti bahwa politik hanyalah urusan prgamatis kekuasaan dan jauh dari konsistensi kebenaran. Atau dalam bahasa lain, istilah politik telah digeser begitu jauh menuju rumitnya membangun kekuasaan, sehingga harus menghalalkan segala macam cara, tak terkecuali praktik transaksional sekalipun. Atau dalam ungkapan yang berbeda: “lebih baik minta maaf atas kesalahan, dari pada taat patuh aturan tapi tidak memperoleh kekuasaan.” Pola seperti ini bukanlah ketidaksengajaan, tetapi merupakan bagian cara-cara strategis dan terukur -dengan tujuan memperoleh peruntungan elektoral, sehingga tidak mudah dijerat dengan sanksi-sanksi tertentu. Jika praktik politik demokrasi seperti ini terus terjadi, maka secara tidak langsung rakyat akan memberikan pemahaman yang ‘toleran,’ bahkan permissif (متساهل), sehingga abai terhadap berbagai bentuk penyimpangan.


Fenomena praktik tahapan pemilu yang seperti ini hanya akan mengikis habis nilai kebenaran dan keadilan dalam waktu jangka panjang. Pada akhirnya kebenaran teralianasi dan lepas dari akar tunggangnya (core value). Agama hanya menjadi simbol identitas, nilai kebenaran menjadi kerdil (miskin nilai), tidak mengakar ke dalam cara berpikir (akut), bersikap, bertindak, seakan hanya disetting oleh sekedar orientasi kekuasaan. Fenomena ini tidak mudah dihentikan, karena sudah terlanjur masuk ke dalam gelanggang politik kekuasaan. Sebagai perumpamaan, ibarat perseteruan fir’aun terhadap Nabi Musa, namrud terhadap Nabi Ibrahim, sehingga masing-masing sedang mempertahankan idealismenya. Akan  tetapi, apapun bentuk perseteruan itu, kebenaran tidak akan pernah tertukar dengan kebatilan


 وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا..

.(Wa qul jā`al-ḥaqqu wa zahaqal-bāṭilu innal-bāṭila kāna zahụqā

Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap (QS. Al Isra 81)

 

Tokoh-tokoh Muslim dari masa lalu hingga sekarang sebenarnya telah banyak memberikan inspirasi bijak sebagai renungan politik yang mencerminkan nilai-nilai Islami. Misalnya, Ali ibn Abi Thalib RA, sahabat sekaligus menantu Rasulullah SAW, salah satu tokoh utama dan khalifah berpengaruh dalam sejarah Islam, (periode th. 656-661M/th. 35-40H), banyak mengemukakan ajaran tentang keadilan dan tugas kepemimpinan. Salah satunya, ia mengatakan: "orang yang paling berhak atas kepercayaan rakyat adalah yang paling benar perkataannya dan yang paling bersih hatinya." Ungkapan ini memberikan isyarat bahwa calon pemimpin itu mampu mensinergikan bersihnya hati dengan perkataanya yang benar. Niat tulusnya mampu menarasikan kebenaran sebagai sikap awal dari tindakannya, -yang sarat dengan nilai-nilai keadilan dan ketaqwaannya (QS. al Maidah, [5]: 8 ). Maka menurut Ali, orang yang seperti inilah, yang “paling berhak atas kepercayaan rakyat”nya.


Tokoh lain selain Ali Ibn Abi Tholib RA  adalah Hassan al-Banna (1906-1949M). Ia tampil sebagai pendiri Ikhwanul Muslimin, pemimpin gerakan revolusioner dan reformis di dunia Muslim, sebuah organisasi yang menjadi salah satu gerakan politik dan sosial Islam paling berpengaruh di abad ke-20. Kiprahnya mencakup berbagai aspek, -memberikan pengaruh signifikan dalam mengembangkan pemikiran politik Islam modern. Ia pernah mengatakan: "politik adalah salah satu cara untuk beribadah kepada Allah." Ungkapan ini begitu simpel, namun mampu penuh spirit, menghadirkan makna terdalam terutama hubungannya dengan Allah SWT. Gerakan politiknya menghadirkan nilai spiritual tertinggi, sehingga mampu menggerakkan massa yang begitu besar di zamannya. Kesadaran berpolitiknya semata-mata untuk pengabdiannya kepada Allah SWT, sehingga tiada lelah menarasikan keadilan dan kebenaran.


Tokoh lain selain kedua tokoh sebelumnya, yakni Sheikh Yusuf al-Qaradawi: seorang ulama dan cendekiawan Islam kontemporer (th. 1926-2022M), -yang memiliki pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan Muslim, termasuk dalam bidang politik. Meskipun dia dikenal sebagai seorang ulama yang aktif memberikan fatwa dan pendapat hukum Islam melalui program televisinya, Qaradawi juga memiliki pandangan politik yang cukup kuat.


Dalam bidang politik, Qaradawi sering kali menekankan pentingnya demokrasi, partisipasi politik, dan hak asasi manusia dalam kerangka Islam. Dia mendukung konsep "demokrasi Islam" yang menekankan pada nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan keterlibatan rakyat dalam proses politik. Menurut Qaradawi, Islam dan demokrasi dapat saling mendukung dan memperkuat satu sama lain jika diimplementasikan dengan benar.


Beberapa pesan bijak Yusuf al-Qaradawi tentang politik antara lain:

1.   Demokrasi dan Islam: Qaradawi meyakni bahwa Islam mendukung prinsip-prinsip demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan, kemerdekaan, dan akuntabilitas. Baginya, demokrasi adalah cara terbaik untuk mencapai keadilan sosial dan politik dalam masyarakat Muslim.

2.  Partisipasi Politik: Qaradawi mendorong umat Muslim untuk aktif dalam proses politik dan berpartisipasi dalam pemilihan umum. Baginya, partisipasi politik adalah cara terbaik untuk mempengaruhi perbaikan masyarakat dan negara. Ia mengatakan: "demokrasi adalah cara terbaik untuk mencapai keadilan sosial dan politik, tetapi harus selalu didasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai Islami.

3. Hak Asasi Manusia: Sebagai seorang ulama, Qaradawi menekankan pentingnya hak asasi manusia dalam kerangka hukum Islam. Dia berpendapat bahwa semua individu memiliki hak-hak yang harus dihormati dan dilindungi, termasuk hak untuk hidup, kebebasan berpendapat, dan keadilan.

4.  Pencegahan Konflik: Qaradawi juga menekankan pentingnya dialog lintas agama (interfaith: الأديان) dan lintas golongan untuk mencegah konflik dan mempromosikan perdamaian. Menurutnya, Islam mengajarkan toleransi, kerjasama, dan saling pengertian antarumat beragama dan budaya.

 

Meskipun pandangan Yusuf al-Qaradawi dalam bidang politik mendapat perhatian dan kontroversi di kalangan umat Muslim, tidak dapat dipungkiri bahwa dia memiliki pengaruh signifikan dalam membentuk pemikiran politik di dunia Islam kontemporer.

Bertolak dari fenomena praktik politik yang menghalalkan segala macam cara sebagaimana disinggung di atas, Umar ibn Khattab pernah mengatakan bahwa hal tersebut “bukanlah cerminan kesejatian calon pemimpin. Ia tidak mampu berlaku adil.” Maka pemahaman sebaliknya, ia hanyalah calon penguasa yang sedang berburu singgasana kekuasaan, menyelinap masuk ke dalam ruang demokrasi memanfaatkan sisi lengah demokrasi untuk ambil posisi. Imam Syafi'I juga pernah mengatakan, bahwa "pemimpin yang benar adalah ia yang berlaku adil, menegakkan kebenaran, dan melindungi hak-hak rakyatnya." – rakyat dalam kontek demokrasi adalah tuan rumah yang berdaulat. Abraham Lincoln dalam pidatonya di Gettysburg, Pennsylvania, pada tanggal 19 November 1863, sehingga dikenal sebagai "Pidato Gettysburg", mengatakan, bahwa "... government of the people, by the people, and for the people, will not disappear from the face of this earth." Dalam arti bahwa pemerintahan rakyat adalah bagian dari sunnatullah, yang diyakini sebagai salah satu media yang menghantarkan rakyat pada rasa keadilan dan kesetaraan, karena suara keadilan adalah seruan Tuhan (Allah SWT).

Oleh karena itu, sebagai penutup, mengutip pernyataan Imam Ghazali:


 إن الإمام الذي يختار بطريقة صحيحة وعادلة سيكون رحمة لشعبه، ولكن إذا اختير بطريقة غير صحيحة، فسيكون كارثة لهم


“..seorang pemimpin yang dipilih dengan cara yang benar dan adil akan menjadi rahmat bagi rakyatnya, tetapi jika dipilih dengan cara yang tidak benar, ia akan menjadi bencana bagi mereka."

Semoga Pemilu 2024 aman, terkendali dan mampu melahirkan pemimpin terbaik bagi rakyat dan bangsa di negeri ini. Amin.  Wallahu a’lam


#Capture : Fenomena & ‘Quotes’ untuk Pemilu 2024  #Capture : Fenomena & ‘Quotes’ untuk Pemilu 2024 Reviewed by sangpencerah on Januari 11, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar: